Posted in fanfiksi indonesia, freelance, sequel, series, Tiffatiffa

[FF Indonesia] Let’s Go Crazy (Part 2)


Let’s Go Crazy

Part 2

lets-go-crazy

Author : Tiffatiffa

Main cast : Jung Yonghwa dan Park Shinhye

Other cast : Im Se Mi, Lee Jonghyun, Kang Minhyuk, Lee Jungshin, Cho Kyuhyun, dan Yuna.

Editor : Riefa

~~~~~~~~~~

D-29

Yonghwa menggeram.

Tiga kali. Sudah tiga kali ia menghitung banyaknya ciuman yang dibagi oleh pasangan muda mudi di sudut counter bar berseberangan dengan tempatnya duduk saat ini. Dan sudah tiga kali juga ia menahan kakinya untuk berlari, menarik tangan gadis itu pergi.

Tapi tidak. Ia tahu jika hubungan mereka saat ini, tak memungkinkan dirinya melakukan hal itu. Meski sangat ingin membawa Shinhye pergi, ia tak berhak melakukannya. Dan satu-satunya orang yang bisa disalahkan untuk ini semua hanyalah dirinya sendiri.

Tentu! Bukankah ide gilanya sendiri yang membawa mereka dalam keadaan ini? Hei, ingatlah Jung Yonghwa, kau adalah orang yang memaksa untuk berpisah sementara. Dengan alasan penasaran, bagaimana rasanya hidup tanpa gadis itu.

Oppa.”

Gadis berpakaian minim yang sedari tadi menemani pria itu memanggil manja. Tangannya bermain di dada bidang Yonghwa, mengerling nakal. “Bagaimana jika kita lanjutkan malam ini bersama?”

Tangan gadis itu merangkak naik menuju wajah Yonghwa. Mengarahkan pandangan mata pria itu pada sebuah lorong sepi. “Mereka menyediakan beberapa kamar di sana,” bisiknya menggoda.

Yonghwa menyeringai tipis, sesaat lupa dengan pasangan paling ia benci selama hidupnya. Ia masih punya prinsip dalam berkencan. Pria itu hanya akan bercinta dengan gadis yang benar-benar ia cintai. Dan teman kencannya saat ini jelas tak masuk dalam kriteria gadis yang akan ia tiduri. Karena di dalam hatinya hanya ada satu nama yang ia cintai.

Park Shinhye.

Satu-satunya gadis yang bisa membuatnya berdebar hanya dengan berada di dekatnya. Gadis yang melengkapi setiap segi kehidupannya. Terlalu penting, hingga kadang timbul ketakutan bahwa ia tak akan bisa hidup tanpa gadis itu. Ketakutan yang membuatnya meminta hal gila untuk berpisah sementara.

Oppa, kau mau bukan?”

Suara menggoda itu kembali membuyarkan lamunan Yonghwa. Baru saja ia hendak menolak, tapi suaranya tercekat saat melihat pasangan yang sedari tadi ia maki dalam hati berjalan menuju lorong sepi, di mana tersedia pintu-pintu kamar di sisinya. Otaknya bekerja cepat.

“Tidak mungkin!” desisnya marah.

Secepat kilat ia menembus lantai dansa yang masih dipenuhi oleh banyak orang, berlari mengejar pasangan tadi menuju ke lorong sepi itu. Tepat waktu, Yonghwa sampai sebelum keduanya berhasil masuk ke dalam salah satu kamar.

“Apa yang kalian lakukan?”

Shinhye dan Kyuhyun terhenyak mendengar suara tajam milik Yonghwa. Keduanya berbalik mendapati pria itu kini menatap penuh emosi.

Kyuhyun tersenyum tipis. Ia berjalan mendekat. “Kami hanya ingin bersenang-senang. Kudengar kalian bukan lagi pasangan kekasih, jadi tidak apa-apa bukan?”

“Kau!” geram Yonghwa tertahan. Tak ada panggilan hormat yang selalu ia sematkan pada Kyuhyun. Tangannya mencengkeram keras kemeja putih pria itu. Kilat amarah di matanya membuat siapa pun tahu apa yang akan dilakukan oleh Yonghwa selanjutnya.

“Jung Yonghwa, lepaskan!”

Shinhye mencegah pria itu sebelum sempat memberikan bogem mentahnya pada Kyuhyun. Tangan Yonghwa yang sempat melayang, kini tertahan di udara. Cengkeramannya melonggar seketika mendengar teriakan familier itu, membuat Kyuhyun bisa melepaskan diri.

Oppa, bisakah kau memberi waktu kami sebentar?” Gadis itu mengalihkan pandangan pada Kyuhyun. “Aku akan menghubungimu setelah urusanku selesai,” janjinya lagi.

“Baiklah!” sahut pria itu. Ia memandang Yonghwa sebentar sebelum kembali pada Shinhye, menarik pergelangan tangan gadis itu mendekat. “Kau masih punya hutang denganku, machi?” bisiknya tepat di telinga Shinhye.

Eoh.”

Yonghwa mengepalkan tangan erat, menahan diri untuk tak memukul wajah pria itu. Tak peduli meski Kyuhyun adalah senior sekaligus rekannya yang cukup dekat di dunia hiburan. Pemandangan di hadapannya benar-benar membuat amarahnya mendidih.

“Ada apa kau kemari?” tanya Shinhye setelah Kyuhyun tak lagi terlihat. Nada bicaranya terdengar dingin, seakan Yonghwa baru saja mengganggu waktu pentingnya.

“Apa yang ingin kau lakukan dengan pria itu?”

Mengamati wajah Yonghwa seksama, Shinhye bisa menarik satu kesimpulan. Pria itu cemburu. “Oh ayolah Jung Yonghwa, kau bukan siapa-siapa yang harus tahu apa yang ingin aku lakukan dengan teman kencanku.”

“Kau ingin membalasku untuk kejadian kemarin?” desis Yonghwa menahan amarah. Hanya itu satu-satunya alasan yang bisa ia terima, Shinhye ingin membalas perbuatannya satu minggu yang lalu

Shinhye tertawa sinis. “Kau terlalu percaya diri, Yong ah. Aku hanya ingin bersenang-senang dengan Kyuhyun oppa. Tidak masalah bukan?”

“Kau sudah gila.”

“Kau yang memulai kegilaan ini lebih dulu!” balas Shinhye tak mau kalah.

“Aku tidak terlalu gila hingga sampai tidur dengan gadis lain!” teriak Yonghwa marah.

Mengingat apa yang mungkin akan dilakukan oleh Shinhye dan Kyuhyun jika saja ia tak datang tadi membuat darahnya berdesir kencang. Emosinya memuncak, terkumpul seluruhnya di ubun-ubun.

Shinhye mendengus pelan, mengolok-olok kemarahan pria itu. “Itu bukan urusanku.” Ia hendak berjalan meninggalkan tempat itu namun tangannya ditarik kuat oleh Yonghwa. Pria itu membawanya memasuki kamar yang tadi sempat terbuka. Shinhye disudutkan ke pintu yang kini tertutup sempurna sedang Yonghwa menghimpitnya.

Tanpa memberi waktu untuk lepas dari rasa terkejut, Yonghwa langsung saja mencium paksa bibir Shinhye. Gadis itu meronta cepat namun kekuatannya tak sebanding dengan Yonghwa. Apalagi pria itu mengunci kedua tangannya, sehingga ia tak bisa bergerak bebas.

Merasa Shinhye tak membalas ciumannya, Yonghwa semakin memaksa. Ia bahkan sengaja menggigit bibir bawah gadis itu, membuatnya mau tak mau membuka mulut. Yonghwa semakin bernafsu melumat bibir manis yang selalu membuatnya candu. Tangannya bermain di bagian atas baju gadis itu, mencoba menariknya turun melewati batas pantas.

Aksi gilanya baru terhenti saat merasa tetesan hangat membasahi pipinya. Setengah sadar ia melepaskan tautan bibirnya. Shinhye tampak ketakutan. Wajahnya sembab karena air mata, bibirnya sedikit membengkak. Dan gaun hitam berkilauan yang ia pakai sedikit turun hingga memperlihatkan sedikit bagian dalamannya. Shinhye menundukkan kepala, tak berani menatap pria itu. Takut ia akan kembali memaksa.

“Maaf,” lirih Yonghwa tertahan.

Dengan kesadaran yang sudah pulih sepenuhnya, ia segera membuka mantel yang digunakan, membiarkan dirinya hanya berbalutkan kaos berwarna abu-abu tipis. Lalu mantel tersebut ia sampirkan pada tubuh Shinhye, menutupi bagian yang terbuka karena ulahnya tadi.

“Maafkan aku,” ucapnya sembari menghapus sisa air mata di wajah sembab gadis itu. “Aku..–”

“Aku ingin pulang,” potong Shinhye dengan suara bergetar.

Yonghwa mendesah pelan sebelum akhirnya mengangguk pasrah. Ia tahu perbuatannya tadi benar-benar membuat Shinhye ketakutan. Untuk sesaat Yonghwa bahkan tak mengenali dirinya sendiri. “Arraso. Aku akan mengantarmu pulang.”

Anni. Aku akan pulang sendiri,” tolak Shinhye.

“Shin..–”

“Aku ingin sendiri. Kumohon.”

Dengan berat hati Yonghwa akhirnya menyetujui keinginan Shinhye. Mengenal gadis itu bertahun-tahun, ia tahu bahwa Shinhye memang butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri. Lagipula ia juga butuh waktu untuk sendiri, merenungkan sikapnya yang tadi sudah sangat kelewatan. “Tapi biarkan aku mengantarmu sampai tempat parkir, hmm?”

Tanpa menunggu jawaban, Yonghwa menggenggam tangan gadis itu erat. Menuntunnya keluar melewati lautan manusia yang masih berpesta di lantai dansa. Shinhye hanya bisa mengikuti dalam diam, karena ia tahu serigala liar yang tadi menguasai Yonghwa telah lenyap tanpa jejak.

~~~~~~~~~

D-28

Dering ponsel terus berbunyi sejak Shinhye keluar dari mobilnya namun gadis itu tak peduli dan tetap melangkahkan kaki memasuki lift yang akan membawanya keluar dari basemen. Meski begitu mengganggu, Shinhye tetap tak berniat menjawab panggilan yang ia ketahui dari siapa.

Jung Yonghwa. Sejak pagi hari pria itu sudah sibuk mengiriminya berbagai macam pesan dan chat. Isinya sepintas terlihat sama. Permohonan maaf dan berharap dapat bertemu dengannya. Lalu karena tak juga mendapatkan balasan, pria itu mulai menghubungi Shinhye. Dan Shinhye tentu tetap kokoh pada pendiriannya untuk tak menjawab telepon pria itu. Ia bahkan mematikan ponselnya sekarang.

Shinhye masih takut bertemu dengan Yonghwa. Kejadian semalam membuatnya merasa khawatir dengan akhir hubungan mereka kelak. Rasanya ia dan Yonghwa sedang berjalan di atas kristal es tipis yang sebentar lagi akan mencair, menenggelamkan mereka dalam lautan dingin di bawah sana.

Ia tak lagi mengenal sosok Yonghwa. Pria paling lembut yang pernah ditemukannya. Pria yang ia yakini tak mungkin menyakitinya. Namun kenyataannya selama kesepakatan mereka berlangsung Yonghwa terus saja melukainya, membunuhnya perlahan.

Semalam Shinhye merenung. Rasa sesak selama satu bulan yang ia tahan sendiri kini semakin menjadi, membawanya pada penyesalan yang mendalam. Jika saja saat itu ia bersikeras untuk menolak ide gila Yonghwa. Jika saja ia tak luluh dalam buaian pemikiran tak rasional pria itu.

Lelah memaki diri sendiri, Shinhye akhirnya memutuskan untuk pergi. Ia tahu kesendirian hanya akan membuatnya gila. Dan satu-satunya tempat yang ada di otaknya ketika pertama kali terbangun tadi adalah tempat tinggal Se Mi. Aktris yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri ini pasti mau mendengarkan semua keluhannya.

Tepat di lantai 12, pintu lift terbuka. Shinhye berjalan keluar dan berbelok pada salah satu lorong lalu berhenti di sebuah pintu bernomor 1205. Baru saja ia hendak menekan bel, pintu terbuka dari dalam. Seorang pria dengan dandanan berantakan khas orang baru bangun tidur keluar dari pintu tersebut. Pria itu tampak sedikit gugup melihat kehadiran Shinhye. Memberikan senyum tipisnya, lalu melesat menghilang di ujung lorong.

Shinhye menghela napas pelan. Beruntung ia tak datang terlalu pagi ke sini. Jika tidak, maka pastinya ia akan berada dalam situasi tak menyenangkan.

“Oh? Kau datang?” Se Mi yang sedang berada di counter dapur yang terhubung langsung dengan ruang depan cukup terkejut melihat kehadiran Shinhye di apartemennya. Untung saja pria yang semalam bersamanya tadi sudah pulang.

Shinhye menghempaskan tubuhnya di sofa single. Ia melirik ke arah Se Mi yang sedang berjalan ke arahnya dengan dua gelas jus jeruk. “Siapa pria tadi?”

“Lee Hyuk Jin? Lee Hyun Jin? Ah … Mollaso!” jawab Se Mi tak yakin.

Shinhye mendengus pelan sembari menggeleng-gelengkan kepala. Satu hal yang tidak begitu ia sukai dari Se Mi adalah kehidupan malamnya yang begitu liar. Tidak terhitung berapa banyak one night stand yang pernah ia jalani.

“Aish, sudahlah. Kau tahu seperti apa aku ini!”

Eoh. Dan karena itulah seharusnya aku tak ikut denganmu semalam,” cibir Shinhye. Sejujurnya semalam ia hampir saja kehilangan kendali jika saja Yonghwa tak datang. Satu hal yang ia syukuri dari sekian banyak hal yang menyakitkan dari pertemuannya dengan sang mantan kekasih sementara itu.

Se Mi mengerucutkan bibir sebal lalu tiba-tiba ia teringat bahwa semalam ia pulang tanpa mengucapkan selamat tinggal pada Shinhye. “Ah, iya! Semalam kau pulang dengan siapa? Apa dengan personel Super Junior itu?”

Anni.” Shinhye menyeruput jus jeruknya pelan. “Aku pulang sendiri.”

Aigoo…. Seharusnya kau lebih memanfaatkan kesempatan! Cho Kyuhyun itu cukup menggoda bukan?”

“Tsk …. Aku tidak sepertimu, Eonni.”

“Ah, ye …. Kau tidak mungkin bermain-main dengan pria lain selain kekasih gilamu itu bukan?”

Shinhye terdiam mendengar ejekan Se Mi yang hanya bercanda. Menyadari sikap diam sahabatnya, Se Mi menghela napas pelan. Ia mengamati Shinhye baik-baik hingga menyadari wajah sembab gadis itu yang terlihat jelas meski ditutupi make up dengan baik.

“Apa terjadi sesuatu kemarin?”

Diam. Shinhye menatap jari jemarinya yang bertautan di atas pangkuannya sebelum akhirnya memutuskan bercerita. “Yonghwa melihat aku dan Kyuhyun semalam.”

“Lalu?”.

“Dia marah.” Shinhye menjilat bibirnya yang mengering. “Dan cemburu,” tambahnya lagi.

Se Mi bertepuk tangan riuh. “Daebak! Bukankah sudah kukatakan ini akan berhasil! Kau membalasnya dengan baik, Shin.”

“Tapi aku tak merasa senang, Eonni. Aku justru merasa sakit saat ia menatapku seolah aku ini wanita murahan. Aku tak merasa bahagia saat melihat wajah Yonghwa yang dipenuhi kecemburuan. Aku merasa sesak. Rasanya seperti tak bisa bernapas.”

Menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, Se Mi memandang sahabatnya lekat. Ia sendiri bingung harus mengatakan apa. Ia tak pernah mengalami hal seperti yang Shinhye rasakan. “Maaf. Aku pikir kau akan lebih baik jika bisa membalas perbuatan Yonghwa. Aku lupa kau berbeda denganku.”

Hening sejenak. Tak ada suara apa pun dari dua wanita itu. Shinhye memandang langit-langit ruang tamu berwarna putih bersih itu. Matanya lalu terpejam erat seolah tengah memikirkan hasil sebuah hitungan matematika paling rumit. “Aku ingin mencoba hidup sepertimu, Eonni,” ujarnya tiba-tiba.

Se Mi mendengus kecil lalu menggelengkan kepala tak percaya. “Kau tak akan bisa.”

“Aku akan mencobanya,” ujarnya yakin. Kali ini ia sudah membuka mata, mengganti objek pandangannya ke arah Se Mi.

Wae?”

Se Mi menegakkan kembali tubuhnya, menatap Shinhye saksama. Penasaran dengan alasan kuat gadis itu. Baru saja Shinhye bilang bahwa melihat kecemburuan Yonghwa justru membuatnya sakit. Lalu sekarang, ia ingin mencoba menjadi gadis bebas sepertinya, yang tentu saja akan membuat Yonghwa semakin marah.

“Kenapa kau ingin bermain-main dengan pria-pria itu sekarang? Kau bilang kau tak suka melihat Yonghwa cemburu padamu. Lalu kenapa?”

“Ini bukan untuk membuat Yonghwa cemburu.”

“Lalu untuk apa?”

Shinhye mendesah pelan sebelum menjawab. “Untuk mencari tahu rasanya kebebasan yang dicari Yonghwa,” Matanya menerawang jauh kembali ke langit-langit ruangan. “Dia terlihat bahagia. Aku ingin tahu rasa bahagia seperti apa yang Yonghwa dan juga kau rasakan dari kehidupan seperti ini.”

Menutup mulut tak percaya, Se Mi hanya mampu memandang Shinhye dengan matanya yang melebar. Jika tidak melihat gurat keseriusan yang berbalut kesedihan di wajah gadis itu, Se Mi mungkin akan menganggap ucapannya tadi hanya sebuah candaan.

“Shinhye ….–”

“Kau harus membantuku, Se Mi Eonni. Eoh?”

“Kau menjadi gila seperti Yonghwa,” komentar Se Mi tak percaya.

Shinhye memasang senyum tipis yang terlihat jelas dipaksakan. “Aku harus melakukan hal gila sebelum benar-benar menjadi gila bukan?”

Se Mi akhirnya mengangguk setuju. Shinhye benar. Lebih baik melakukan hal gila lebih dulu sebelum benar-benar jatuh pada harapan yang membuatmu gila. Setidaknya akan jauh lebih baik menjadi gila dengan kesadaran penuh.

~~~~~~~~~

Yonghwa menggaruk kepalanya frustasi. Sejak pagi tadi ia sudah mencoba menghubungi Shinhye, namun tak pernah terhubung. Tak terhitung juga berapa banyak pesan dan chat yang ia kirimkan untuk gadis itu. Namun bahkan hingga matahari sudah terbenam, Shinhye masih belum membalas pesannya.

“Apa yang terjadi?”

Jonghyun yang sedari tadi mengamati sikap Yonghwa bertanya penasaran. Semenjak mereka bertemu di bandara, sang vokalis CNBlue itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Bahkan saat mereka sudah memasuki VIP lounge di Bandara Gimpo ini, Yonghwa masih belum melepaskan tatapannya dari ponsel. Hal yang sudah sangat jarang terlihat sejak pria itu memutuskan ‘putus’ dari Shinhye.

Penggila gitar itu tiba-tiba memikirkan sesuatu. Ia menatap pemimpin band-nya tajam. “Kau mengincar gadis baru lagi?”

Yonghwa mendecak kesal. Mata elangnya membalas tatapan mematikan Jonghyun. “Apa aku pernah begitu frustasi seperti ini karena sembarang gadis?”

Anni,” jawab Jonghyun cepat. Ia lalu berusaha berpikir cerdas. “Shinhye? Kau menghubungi Shinhye?”

Eoh.”

Wae?”

Sebuah senyum gembira terukir di wajah Jonghyun. Setelah lebih dari satu bulan akhirnya Yonghwa mulai kembali waras. “Kau merindukannya?”

Yonghwa mendengus keras. Ia menatap kaca jendela besar yang berhadapan langsung dengan landasan pacu. Membuatnya bisa melihat jelas pesawat-pesawat yang hendak terbang atau mendarat. “Pertanyaan macam apa itu? Kau tahu aku selalu merindukannya.”

Jonghyun hanya menjawab dengan anggukan yang terkesan dipaksa. Sebuah bentuk sarkasme. Tentu saja ia tak percaya jika sang leader kebanggaannya itu mengatakan kata rindu untuk Shinhye. Setelah apa yang dilakukan Yonghwa selama satu bulan ini. Bersenang-senang dengan hampir semua gadis yang mendekatinya.

Sebagai seorang pria, tentu saja Jonghyun bisa mengerti. Bersenang-senang dengan gadis-gadis cantik nan menggoda adalah hal lumrah untuk pria mendekati sempurna seperti Yonghwa. Namun ia tak yakin jika Shinhye bisa mengerti. Entah apa yang dilakukan gadis itu jika tahu kelakuan Yonghwa selama periode putus sementara ini.

“Kemarin kami bertengkar.”

Satu informasi dari Yonghwa membawa Jonghyun untuk kembali fokus pada pria itu. Ia mengangkat sebelah alisnya. Penasaran, namun enggan bertanya dan membiarkan Yonghwa terus bercerita.

“Sebenarnya bukan bertengkar. Kemarin aku bertemu dengannya di klub malam. Dia bersama Kyuhyun, dan aku menjadi marah,” ceritanya pelan. Sudut matanya mengawasi Jungshin dan Minhyuk yang tertidur di sofa di sisi ruangan besar ini.

“Kenapa kau sampai marah? Apa Shinhye melakukan sesuatu yang buruk dengan Kyuhyun Hyung?”

“Dia ….” Yonghwa menarik napas sejenak. Untuk menyelesaikan satu kalimat sederhana yang sudah berada di ujung lidahnya benar-benar sulit. Napasnya tercekat mengingat kejadian semalam berputar kembali di otaknya. “Mereka berciuman. Dan mungkin akan melakukan hal yang lebih lagi jika aku tak segera datang.”

“Kau cemburu?”

“Tentu saja!”

Jawaban spontan dari Yonghwa membuat Jonghyun mendengus pelan. “Kalau begitu coba pikirkan perasaan Shinhye jika tahu perbuatanmu selama ini,” ujarnya kemudian.

Hyung kau tahu, meskipun apa yang kau lakukan selama ini bukanlah suatu pengkhianatan, tapi rasanya akan tetap menyakitkan untuk Shinhye. Apalagi dengan kesepakatan gila yang kalian buat, bahwa dalam waktu dua bulan kalian akan kembali bersama, itu akan menambah rasa sakit berkali lipat. Karena di alam bawah sadar kalian, kau dan Shinhye sama-sama merasa masih memiliki satu sama lain. Dan hubungan dengan pria atau wanita lain akan menjadi racun untuk kalian berdua.”

Jonghyun menarik napas sejenak. Kali ini ia ingin mengeluarkan seluruh pendapatnya tentang kesepakatan berbahaya yang telah Yonghwa dan Shinhye buat. “Bagaimana jika Shinhye lelah nantinya. Apa yang akan kau lakukan?”

Yonghwa terdiam. Pertanyaan Jonghyun mengusik ketakutan yang selama ini ia simpan baik-baik. Rasa khawatir bahwa Shinhye akan lelah menunggu selama waktu dua bulan ini, lalu pergi meninggalkannya. Tapi segera dienyahkannya pikiran buruk itu. Ia yakin dan percaya semua akan baik-baik saja. Segala kesepakatan yang mereka buat akan dapat diselesaikan dengan sempurna.

“Kau tidak perlu khawatir Hyun ah. Aku yakin cinta kami akan mampu mempertahankan segalanya,” ujar Yonghwa berusaha meyakinkan diri sendiri.

Jonghyun hanya bisa menghela napas kecewa. Yonghwa masih belum menghentikan kegilaaannya. Mungkin saat segala sesuatunya berbalik, baru pria itu akan sadar.

~~~~~~~~~

D-25

Kyuhyun tersenyum senang saat melihat wajah cantik itu berjalan memasuki ruangan kafe lalu duduk di hadapannya. Ia mengamati saksama Shinhye yang masih fokus pada menu yang tersedia. Kafe ini hanya menjual minuman, namun dengan harga yang fantastis. Bukan karena rasa, tapi karena fasilitas untuk selalu menjaga privasi dari konsumennya. Keeksklusifan dan privasi, dua hal mahal yang memang dibutuhkan oleh orang-orang sepertinya, figur publik atau para pewaris tahta. Dan para elite yang jumlahnya tak sampai 1% dari populasi negara ini tentu rela membayar mahal untuk itu semua.

“Aku tak menyangka kau akan mengajakku bertemu.”

Pria itu membuka percakapan setelah Shinhye selesai memesan. Shinhye mengangkat kedua bahunya acuh. “Aku sudah berjanji akan menghubungimu. Tapi kalau ternyata kau tidak menginginkannya, aku tak akan mengganggu.”

Gadis itu bersiap untuk meninggalkan tempat yang belum sampai lima menit ia datangi. Namun tangan kekar Kyuhyun menahannya. Ia menatap seduktif pada Shinhye. “Hei, aku hanya bertanya, kau tahu? Sejujurnya aku menantikan telepon darimu. Kita masih punya banyak hal yang harus diselesaikan,” ujarnya menggoda.

Satu sisi bibir gadis itu melengkung ke atas, membentuk seringaian tipis. Sekarang ia bisa memahami, mengapa Shinwon selalu mengatakan bahwa semua pria adalah berengsek. Kakak satu-satunya itu benar. Di depannya sudah ada contoh nyata. Bagaimana seorang pria bisa melupakan teman hanya karena gairah pada seorang wanita.

Tapi Shinhye tak peduli. Toh ia yang memilih jalan ini sendiri. Mengikuti kesepakatan serta ikut tenggelam dalam rencana gila Yonghwa. Merasakan kebebasan yang selama ini menjadi bagian alasan kegilaan Yonghwa. Ia ingin tahu rasanya. Seperti kata orang, saat kau bermain dalam pantai, kau harus menceburkan diri sepenuhnya untuk meraskan sensasi terbaik. Jadi ia tak akan ragu. Meski dunia mengatainya gila, ia akan tetap mencoba kebebasan yang selalu dielukan banyak orang.

~~~~~~~~~

D-14

Lagi. Takdir tampak selalu mempermainkan dua insan ini. Yonghwa dan Shinhye bertemu kembali. Dengan membawa pasangan masing-masing, keduanya tak menyangka akan bertemu di bar tempat pergantian malam tahun baru dilaksanakan. Meski kini sudah memasuki tahun baru, karena keduanya baru saja tiba dari perhelatan acara tahunan televisi yang berbeda.

Annyeong Yonghwa,” sapa Shinhye mencoba bersikap ramah meski tampak sekali dibuat-buat. “Kau bersama gadis baru lagi,” komentarnya sembari menyunggingkan senyum manis penuh kepalsuan.

Sang gadis yang digandeng oleh Yonghwa cepat-cepat memberi salam. Penuh rasa hormat tentu saja karena dua orang di hadapannya adalah seniornya di dunia hiburan. “Annyeonghasseo Sunbaenim.”

Annyeong Hani-ssi,” balas Kyuhyun ramah. Sedang Shinhye hanya memberikan senyum tipis seadanya. Matanya mengamati saksama sosok gadis cantik yang berdiri di sebelah Yonghwa. Lagi-lagi pria itu berkencan dengan anggota girlgroup. “Sepertinya seleramu untuk teman kencan masih belum berubah.”

Yonghwa tak membalas kata-kata Shinhye yang jelas seperti sebuah sindiran. Ia lebih merasa geram melihat pria yang datang bersama gadis itu, Cho Kyuhyun. Dan lihatlah, bahkan Shinhye mempererat gandengannya di lengan pria itu, membuat amarah Yonghwa semakin mendidih.

“Dan kau sepertinya masih bermain-main dengan temanku, Shinhye-ssi.”

Shinhye tertawa kecil. Tawa yang bahkan terdengar begitu sinis di telinga Hani dan Kyuhyun. “Kau benar. Ini semua karena temanmu tahu cara memperlakukan wanita dengan baik.”

Yonghwa mendengus keras. Sebelum ia sempat membalas pernyataan Shinhye, Hani sudah lebih dulu bersuara. “Oppa, teman-temanku ada di sana. Bukankah sebaiknya kita menyapa mereka?” tanyanya memohon. Firasatnya mengatakan akan ada hal buruk yang terjadi jika Yonghwa dan Shinhye masih melanjutkan perdebatan yang begitu kentara ini.

“Ah! Kalau begitu silahkan.”

Kyuhyun menggeser badannya ke samping. Memberi jalan kepada dua sejoli itu untuk pergi menemui gerombolan lain di dalam. Dengan cepat Hani menarik pergelangan tangan Yonghwa, sedikit memaksa untuk membawa pria itu pergi.

“Sepertinya kau masih punya cinta yang besar untuknya,” komentar Kyuhyun setelah dua orang itu menghilang di tengah kumpulan manusia.

Shinhye mengalihkan pandangannya pada Kyuhyun. “Ini tidak ada hubungannya denganmu.”

“Tsk!” Pria itu mendengus kesal. “Kau sedang berkencan denganku. Tentu saja itu menjadi masalahku.”

Oppa. Kau tidak berpikir bahwa kita berada dalam hubungan yang serius bukan? Kupikir kita sepakat untuk bermain-main saja.”

Kyuhyun terdiam. Perkataan Shinhye mengusik pikirannya. Benar. Selama ini ia tak pernah menjalani hubungan serius dengan siapa pun. Ia tak pernah menggunakan hatinya dalam berkencan. Itu pun berlaku untuk pasangannya. Ia justru berharap wanita yang ia kencani tak menggunakan perasaan dalam hubungan mereka.

Tapi kali ini berbeda. Melihat bagaimana sikap Shinhye pada Yonghwa, ia tahu gadis itu masih menyimpan rasa pada sang mantan kekasih. Dan meski benci mengakuinya, ia tak suka pada kenyataan itu.

Melihat pria itu terdiam, otak Shinhye mulai menarik satu kesimpulan. Ia menarik napasnya dalam. “Kita bisa mengakhiri hubungan ini sekarang. Aku tidak sedang mencari pria yang serius mengencaniku. Aku hanya ingin bermain-main,” katanya lantas melenggang pergi.

Kyuhyun mendesah keras. Tak punya pilihan, ia berlari mengejar gadis itu. Menarik tangannya cepat membuat Shinhye berbalik menghadapnya. Sebelah tangannya yang lain dengan lihai meraih dagu gadis itu, membawa bibirnya mendekat. “Kau tidak bisa pergi. Permainan ini belum selesai, Chagi,” ucapnya sebelum bibir keduanya bersentuhan.

~~~~~~~~~

Shinhye tampak terkejut melihat sosok tampan yang berdiri di hadapannya membelakangi pintu berbahan vinyl berwarna putih gading. Pria itu tak terlihat bimbang meski sekarang ia berada di dalam toilet wanita. Shinhye melirik kenop pintu yang terkunci. Sedikit merasa takut, namun ia sama sekali tak ingin menunjukkannya. Dengan percaya diri ia mencoba menampilkan senyum dingin meski kakinya refleks mundur beberapa langkah.

Seolah membaca ketakutan terselubung gadis itu, Yonghwa segera saja menjelaskan maksud kedatangannya. “Aku hanya ingin bicara denganmu.”

Shinhye mendengus pelan. Sang rocker satu ini mungkin sudah mabuk, atau ia memang benar-benar sudah kehabisan akal. Hanya untuk sekedar bicara empat mata dengan Shinhye saja ia sampai harus masuk ke dalam toilet wanita.

“Ada apa?” tanya Shinhye tak ingin basa-basi. Jujur ia sangat risih dengan keadaan saat ini.

“Tidak bisakah kau berhenti menemui pria itu lagi?”

Tertawa sinis, Shinhye tahu pria yang dimaksud. Cho Kyuhyun. Salah satu teman minum Yonghwa yang kini menjadi teman kencannya. “Kau tak nyaman karena dia adalah temanmu? Baiklah. Mengingat usahamu hingga seperti ini, aku akan mencari pria lain yang tak ada hubungannya denganmu,” jawab Shinhye santai. Tangannya bersedekap di depan dada.

Anni.” Yonghwa berkata tegas. “Jangan menemui pria mana pun lagi.”

Senyum dingin gadis itu menguap seketika. Tak percaya rasanya dengan perkataan Yonghwa yang terasa seperti sebuah perintah. “Ada apa ini? Kau memintaku tidak menemui pria lain? Yonghwa yah, bukan seperti itu aturannya, kau tahu? Aku dan kau bebas berkencan dengan siapa pun. Bukankah kau yang mengatakannya dulu?”

“Kesepakatan batal. Tidak ada lagi kesepakatan gila itu. Aku ingin kita kembali bersama.”

Neo michosso? Kau pikir siapa dirimu seenaknya membatalkan kesepakatan itu sesuka hatimu?” tanya Shinhye tajam.

Gadis itu membuang napas kasar, membuat aroma alkohol yang tadi ia teguk tercium samar. Masih jelas di ingatannya betapa dulu ia mencoba menolak ide gila Yonghwa untuk berpisah. Lalu saat ia secara tersirat meminta pada pria itu untuk menghentikan kesepakatan mereka. Namun tentu saja seorang Jung Yonghwa yang keras kepala sama sekali tidak menggubrisnya. Dengan keyakinan penuh ia terus percaya diri melanjutkan kesepakatan sepihak itu.

Dan kini, tak sampai sepertiga waktu yang tersisa, pria itu membatalkan kesepakatan secara sepihak. Seolah ia adalah pusat segalanya, dengan sangat percaya diri ia ingin hubungan mereka kembali seperti dulu. Tentu Shinhye tak bisa menerimanya.

“Kembali bersama?” Shinhye menaikkan sebelah bibirnya, memberikan senyum sinis terbaik yang bisa ia lakukan. “Itu tidak akan terjadi. Kau tahu?”

Shinhye maju beberapa langkah lalu dengan keras menggeser tubuh Yonghwa yang berada tepat di depan pintu. Belum sempat ia membuka kenop yang terkunci, pergerakan tangannya ditahan oleh Yonghwa. Shinhye menoleh cepat. Bayang-bayang saat terakhir mereka bersama di dalam kamar bar membuat matanya memancarkan ketakutan.

Yonghwa yang menyadari pancaran ketakutan di mata gadis itu segera melepaskan tangannya. “Maaf,” ujarnya pelan. “Jangan pergi. Aku hanya ingin kau mendengarkanku.”

Melihat ketulusan di mata elang Yonghwa, Shinhye tak kuasa menolak. “Lima menit. Aku memberimu waktu lima menit.”

Yonghwa menarik napasnya dalam, mempersiapkan diri untuk bersuara. Beberapa hari ini ia sudah memikirkan semuanya. Sejak ia melihat Shinhye bermesraan dengan pria lain, hidupnya tak lagi bisa tenang. Ada sebuah ketakutan yang mulai muncul di dalam hatinya. Awalnya Yonghwa pikir ia bisa mengatasi perasaan takut itu. Dengan berpegang pada kesepakatan tak tertulis yang ia dan Shinhye sepakati bersama, ia yakin ketakutannya tak akan menjadi kenyataan.

Namun setelah melihat bagaimana Shinhye memperlakukannya dengan dingin seolah ia tak berarti membuat Yonghwa tak bisa mengontrol diri. Belum lagi melihat Shinhye bermesraan dengan Kyuhyun di depan orang-orang. Kepercayaan dirinya runtuh seketika. Semua perkataan sahabat-sahabatnya mulai terngiang satu per satu.

Bagaimana jika Shinhye akhirnya lelah dan memutuskan untuk benar-benar mengakhiri hubungan mereka? Bagaimana jika kegilaan yang dulu ia mulai justru berubah menjadi mimpi buruk untuk hubungan mereka? Bagaimana jika Shinhye akhirnya menemukan pria yang lebih baik untuknya? Pria baik yang tak menyakiti Shinhye. Pria baik yang tak punya pemikiran gila seperti dirinya.

Sudah dua menit waktu berlalu, namun sepertinya Yonghwa masih belum juga berniat membuka suara. Terjebak dalam ruang pemikirannya sendiri yang entah sejak kapan tak bisa lagi Shinhye baca. “Tiga menit lagi,” ujarnya mengingatkan.

Yonghwa kembali dari alam bawah sadarnya. Ia menjilat lidahnya yang tiba-tiba terasa kering. Ada sebuah ketakutan di mata elangnya, tapi toh ia tetap bersuara. “Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku takut kau pergi. Aku tidak ingin meneruskan ini lagi, Shinhye.”

Diam. Shinhye belum berkomentar. Ia masih terlalu terkejut dengan perubahan mendadak dari Yonghwa. “Aku tidak suka kau bersama pria lain. Rasanya aku sangat ingin marah. Aku ingin menarikmu segera setiap kali melihat kau bersama pria lain. Ini menyesakkan, dan aku tidak suka itu.”

“Jadi karena kau tidak suka, maka aku harus berhenti?” Shinhye melengos, menatap pantulan dirinya dan Yonghwa di cermin besar di depan wastafel. Ia membuang napas keras sebelum kembali mengalihkan pandangan pada pria itu lagi. “Kau tahu? Kau benar-benar sangat egois. Apakah kau pikir dunia ini hanya berputar di sekelilingmu? Jika kau masih bersenang-senang, bahkan air mataku tidak bisa menghentikanmu. Tapi jika kau tak suka, maka kau bisa membatalkan semuanya sesuka hatimu. Seperti itu?”

Yonghwa tak menjawab. Tak ada kalimat bantahan atau penjelasan benar untuk sikapnya. Ia memang pria berengsek dan egois. Shinhye benar untuk itu. Tapi …. “Itu karena aku mencintaimu,” ujarnya pelan. Ia tahu ucapannya akan terdengar gila, namun ia tak peduli lagi. Yonghwa hanya berharap Shinhye akan mau memaafkannya dan membatalkan semua kesepakatan itu.

“Aku mencintaimu.”

Sebuah kalimat ajaib yang dulu selalu bisa membuat Shinhye berbunga justru kini membuatnya tertawa keras. Sarkastis. Dengan penuh kepercayaan diri ia memandang remeh pada Yonghwa. “Kau harus segera memeriksakan dirimu Yonghwa-ssi,” desisnya tajam. Ia mengangkat pergelangan tangan kirinya, berpura-pura mengecek waktu. “Lima menitmu sudah habis. Sebaiknya kita tidak usah lagi bicara hingga batas kesepakatan kita berakhir. Dua minggu lagi, dan kita bisa membicarakan hubungan kita selanjutnya.”

~~~~~~~~

To be continued..

Notes:

Aseek selesai juga part 2 nya. Awalnya aku mau buat twoshoot loh. Tapi liat komentar kalian malah jadi belibet deh ceritanya. So, kalau kalian punya masukan mau akhirnya kayak gimana, coba ditulis aja. Siapa tahu bisa jadi inspirasi aku hahaaa..

 

Catatan Admin :

Let’s Go Crazy part 2. Wah semakin ribet ceritanya, tapi emang salah Yonghwa sih dengan segala ide gilanya itu. Harusnya Yonghwa memang diberi pelajaran keras agar tidak egois dan keras kepala lagi. Yonghwa harus benar-benar menunjukkan kalau dia memang menyesal, entah bagaimana caranya sehingga Shinhye bisa menerima dia lagi, kalau memang mereka nantinya bersatu hehehe. Makasih Tifa 🙂

Selamat membaca dan jangan lupa komentar, saran dan kritiknya. Terima kasih

PS. Update postingan FF di web bisa dilihat di facebook HS Corner Shop atau di twitter Lovetheangels1

77 thoughts on “[FF Indonesia] Let’s Go Crazy (Part 2)

  1. Duh nyeseknya sampe sini yeorobun:3
    Pengen nangis bacanya. Berasa sini yang ada di posisi Shinhye huhu.
    Keren kak chapter ini pun❤️

    Like

  2. ya,shinhye jdi kya gtu dh,tanggung jawab yong kmu buat shinhye kya gtu.bneran retak kn hati shinhye.
    autor bneran pinter ngajak pmbaca kya aq masuk rasain yg ada d cerita.fighting

    Like

  3. Rasain tuh bang Yong… Huhft…
    Shinhye good lah.. Beri Yonghwa pelajaran dulu biar kapok..😀😀

    Like

  4. Nah loh cemburu kn akhirnya, makanya segera akhiri deh kesepakatan yg gila ini…
    Dari pada sama2 sakit…

    Like

  5. Shinhye keren bgt sikapnya…yonghwa kena karma deh, makanya jgn kepedean deh…tuh shinhye udah kecewa bgt ama yongie…keren ff nya thor, jalan ceritanya asik

    Like

  6. Siapa yang berani bermain api,,,,berarti dia siap kebakar….yong wha tuh kan nyesal….

    Like

  7. Emang yonghwa gilaakk😡,menyesal itu emang ga pernah diawal yongie,,,moga uri shinhye msh berpikir rasional,ga ikut gila kyak yongie

    Like

  8. Senjata makan tuan yongie…cwo memang egois,slalu mengkuti khndak’y sendiri..ya berdoa aja smga shin hye ga berubah,dan gk jtuh cinta sma evil kyu

    Like

  9. Yonghwaa bener” sudahh gak tahan, ya udah kembali aja dripda saling cemburu…huhft

    Like

Leave a comment