Posted in fanfiksi indonesia, sequel, series, wangbie

[FF Indonesia] Can’t Stop (Part 4 – End)


Title : Cant Stop (Part 4 – End)

Author : Wangbie

Genre : Romance

Leght : Series

Main Cast : Jung Yonghwa, Park Shinhye

Cast : Lee Jonghyun (CNBLUE), Kim Soo Hyun

OC : Han Jee Hoo, Wang Eun Bie, Lee Na Bie

Sumber : 4a 4b 4c 4d

~Don’t bash me! Don’t copypaste without permission! Thanks.. ~

Happy Reading… ^_^

—oOo—

Tetes air yang masih menetes pelan di atas kaca tembus pandang berwarna hitam kebiruan di salah satu apartement berlantai 25 dengan fasilitas di atas standart itu menghapus embun yang menempel di sana. Namun di detik berikutnya sudah tertutup lagi oleh embun baru, sama tipisnya tapi semakin mendinginkan suasana. Seorang namja yang terlihat tengah melamun dengan tatapan tajamnya, memperhatikan titik-titik embun yang seakan bisa dihitungnya dengan sangat rinci. Tapi tak lama kemudian, kepalanya menengok ke belakang, menatap secangkir kopi panas yang mengepulkan uap hangatnya, menyebarkan aroma khas miliknya yang pasti akan membuat pecintanya tergiur, sedikit melupakan kejenuhan atau kepenatan yang sebelumnya memenuhi hati dan pikirannya.

“Aku tidak tahu, Oppa suka minum apa. Aku hanya punya teh dan kopi ini, karena biasanya Jonghyun Oppa akan memilih untuk meminum teh dari pada kopi..” ucap Shinhye pelan, dalam hatinya ia sedikit merutuki dirinya sendiri yang begitu bodohnya mengucapkan nama Jonghyun di depan Yonghwa. Tapi, bukankah itu hal yang wajar? Jonghyun sebentar lagi akan menjadi suaminya. Dan itu berarti ia harus mulai belajar dari sekarang untuk membiasakan diri dengan hal itu. Tapi, entahlah. Hatinya sedikit sakit saat mengingat hal itu, ditambah lagi dengan ekspresi kecewa yang ditunjukkan oleh namja di depannya ini. Memang sedikit samar, tapi senyum samar yang tadi terlontar dari bibirnya menghilang seketika.

“Gomawo… Ini sudah cukup…” jawab Yonghwa sembari mengambil cangkir kopi dari tangan Shinhye lalu meminumnya pelan. Ah.. Pasti akan terasa lebih nikmat kalau Shinhye memberikannya dengan senyum dan pastinya tanpa nama namja lain didalamnya. Apa dia terlalu egois? Atau dia tidak tahu diri? Sudah tahu sebentar lagi Shinhye akan menikah dengan namja lain, tapi dirinya malah mendekati yeoja ini tanpa rasa malu sedikitpun. Oh bukan, bukan tanpa rasa malu, tapi karena ini semua memang keinginan hatinya. Tidak salah kan, toh belum ada janur kuning melengkung yang pasti harus membuatnya berhenti dengan cepat, saat itu juga.

“Ini sudah malam, aku sedikit demam. Bagaimana kalau Oppa pulang besok? Aku tidak bisa mengantar Oppa.. Atau aku hubungi taksi saja dan…”

“Oppa akan disini, bagaimana kalau nanti tengah malam demammu semakin menjadi? Ayo, istirahat. Oppa akan mengambil kompresan dan segera ke kamarmu.” Sela Yonghwa cepat dan segera beranjak menuju dapur dengan sedikit tergesa-gesa sehingga terkadang dia harus berhenti sejenak untuk menyeimbangkan tubuhnya. Shinhye yang melihatnya sudah tidak kuasa lagi menahan air matanya, dan dalam waktu yang bersamaan pula, ia berlari, menghampiri Yonghwa yang masih terdiam dan dengan cepat memeluknya dari belakang dengan erat. Yonghwa terhenyak sejenak, dan beberapa saat kemudian ia tetap diam, membiarkan yeoja kecilnya menangis di punggungnya, mencurahkan semua isi hatinya yang tak terucapkan. Baginya ini lebih dari cukup untuk bisa sedikit menenangkan hatinya, mungkin juga hati Shinhye. Karena esok hari, saat matahari sudah mulai menyinari bumi, semuanya belum tentu bisa seperti ini. Tidak apa bukan jika sekali ini mereka sedikit egois, mengesampingkan orang lain untuk menenangkan hati dan pikiran mereka. Menyalurkan perasaan mereka yang sebenarnya.

—oOo—

“Eonni… Eonni…” panggil Na Bie lirih dan sedikit memeriksa keadaan sekitarnya. Jee Hoo yang sedari tadi malam memang sengaja tidak tidur segera memberi isyarat pada Na Bie untuk diam.

“Kita dima…” Jee Hoo segera membungkam mulut Eun Bie dengan tangannya dan memberikan isyarat dengan matanya. Eun Bie dan Na Bie segera diam dan menuruti perintah Jee Hoo. Keduanya hanya saling berpegangan tangan dan berjalan di belakang Jee Hoo dengan mengendap-endap. Tampak semua penjaga masih tertidur lelap di depan pintu, sedikit keberuntungan bagi mereka karena pintu ruangan tidak terkunci. Dan mereka hanya tinggal berjalan keluar dengan sangat hati-hati.

“Huussttt!!!!” Jonghyun menahan seorang penjaga yang mengetahui tahanan mereka kabur dan hendak menangkapnya. Penjaga itu hanya mengangguk dan berdiri sigap di belakang Jonghyun yang menatap tiga orang di koridor yang berjalan tenang sampai ketiganya menghilang di balik tembok. Sedikit menghembuskan nafasnya dan berkata pada penjaga di belakangnya, “pastikan mereka selamat sampai rumah dan pakai orang-orang rahasiaku untuk menjaga mereka. Jangan sampai Soohyun hyung atau managerku menangkap mereka.”

“Ye…”

‘Lindungilah diri kalian, aku tidak ingin mengorbankan banyak orang untuk masalah ini. Maka dari itu, jaga diri kalian baik-baik dan jangan percaya pada siapapun kecuali Shinhye dan Yonghwa hyung. Mianhae…’ batin Jonghyun sambil menengok kembali ke arah koridor panjang di belakangnya. Berharap sesuatu yang buruk tidak akan terjadi setelahnya.

—oOo—

Soohyun tersenyum sinis dari dalam mobilnya saat seorang namja dan yeoja keluar dari sebuah apartemen sambil berpegangan tangan. Tangannya terulur keluar dengan sebuah pistol yang siap membidik sasarannya. Dan tepat saat namja-yeoja yang tak lain adalah Yonghwa-Shinhye itu tepat berada di sebelah mobilnya, jari telunjuknya dengan cepat menarik pelatuknya, mengarahkannya tepat ke arah Yonghwa.

“Op..ppaaaa….”

—oOo—


Shinhye pov

Hari ini, 19 Agustus 2014

Lagi, lagi dan lagi. Entah untuk yang keberapa kalinya aku harus pergi ke rumah sakit. Dan alasannya tetap sama, menemani seorang namja yang sebentar lagi akan menjadi suamiku, memberikannya dukungan secara moril yang katanya hanya dariku dukungan itu bisa berpengaruh terhadapnya. Entahlah.. Bukannya aku bosan atau jengah untuk semua ini, tapi aku hanya sedikit berfikir, kenapa aku?

Ada yang berbeda dengan biasanya, kali ini aku bersama seorang namja yang sebenarnya sudah memiliki semua hatiku sejak kecil, bahkan perpisahan selama bertahun-tahun pun tak membuatku bisa membiarkan orang lain menggantikan posisinya. Sedikit egois? Aku tidak berfikir seperti itu. Dan namja yang memiliki hatiku juga adalah namja yang sama dengan sosok namja idola semua yeoja. Namjaku idolaku? Mungkin sedikit kekanak-kanakan, tapi itulah yang terjadi padaku, padanya, pada kita.

Hhmmmm…

Sudah hampir 3 jam Jonghyun oppa di dalam sana, semoga tidak ada hal buruk yang terjadi…

Aku tidak mengerti, kenapa Jonghyun oppa bisa ada di sana, tepat saat seseorang hendak melukai Yonghwa Oppa. Dan tanpa pikir panjang segera mendorong kami -Yonghwa Shinhye- ke belakang, yang berakibat perutnya terkena tembakan yang lumayan dalam. Waktu itu aku tidak bisa melakukan apa-apa, dan untungnya orang-orang cepat datang lalu membantu. Ahh.. Siapakah yang tega melakukan ini semua? Apa ini gara-gara aku? Kecelakaan Yonghwa Oppa dulu dan Jonghyun Oppa sekarang.. Kenapa rasanya sakit sekali….

Dulu, waktu Yonghwa Oppa kecelakaan, tepat bertepatan dengan menghilangnya Jonghyun Oppa selama 3 hari, dan tiba-tiba saja Jonghyun Oppa sudah ada di depan apartemenku dengan luka lebam di seluruh tubuhnya. Tidak ada penjelasan sama sekali, dan ketika keesokan harinya di kampus, Jonghyun Oppa menyatakan perasaannya padaku, memintaku untuk terus berada disampingnya sampai nanti hari itu tiba. Bahkan Jonghyun Oppa tidak pernah memaksaku untuk membalas cintanya, hanya meminta agar aku tidak jauh darinya. Setelah itu, setiap hari aku jarang mengikuti perkembangan Yonghwa Oppa karena Jonghyun Oppa akan marah kalau aku masih saja memikirkan idolaku itu. Akhirnya, aku hanya diam-diam saja, mencari berita tentangnya. Tapi tak lama kemudian, Yonghwa Oppa menutup dirinya dari publik dan tidak membiarkan siapapun untuk mendekat. Apa ada hubungannya? Kenapa rasanya setiap kali mengingat itu semua rasanya ada yang aneh? Apa??

“Shinjie ah.. Gwaenchanayo? ” Aku takut Oppa.. Entah kenapa rasanya takut sekali…

“Ne Oppa.. Gwaenchanayo..”

Mianhae Oppa, aku belum bisa mengatakan apapun, mianhae…

Shinhye pov end

Yonghwa dan Shinhye saling terdiam dengan pikiran masing-masing. Tampak sekali ketegangan di wajah keduanya, tapi tak juga satupun di antara mereka yang ingin saling menguatkan. Hingga sampai akhirnya pintu ruang operasi di samping mereka terbuka dan seorang dokter muda keluar dari sana diikuti beberapa dokter lain sambil menghela nafas berat mereka.

“Bagaimana keadaan Jonghyun Oppa, dok? ” tanya Shinhye panik karena wajah tegang dokter yang biasa menangani Jonghyun kali ini tampak sangat berat. Biasanya dokter muda itu akan tersenyum dan menepuk bahunya pelan lalu mengatakan semuanya akan baik-baik saja, tapi ini…

“Dok, bagaimana keadaan Jonghyun? Dia baik-baik saja kan … Tidak ada yang serius kan..” timpal Yonghwa yang sudah tidak sabar lagi dengan hasil yang akan diberikan.

“Kamu Yonghwa? ” tanya Dokter Kang dengan wajah lesunya. Dan Yonghwa hanya mengangguk mengiyakan sebagai jawabannya. Shinhye yang seakan mengerti akan sesuatu segera berlari ke dalam ruang operasi dengan cepat, mencari keadaan Jonghyun sendiri, dengan mata kepalanya sendiri. Ia benar-benar sudah tidak sabar dengan semuanya.

“Jonghyun menitipkan ini untukmu, kamu bisa melihatnya sendiri nanti. Sekarang temuilah dia, dia menunggumu. Ada…” Yonghwa segera mengambil kotak kecil dari tangan Dokter itu dan segera berjalan dengan sedikit cepat ke dalam ruangan. Ah.. Ia sedikit memaki dirinya sendiri saat ini karena ia tidak bisa berlari cepat. Ah.. Tuhan.. Semoga tidak ada hal buruk.

Yonghwa tertegun di tempatnya saat ia sampai di satu pintu di sisi kanan ruangan, tampak Shinhye tengah tergugu dengan menggelengkan kepalanya sesekali. Dan seorang namja di sana, namja yang terbaring lemah di sana, suaranya lirih. Satu demi satu langkah Yonghwa semakin mendekat dengan dua orang di depannya, semakin jelas pula kalimat yang terbata dari suara lembut itu. Suara yang sedikit banyak membuatnya kembali merasakan hadirnya seorang sahabat yang lama tak dimilikinya. Hingga tanpa disadarinya, lelehan air mata yang terasa hangat di pipinya mengalir deras.

“Oppaaa.. jangan katahan hal bodoh seperti itu. Shinhye tidak akan memaafkan Oppa, Shinhye tidak akan pernah memaafkan Oppa…” isak Shinhye terbata dengan kedua tangannya yang menggenggam tangan putih di depannya yang lemah. Yonghwa berjalan ke arah sisi yang lain, menatap dua orang yang saling mengeluarkan air matanya sambil sesekali berbicara. Jonghyun memiringkan kepalanya pelan, menatap Yonghwa yang juga ikut menangis dalam dan mengambil tangannya pelan. “Mianhae Hyung…”

“Ige mwoya? Apa ini acara reality show yang pernah kita bicarakan dulu? ” tanya Yonghwa yang tiba-tiba ingat dengan satu cerita Jonghyun waktu awal mereka bertemu. Cerita tentang sebuah acara reality show yang dimana saat itu seseorang meminta maaf pada orang yang lain karena kesalahannya. Tidak ada penjelasan akhir di cerita itu, Jonghyun hanya mengatakan semua akan berakhir dengan baik dan semua akan kembali ke tempatnya masing-masing.

“Hyung masih ingat? ” ujar Jonghyun dengan menyunggingkan senyumnya tipis. Menatap namja yeoja di sampingnya bergantian, dan dengan sisa kekuatannya yang tinggal sedikit, menyatukan tangan keduanya di dalam tangannya sendiri. Tidak ada niat untuk Yonghwa maupun Shinhye untuk saling menatap, sekarang mereka hanya memfokuskan pada satu orang di depan mereka yang berusaha sekuat mungkin menyunggingkan senyum bahagianya di tengah kesakitan yang pasti membuatnya tersiksa.

“Mianhae.. Hyung.. Mianhae.. princess..”

“Oppaa… Sekarang Oppa istirahat saja, nanti kalau Oppa bangun Shinhye pasti sudah membawa tugas yang Oppa berikan waktu itu, dan Shinhye akan segera menghubungi orang tua Oppa untuk pernikahan kita. Jadi Oppa istirahat dulu ne..” kata Shinhye sedih tanpa menghiraukan kenyataan di depannya saat ini.

“Aku senang mendengarnya, gomawo Hye.. Setelah ini kalian harus bahagia, aku sudah menyerahkan semua bukti kejahatan Soohyun Hyung, dan kalian tenang saja, managerku akan mengurus semuanya. Gomawo Hyung.. Gomawo Hye..” jawab Jonghyun lirih dan mulai melonggarkan genggaman tangan Yonghwa dan Shinhye. Dan bertepatan dengan satu kalimat terakhir yang keluar dari bibirnya, kedua matanya tertutup rapat dengan senyum tipis yang menghiasi wajah pucatnya, “Aku sayang kalian…”

—oOo—

Gerimis kecil yang menghiasi kota sore ini menemani keberangkatan seseorang menuju alam yang selanjutnya, alam yang berbeda dengan manusia, alam yang di sana hanya ada dua pilihan, surga atau neraka.

Mungkin dunia tahu dan ikut bersedih dengan kisah seorang namja baik hati yang mengorbankan seluruh hidupnya hanya untuk orang yang disayanginya. Berkorban hingga akhir, dengan hasil bahagia walaupun ia tidak bisa ikut merasakan kebahagiaan itu. Tapi, dengan melakukan semua yang sudah dilakukannya, itu sudah membuatnya tersenyum bahagia di atas sana. Menyaksikan senyum kebahagiaan dari orang-orang yang dikasihinya, dan kebahagiaan itu akan membuatnya juga tersenyum di sana.

Yonghwa dan Shinhye masih berdiri diam di depan gundukan tanah yang masih basah, bunga segar masih bertaburan di atasnya. Air mata yang sudah mengering di kedua pipi mereka menyisakan bekas samar, dengan sesekali sesenggukan dan mata yang sembab membuat setiap orang yang hendak meninggalkan mereka, menepuk pundak mereka pelan. Memberikan sedikit semangat sekalipun itu hanya sedikit.

“Ini salahku …” ucap Yonghwa penuh sesal sambil menunduk dalam, menyembunyikan air mata yang dengan cepatnya mengalir lagi. Seluruh memorinya bersama Jonghyun seperti diputar ulang di depannya, hingga terakhir kalinya kejadian yang seharusnya membuatnya celaka membuat Jonghyun pergi selamanya.

Flashback

Dooorrrr!!!!

Suara tembakan yang tiba-tiba terdengar keras membuat setiap orang menghentikan aktifitasnya dan mencari sumber suara berasal.

Seorang namja yang tadinya berlari kencang menuju dua orang namja-yeoja yang tengah berjalan santai kini terjerembab ke tengah jalan dengan kedua tangan yang memegang perut, darah segar segera mengalir deras, mengotori kemeja putih yang dikenakannya. Seorang namja lainnya terjungkal ke belakang, namun dengan tangan yang masih menahan kepala yeoja disampingnya agar tidak terbentur.

Shinhye dan Yonghwa yang kaget dengan keadaan saat ini segera memperhatikan sekitar, dan saat kedua mata mereka menangkap sosok namja yang sangat mereka kenal, dengan cepat pula keduanya bangun dan menghampiri namja yang tak lain adalah Jonghyun itu dengan tatapan tak percaya.

“Opp..ppaaaa…” panggil Shinhye lirih dan segera mengangkat kepala Jonghyun ke dalam pangkuannya. Yonghwa dengan cepat merogoh saku celananya dan menghubungi 911 untuk meminta bantuan.

“Kalian baik-baik saja kan..” tanya Jonghyun dengan senyumnya yang manis.

“Jangan bodoh Hyun! Sebaiknya kau diam, jangan banyak bergerak, sebentar lagi ambulan datang dan kau akan baik-baik saja. Arraa!!” Jawab Yonghwa panik. Shinhye mengangguk setuju saat Jonghyun menatapnya lagi dan menghapus air matanya yang menetes begitu saja.

“Uljima.. Berjanjilah, kau akan bahagia…”

“Opp..ppaaa… Jangan bicara apapun, kita akan segera ke rumah sakit…”

“Gomawo Hye.. Gomawo Hyung…”

“Kita semua akan baik-baik saja. Dan kita akan bersama. Jangan berfikir macam-macam… Kami sayang padamu..” ujar Yonghwa dengan suara yang bergetar. Kecelakaan yang terjadi ini mengingatkannya akan kecelakaan yang dulu di alaminya. Dan itu sedikit mengerikan. Trauma itu masih ada.

“Gomawo…”

Flashback end

“Ini salahku…” ulang Yonghwa lebih dalam. Shinhye menggeleng dan menggenggam tangan Yonghwa erat. Sungguh, tidak ada yang salah dalam hal ini. Ini semua sudah dituliskan oleh takdir, dan tidak ada yang bisa mencegah takdir yang sudah dituliskan.

“Aniyo.. Ini bukan salah Oppa.. Ini bukan salah kita.. Ini sudah ketentuan Tuhan..”

Yonghwa menoleh, mencari manik mata yang selalu bisa membuatnya lebih tenang. Menjelajahinya pelan, dan menggangguk pelan ketika sebuah kepercayaan yang diinginkannya muncul. Shinhye mengangguk dan mengajak Yonghwa pulang, dan juga istirahat. Ia yakin, baik dirinya maupun Yonghwa butuh waktu untuk sendiri setelah kejadian ini. Semuanya terlalu cepat dan tiba-tiba.

Sebuah bayangan seorang namja yang tak jauh dari mereka tersenyum hangat mengantarkan kepergian sepasang namja-yeoja yang sudah seharusnya bersama sejak dulu. Dan setelah ini mereka pasti bersama. Semilir angin yang berhembus pelan, rintik hujan yang sudah mulai menghilang, sedikit demi sedikit juga menghapus bayangan putih di sana. Mengantarkannya ke tempat yang sudah seharusnya didapatnya, adalah surga…

—oOo—

Sorak sorai penonton yang tengah berada di atas tribun segera saja menggema keras saat seorang namja dengan pakaian balapnya yang lengkap memasuki lapangan. Berbagai spanduk dan poster yang berisikan kalimat ucapan selamat serta dukungan menghiasi lautan penggemarnya dengan suka cita. Lambaian tangan dan senyum darinya membuat sebagian para fansnya menangis, haru, tak percaya pada apa yang mereka lihat saat ini. 3 tahun, bukan waktu yang sedikit ataupun lama untuk bisa kembali lagi berdiri di tengah semua ini. Hal fantastis yang membesarkan namanya hingga saat ini, dan tanpa diduganya masih terus seperti itu setelah semua hal yang terjadi padanya. Rasa takut itu pun masih ada, meninggalkan jejak yang masih terlihat jelas di raut wajahnya ketika melihat mobil balap putihnya terparkir rapi di pinggir tak jauh dari tempatnya berdiri. Bayang-bayang akan kejadian masa lalu yang membuatnya harus menutup diri dari publik, teriak histeris dari setiap orang yang melihat, suara dentuman keras dari benda yang terjatuh, ataupun darah di sekitarnya, membuat kakinya sedikit bergetar. Dan sebuah tangan disampingnya dengan cepat merangkul bahunya pelan, memberikan bantuan agar ia tak terjatuh.

“Hati-hati… Kau tidak ingin melihat para fansmu itu berteriak histeris karena khawatir lagi kan…” ujar Soohyun ramah dengan senyumnya yang tulus saat Yonghwa menatapnya, sedikit bingung.

Hening.

Tiba-tiba tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari setiap orang di sana. Mulut mereka seakan terkunci tiba-tiba dengan hadirnya sosok namja yang beberapa minggu lalu mengakui semua kesalahannya di depan publik, meminta maaf dengan deraian air mata yang entah itu palsu atau dari dalam hatinya. Tapi yang jelas, respek baik untuknya segera saja menguap bagai uap dari dalam panci dengan airnya yang mendidih. Bahkan tak sedikit dari mereka mengecam keras agar namja itu di masukkan ke dalam penjara agar bisa mendapatkan balasan, sekalipun pasti rasanya tidaklah sama dengan apa yang dirasakan Yonghwa karenanya. Trauma, takut, benci, marah yang entah bagaimana tidak mampu ditunjukkannya di depan orang lain. Namja itu dengan mudahnya mengatakan, ‘Semuanya sudah berlalu, dan masa depan yang menanti tidak memerlukan rasa dendam ataupun kemarahan. Karena hanya akan ada sesal jika hati terus diliputi rasa dendam.’ Rasa khawatir dan pikiran-pikiran buruk akan hal apa saja yang bisa saja terjadi segera saja menyeruak ke tengah-tengah kehangatan yang baru mereka rasakan.

Apakah dia seorang dewa? Apakah tidak ada rasa marah atau setidaknya rasa kesal dari dalam dirinya atas semua perlakuan tidak baik yang didapatkannya. Atau jangan-jangan itu hanya tipu dayanya untuk mendapatkan simpati dan dukungan lebih dari para fans?

Hei…

Bukan. Bukan seperti itu, Yonghwa bukan tipe namja seperti itu. Tentu saja dia marah, kesal, bahkan ingin rasanya ia membunuh orang yang sudah menghancurkan semua mimpinya dulu. Tapi, apakah akan ada rasa puas jika semua dendamnya itu terbalaskan? Tidak bukan. Karena semua rasa dendam, iri, kesal, marah, dan frustasi hanya akan mendatangkan penyesalan untuk siapapun. Bukan hanya Yonghwa, tapi juga orang lain.

“Gomawo hyung…” jawab Yonghwa tegas dan tulus sembari ikut merentangkan tangan kirinya ke samping, ikut memeluk hangat pundak namja yang sudah seperti kakak untuknya itu dengan rasa lega yang teramat sangat. Diikuti dengan teriakan histeris dan juga wajah-wajah lega yang pastinya semakin membuat dua namja di bawah sana ikut tersenyum ramah sambil membungkukkan badannya pelan, mengucapkan terima kasih akan semua dukungan yang sudah mereka berikan selama ini.

“Nado gomawo Yong… Kau memang pantas mendapatkan semua ini. Semua orang mencintaimu, semua orang mendukungmu. Jadi, berusahalah dengan sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingan perdana untuk kembalinya dirimu di dunia balap mobil. Itu hadiah yang pantas untukmu.” Ujar Soohyun dengan suaranya yang sedikit bergetar. Oh sungguh, hari ini ia merasa sangat kecil bersama Yonghwa disampingnya. Yonghwa yang terus tersenyum padanya tanpa rasa dendam, bahkan setelah pengakuannya secara langsung. Dan namja itu bisa saja melaporkannya pada polisi akan tindakan gilanya, tapi Yonghwa hanya mengatakan bahwa kesempatan ini akan selalu ada untuk orang-orang yang mau berusaha dengan sekuat tenaga untuk cita-citanya.

“Sama-sama hyung, ini semua tidak lepas dari yeoja itu. Yeoja yang sudah mengajarkan semua hal ini padaku untuk selalu bersikap dewasa pada setiap kesempatan. Yeoja itulah, yang harusnya mendapatkan pujian ini semua. Karena aku sendiri belum tentu yakin bisa berdiri tegak di sini, tersenyum, dan menyapa tanpa adanya dia.” Kata Yonghwa tulus sambil menatap seorang yeoja yang tengah bersorak sorai di bangku penonton paling depan bersama teman-temannya. Senyum merekah yang menghiasi wajah cantiknya itu semakin membuat Yonghwa menegakkan tubuhnya, melambai penuh semangat dengan senyum manis menampakkan pipi bulatnya jika gigi gingsulnya terlihat. “Saranghae, Park Shinhye…”

Soohyun tersenyum lega melihatnya, gemuruh suara jantungnya yang berpacu membuatya sedikit menitikkan air mata kebahagiaannya. ‘Andai aku dulu bisa melihat semua ini dengan jelas, pasti aku tidak akan mengorbankan dia untuk semua ini. Mianhae Hyun.. Jeongmal mianhae…’ sesalnya dalam hati.

Sebuah bayangan yang tiba-tiba hadir di samping Soohyun tersenyum riang, menggenggam erat tangan yang bergetar itu dengan rasa dingin yang tetap menghangatkan. Soohyun menoleh, sedikit tercekat saat melihat namja yang selalu menasehatinya akan semua hal buruk yang pernah dilakukannya. Memintanya mengakhiri semuanya sebelum semua terlambat, dan menyesal pada akhirnya. Semua itu benar, Soohyun benar-benar menyesal sekarang. “Gomawo hyung. Aku tidak akan pernah menyesal ataupun menyalahkan hyung atas semua yang terjadi. Inilah takdir. Jagalah Yonghwa hyung dengan baik. Ia adalah namja yang sebenarnya sangat sensitif, teruslah berada di sini, menemaninya. Aku juga akan selalu mendukung kalian dari sini. Berbahagialah, dan selamat..” ucap bayangan itu pelan sebelum akhirnya sedikit demi sedikit menghilang. Meninggalkan bekas dalam di tangan kiri Soo hyun yang sekarang benar-benar bergetar.

“Hyung.. Gwaenchana? ” tanya Yonghwa sedikit panik karena melihat Soohyun terdiam beberapa saat tanpa mengindahkan ajakannya bersiap untuk lomba yang akan segera dimulai.

“Oh..Ne.. Ne.. Gwaenchana. Jangan khawatir..” jawab Soohyun kaget namun segera merangkul kembali pundak Yonghwa dan mengajaknya segera bersiap-siap.

—oOo—

“Chukkaaeee!!!” Ucap Shinhye girang saat pintu rumah terbuka dan Yonghwa melangkah masuk dengan wajah terkejutnya karena senang. Tiupan terompet dan kertas-kertas berwarna yang dipotong kecil-kecil segera berhamburan di udara bersama pelukan hangat dari yeoja yang sedari tadi tidak melepaskan senyum itu dari wajahnya, “Chukkae Oppa… Hari ini Oppa keren!!!”

“Kau baru tahu? ” jawab Yonghwa sok narsis dan PD yang membuat Shinhye bergidik ngeri sambil berjalan mundur. Yonghwa segera saja menarik tubuh itu mendekat, memeluknya lebih erat lagi sebagai ucapan terima kasih atas semua dukungan yang diberikan padanya selama ini. Hatinya sungguh bahagia saat ini, bisa memeluk dengan puas yeoja yang selalu menunggunya di depan pintu rumahnya saat ia selesai melakukan lomba dan sejenisnya, menyambut kedatangannya hangat dengan rasa kebahagiaan dan kebanggaan yang membuat dirinya sendiri ikut bangga atas semuanya. “Eomma dan Appa sudah menunggu kedatangan Oppa dari tadi.” Ujar Shinhye pelan sembari melepaskan pelukan dari namja yang andai ia bisa tidak akan dilepaskannya begitu cepat kalau tidak mengingat dimana dan dengan siapa ia saat ini.

Kedua orang tua Yonghwa yang melihat dari belakang raut bahagia dari putra mereka ikut tersenyum senang. Nyonya Jung segera saja memeluk suaminya erat yang juga terharu, senang dengan air mata kebahagiaan yang tercurahkan begitu besar.

“Eomma… Appa.. jeongmal gomawoyo…” ucap Yonghwa pelan setelah berdiri tepat di samping kedua orang tuanya yang masih saling berpelukan. Nyonya Jung yang mendengar suara putranya segera saja melepaskan pelukannya, ganti memeluk erat Yonghwa yang sepertinya juga hampir saja meneteskan air matanya. Tapi ia sudah berjanji, tidak ada satu tetes air matapun yang keluar hari ini. Maka dari itu, dihapusnya cepat genangan air di pelupuk mata dengan punggung tangannya. Tuan Jung yang melihat kebersamaan itu tak mau ketinggalan, ikut memeluk istri dan anaknya. Menumpahkan segala bentuk kebahagiaan dan rasa syukur atas semua yang terjadi.

“Saranghae eomma..appa…”

—oOo—

Shinhye duduk melamun di bangku taman rumah Yonghwa sambil menatap tumbuhan kecil yang ditaruh di dalam pot di sekeliling bunga mawar yang tumbuh subur di dekatnya. Rasanya menyenangkan, seperti melihat sesuatu yang berharga dengan segala bentuk dukungan serta perlindungan di sekelilingnya. Walaupun sebenarnya durinya sudah cukup untuk melindungi dirinya dari semua tindakan jahat orang-orang yang berniat merusak keindahannya.

“Melamunkanku? ” tanya Yonghwa pelan dari belakang Shinhye dan segera berlutut di depan yeoja yang sedikit terkejut karenanya.

“Ah.. Oppa sudah selesai mandi? ” tanya Shinhye sedikit malu karena namja yang sebelumnya belum pernah memperlakukannya seperti ini tiba-tiba melakukan hal seperti ini padanya.

“Eomma mengatakan kalau kau ke sini. Jadi, Oppa langsung kesini setelah mandi. Tapi, Oppa belum makan…” aku Yonghwa sambil menunjukkan wajah memelasnya karena menahan lapar. Shinhye hanya tertawa pelan dibuatnya. Sejak kapan namja ini bisa melakukan hal seperti ini? Belajar dari mana dia? Ckck..

“Kenapa kamu malah tertawa? Apa ada yang lucu? ” protes Yonghwa tak terima karena ekspresi khawatir yang diharapkannya akan keluar dari wajah Shinhye tidak terwujud, bahkan sebaliknya. Kenapa yeoja itu malah tertawa?

“Astaga Oppaa… Sejak kapan Oppa bisa melakukan hal seperti ini,eoh?? ”

Yonghwa mengerutkan keningnya dalam, mencoba mengerti maksud ucapan Shinhye yang seharusnya sudah sangat jelas, bukan.

“Yyaa!!! Apa Oppa tidak mengerti juga??? ” kesal Shinhye yang melihat wajah tak berdosanya namja yang selalu membuatnya tersenyum jika mengingat semua hal tentangnya.

“Will you marry me? ”

—oOo—

“Will you marry me? Will you marry me? Will you marry me? Oh Jung Yonghwa, apa yang sudah kau katakan???” Shinhye berguling dari sisi ranjang kiri ke sisi kanan. Bantal bergambar hati di dadanya terlihat ikut gelisah, bergerak pelan dengan bulu-bulu halusnya yang terus menyusup lebih dalam. Tak memberikan kontribusi apapun untuk bisa mengurangi rasa sesak akibat kerja organ tubuhnya tidak seperti biasa.

Derak ranting pohon di luar jendela kamar yang sedikit terbuka membuat bayangan kecil terpantul pada dinding gelap tepat di atas kepala ranjang. Bentuknya aneh, tidak panjang, tidak bulat, bahkan tidak mirip sama sekali dengan daun sesungguhnya. Bayangan itu terdiam beberapa saat, mengenai bingkai photo tanpa isi namun bernama tak jauh dari jam dinding, Yong-Hye.

Tiba-tiba angin kencang datang menyerbu, membuka jendela selebar-lebarnya lalu menyibakkan gorden tipis berwarna biru muda bermotif lingkaran-lingkaran kecil yang berpola. Hembusan angin terasa lebih dingin, dan seperti hal tak biasa hadir,

“Jonghyun oppa!” Pekik Shinhye tertahan, tangannya refleks mendekap erat pinggiran bantalnya, membuat tulang tangannya sedikit bermunculan di saat sesuatu yang hampir seperti bayangan itu mulai menghampirinya, pelan.

“Oppaa…” lirihnya singkat tanpa menggerakkan satu pun bagian tubuhnya, sebagian memberontak agar kakinya segera bergerak cepat dan tangannya membuka pintu kamar, keluar. Tapi sorot mata meneduhkan di sana memenjarakannya sesaat, memintanya tetap diam sebentar, mengijinkannya mendekat. Duduk tak jauh dari Shinhye, sembari memperhatikan seisi ruangan gadis yang dulu sangat berarti untuknya, saat ini pun rasanya masih sama. Kemungkinan besar.

“Maaf mengagetkanmu.”

“Gwaenchana Oppa..” jawab Shinhye cepat, terlalu cepat bahkan. Yeoja itu menggerakkan tangannya pelan, melepaskan pegangan yang pasti terlihat menggelikan untuk tamunya malam ini.

“Lupakan soal itu, oppa hanya ingin menyelesaikan sedikit soal …”

“Soal? ” tanya Shinhye penasaran. Seketika rasa takut tak beralasan yang tadi menggerogotinya hilang, berhembus keluar bersama kembalinya suhu normal dalam kamarnya, hangat.

“Dulu kamu pernah bertanya, dari mana oppa mendapatkan ini..” sebuah liontin berbandul warna perak, rantainya masih terlihat bagus, seperti baru. Cahaya lampu dari luar kamar yang berpendar sedikit mengeluarkan warna putih, Shinhye tersenyum ketika mengangkat tangannya tinggi di atas kepala dengan ujung tiap liontin yang terbuka.

“Itu oppa temukan saat kecelakaan Yonghwa hyung, dulu. Setelah semua orang sibuk berlari kesana kemari, oppa mendekati mobil di tengah yang sudah mulai terbakar. Saat itu….” Jonghyun menghentikan kalimatnya sejenak, menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya lagi, lebih lama dari yang seharusnya.

Tersenyum kecil, karena sorot khawatir Shinhye begitu terlihat jelas di wajahnya, menggetarkan hatinya sekali lagi saat tanpa diduganya sama sekali tangan hangat itu mengenggam tangannya pelan.

‘Inilah Shinhyeku, ijinkan oppa memilikinya sekali lagi. Tidak masalah bukan? ‘ kata Jonghyun dalam hati, sebelah tangannya juga bereaksi, lebih mengeratkan tangan yang sekarang bergetar. Dan butiran kecil itupun keluar begitu saja dari keduanya.

“Saat itu oppa berfikir lebih baik oppa masuk ke dalam.kobaran api itu. Lalu pergi.”

“Oppa memang bodoh.”

“Mungkin rasanya tidak akan sesakit dan semenyesal ini. Begitu dalam hingga rasanya hampir saja tersaruk-saruk menuju tempat itu.”

“Dan oppa tetap saja bodoh.”

“Tapi oppa merasa senang karena bodoh. Di situ ada seorang yeoja paling hebat yang terus saja menuruti setiap perkataanku, memberikan tangannya untuk lebih menguatkan sekalipun akhirnya tetap aku yang harus melepaskan. Ini sudah takdir, ini salahku. Seharusnya aku tidak bersikap kekanak-kanakan seperti itu. Yonghwa hyung pasti sangat kesal jika saja…”

“Yonghwa oppa bukan namja seperti itu, tahukah oppa kalau hingga saat ini Yonghwa oppa masih merasa ini semua salahnya.”

“Tanggapanmu tidak pernah berubah saat aku menyebut nama Yonghwa hyung.”

“Mianhae….” buru-buru Shinhye menarik tangannya, menyembunyikan dalam lipatan selimut yang baru di ambilnya.

“Liontin itu milik Yonghwa hyung, aku ingin mengembalikannya sendiri tapi tidak mungkin. Aku tidak ingin semakin dihantui rasa bersalah karena sudah membiarkan hal itu terjadi. Bolehkah aku meminta bantuanmu? Yonghwa hyung pasti sangat senang.”

“Aku…”

“Dan juga….

Menikahlah, jangan lagi terbebani karena ini. Semuanya sudah kembali ke tempat masing-masing, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi kecuali jalanmu di altar nanti. Kau harus meminta Soohyun hyung untuk mendampingimu. Dia sebenarnya namja yang baik, hanya saja selama ini dia tidak pernah mendapatkan apa yang di harapkannya. Mimpinya terkubur begitu saja,,”

“Aku…..”

“Mianhae, oppa hanya ingin mengembalikan ini, dan ingin mengucapkan perpisahan dengan benar. Gomawo. Saranghae.”

“Aku… aku …aku …

Oppa!!! Jonghyun oppa!!! Jonghyun oppaa!!!”

“Hye… Shinhye! Park Shinhye

..” panggil Yonghwa panik sambil menguncang tubuh yeoja yang terus berkeringat dan berteriak memanggil nama namja, Jonghyun?

Shinhye bangun, mengejapkan matanya berkali-kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mata dan menutup wajahnya cepat. Tangan di bahunya mengendur, jatuh hati-hati ke samping tubuhnya yang masih tegang. “Mian, aku membangunkanmu.”

“Oppa. Yonghwa oppa.” Panggil Shinhye linglung, ditariknya kembali tangan Yonghwa yang hampir mengepal. Diletakkan dengan pelan pada pipinya sendiri, memejamkan matanya lalu menarik kembali nafas-nafas teraturnya. “Shinhye bermimpi, Jonghyun oppa datang dan memberikan liontin oppa yang dulu terjatuh saat kecelakaan. Lalu sebelum Shinhye menjawab pertanyaannya, Jonghyun oppa pergi, menghilang begitu saja tanpa mendengarkan kata Shinhye.”

“Ya ampun, Shinhye.”

Yonghwa segera menarik tubuh Shinhye yang bergetar ke dalam pelukannya, mendekapnya erat dan tetap berharap detak jantungnya yang ikut berdegub tak terdengar. “Lebih baik kamu mandi dulu ne. Oppa akan menunggu di sini, dan kita turun sama-sama. Eomma appa sudah menunggu kita.” Ujar Yonghwa berusaha tenang,

Shinhye mengangguk, melepaskan diri dari pelukan hangat yang sangat nyaman, segera membuatnya kembali tenang, dan kejadian barusan hanyalah mimpi, ya mimpi perpisahan.

“Apa sekarang sudah waktunya? Shinhye belum menjawab lho semalam.” Shinhye berucap sinis, menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuhnya,

Berjalan pelan menuju kamar mandi tanpa menoleh. Diam-diam bibirnya terangkat, tersenyum senang karena berhasil membuat Yonghwa bingung. Pasti namja itu sekarang menekuk wajahnya frustasi, tidak tahu harus bagaimana.

Tapi Shinhye salah,

Tangan kanannya tertarik ke belakang, membalikkan badannya cepat lalu terperangkap dalam dekapan namja yang sekarang tersenyum penuh arti.

Jari-jari panjang Yonghwa menelusuri setiap lekuk wajah Shinhye sambil terpejam, berhenti tepat di bawah dagu gadis itu, mengangkatnya pelan lalu kembali membuka matanya. “Perlukan aku mengulang kejadian semalam? Aku tidak keberatan.”

“Op..ppaa…”

“Masih ada setengah jam lagi sebelum acara pertunangan dimulai. Dan kau tidak perlu berhias apapun, aku tidak keberatan… Asalkan…”

“Opp..ppaa.. eomma appa pasti menunggu. Sebentar lagi tamu datang.”

“Hhmmm….”

“Yong… Hye…” panggil Nyonya Jung dari depan pintu, kepalanya bergerak pelan ke kiri dan kanan, menggeleng geli lalu masuk.

“Shinhye sedikit bermasalah eomma…” Yonghwa mengadu cepat sebelum yeoja didalam dekapannya itu mengeluarkan suara protesnya.

“Bagaimana kalau kamu juga bersiap, Yong. Appa di luar bersama Soohyun, mereka mencarimu.”

“Ah.. Arra eomma. Tapi sebelumnya ijinkan Yonghwa melakukan tugas Yonghwa pagi ini.”

“Tugas? ” tanya Shinhye dan Nonya Jung bersamaan.

Yonghwa mengangguk, menatap dua wanita di sampingnya bergantian lalu dengan cepat mendaratkan bibirnya pelan di kedua pipi Shinhye sebelum berlari keluar sambil bersiul riang.

“Astaga anak itu…

Kamu tidak apa-apa sayang? ” Nyonya Jung memegangi tangan Shinhye karena yeoja itu hampir terjatuh, Yonghwa melepas begitu saja tangannya dari pinggang Shinhye, sangat cepat.

“Gwaenchana eomma.. Gomawo..”

Nyonya Jung segera memeluk Shinhye erat, menangis haru, “gomawo sayang, gomawo. Yonghwa memang seperti itu, selama ini eomma mencoba melakukan apapun untuk kebahagiaannya, tapi hanya kamu yang dicarinya. Dia bahkan mengatakan akan keluar dari dunia balap, dan membantu ayahnya di perusahaan. Kami semua sangat terkejut, terima kasih sayang..”

Shinhye tersenyum, “Shinhye juga sangat senang karena Yonghwa oppa masih tetap memilih Shinhye. Shinhye sangat bersyukur dan sangat sangat beruntung. Gomawo eomma.. Gomawo…”

—oOo—

#ParkShinhye

Inikah mimpiku?

Jonghyun oppa benar, semua sudah kembali ke tempatnya masing-masing. Soohyun oppa pasti bisa mendapatkan cita-citanya, dan Yonghwa oppa. Aku yakin, dia sudah memikirkan semuanya dengan baik. Aku pasti akan selalu mendampinginya.

Liontin.

Liontin itu bahkan sudah terpasang di leherku, siapa yang memasangnya? Jonghyun oppa? Atau Yonghwa oppa sendiri?

Emtah.

Itu tidak penting, sekarang aku mengerti Oppa, inilah mimpi kita semua. Gomawo Jonghyun oppa, gomawo.

Setelah ini, berjanjilah oppa juga tenang di sana.

Yonghwa oppa sudah di sini, menemaniku dengan semua cinta, kasih sayang yang mungkin belum sempat oppa lihat.

Gomawo oppa…

Dan sekali ini saja, aku akan mengakui, satu pertanyaan yang sejak dulu selalu oppa tanyakan,

‘Kenapa aku selalu menyebut nama Yonghwa oppa dalam tidurku,’

Aku mencintainya, sangat mencintainya.

Sangat.

Dan aku tidak bisa menghentikannya sejak pertama kali namja itu menjamah hatiku, aku mencintainya.

Aku mencintainya.

Saranghae Jung Yonghwa.

— END —

Catatan Admin :

Tada ini part 4 (terakhir) Can’t Stop, selamat membaca dan jangan lupa komennya ya teman-teman, terima kasih (^_^)

PS. Update postingan FF di blog bisa dilihat di facebook HS Corner Shop atau di twitter Lovetheangels1

34 thoughts on “[FF Indonesia] Can’t Stop (Part 4 – End)

  1. Sbnrnya sedih siy jonghyun hrus meninggal.. kan bs klo jonghyun ketemu cwe lain trus bahagia sm kyk yongshin.. knp soohyun nya gak dipenjara ajah biar kapok kejam bgt siy smpe jonghyun akhir nya jd korban… awal nya aq kira jonghun jd hantu gentayangan… hahahaha ternyata cuma mimpi… wangbie emang pinter aduk2 emosi n perasaan readers… gumawo…

    Like

  2. Tdinya smpet berpikir jonghyun berubah jadi jahat, tapi itu smua dia tunjukan utk melindungi yongshin, ahh ga nyangka bgt jonghyun bsa meninggal 😑
    Yongshin~~ 😁

    Like

  3. astaga~
    uri jonghyun. dia bener-bener tulus buat bantuin yong, dia juga menjaga hye dengan baik.
    dan yah memang, orang yang baik akan selalu menang apapun yang dihadapinya.
    dan akhirnya happy end
    meskipun jonghyun enggak bareng sama mereka
    eonni wangbie jjang~

    Like

  4. akhrnya happy ending…meski jonghyun mninggal tp dia sdah mmberi kbahagiaan pd setiap org…

    Like

  5. Pengorbanan Jonghyun benar2 mengharukan 😢
    Dan akhirnya happy ending
    Gomawoyo wangbie eonni

    Like

  6. Baru kesampaian baca part end nya sekarang. Sedih banget knp jong meninggal sih ? Soo hyun bisa bebas ? Bukannya jong ud ngasih bukti kejahatannya ke polisi ya

    Tp dari semua itu endingnya bener bener manis…

    Like

  7. Keren keren kereeen… happy ending.. aaahh… kasian jonghyun… hiks2.. tp semua kembali seperti semula… bahagia 😀

    Like

  8. Terharu banget dengan pengorbanan Ajong, dan ending yg maniiis sangat tepat untuk yongshin. Soohyun akhirnya sadar, semua berjalan dgn baik & happy ending….
    Sangat menikmati ff yg author tulis, terimakasih thor udah nulis cerita yg sangat bagus dan diakhiri dgn keren.
    Ku tunggu ff lainnya yg tak kalah bagus dari ini. Fighting!!!!

    Like

  9. ahirx happy ending jga mski jonghyun mninggal pi dy sdah mmberi kbahagiaan pd setiap org cz brhasil mmbuat soohyun menyesali prbuatanx n jga sdah mmberikan prsahabatan yg tulus pda yonghwa dg rela mngorbankankan drix hxa untuk kbahagiaan org yg dsayang…

    Like

  10. Keren….pengorbanan jonghyun tak sia”….semua berakhir dng indah…..semangat untk tetap berkarya …

    Like

  11. Aahhh akhirnya..slesai jg aku mmbaca smua ff wb sblm k ff yg brpsword..^-^

    Jonghyun keren..mengorbankan dirinya demi orang2 yg di sayanginya..dn itulah pngorbanan yg brarti..pengorbanan yg pd akhirnya mmbuat smua orng kmbali k keadaan smula dg sbuah kbahagiaan.. pngorbanan yg tak prnah sia-sia..dn akan selalu dikenang..
    Inilah ending yg menyenangkan..krn mninggalkan pljran brharga..trutama untuk seorang sahabat trbaik..aaahh. bahgia brcampur haru mnyeruak nih. Bhkan saat aku mnuliskn komentar ini..

    Tetap brkarya..krn kryamu slh satu sumber imajinasiku..hehe.

    Semangat tuk krya selanjutnya!!!

    Like

  12. aaaaa . . .
    akhirx happy ending juga
    YongHye kapel bersatu

    buat mamas jong , kau memang awesome bgt.

    uri WB imo , gomapda FF nya
    saya suka FF nya
    di tunggu karya yg lain
    (padalah banyak yg belum ku baca hihi)
    hwaiting uri imo
    saranghae 😀

    Like

  13. Akhirnya happy ending, smua telah menemukan kebahagiannya masing2, walaupun ada kesedihan di tinggal oleh sahabat dan orang yang sangat disayangi. Kesedihan karena sahabatnya itu rela mengorbankan dirinya demi orang2 yang dia cinta dan dia sayang…..
    Hwating Wid…. di tunggu karya mu selanjutnya

    Like

  14. Happy ending, semua sudah kembali ketempatnya masing2,, hhhmmm terharu dg prjuangan jonghyun, menangis saat kepergian jonghyun,, yonghye hiduplah berbahagia

    Like

  15. Ternyata jong hyun sangat baik, dia rela berkorban untuk mengembalikan semua pd tempatnya dan itu tdk sia2 krn semua berakhir bahagia:-D:-D

    Like

    1. wahh gomawoo unnii!!!
      akhirnya ga susah yaa buat komen.. hihihi…
      terus support yah!!!^^

      Like

Leave a comment