Posted in cikbella, fanfiksi terjemahan, sequel, series

[FF Terjemahan] Our Love Contract (Part 15)


Our Love Contract

Part 15

9yn11iz

Penulis : Cikbella

Karakter :

Park Shinhye : Ketua Cheerleader, Mahasiswi jurusan akting, Penyanyi/Aktris

Jung Yonghwa : Ketua Tim Basket, Mahasiswa jurusan musik, Penyanyi Rock

Lee Hongki : Teman baik Yonghwa dan Shinhye

Choi Jimin : Reporter yang menjengkelkan

Lee Jonghyun

Jung Yunhee

Beberapa karakter kecil lainnya

.

Cerita asli : Our Love Contract

.

Diterjemahkan oleh Riefa

.

—oOo—

.

Catatan :

Kata yang tercetak miring dalam bahasa Korea dan Inggris yang memang sengaja tidak diterjemahkan.

Setiap pergantian chapter di AFF ditandai dengan judul di tengah yang ditulis tebal

.

Perhatian!!!

Siapkan kopi pahit atau air putih yang banyak sebelum membaca part ini 😝

.

—oOo—

.

Back To Seoul (Chapter 45)

.

Yonghwa sangat bersemangat setelah menyanyikan lagu duet. Dia tampil lebih energik daripada biasanya.

Yonghwa berlari ke belakang panggung, setelah ia meminta izin pada para penggemar, sebelum ia mengakhiri konsernya. Dia mengajak Shinhye ke panggung sekali lagi dan meminta Shinhye duduk di kursi.

“Aku tidak menduga kamu ada di sini hari ini.” Yonghwa memulai. Para penggemar menjerit dan berteriak dengan antusias, menanti apa yang akan Yonghwa lakukan.

Yonghwa tersenyum lebar dan menghadap ke arah para penggemarnya.

“Saya menambahkan satu lagu di dalam daftar hanya untuk pacar saya, Park Shinhye dan saya harap kalian juga akan menyukainya.”

Yonghwa menerima teriakan keras sebagai jawaban dari para penggemarnya.

Yonghwa membungkuk pada mereka dan mengambil gitarnya. Dia duduk di kursi di samping Shinhye dan meraih tangannya. Dia mencium tangan Shinhye sebelum menempatkan tangan itu di pangkuan Shinhye.

“Aku sudah berlatih lagu ini.” Yonghwa tersenyum. “Lagu ini hanya untukmu.”

Yonghwa menyetem gitar akustiknya dan membuat orang-orang terlena dengan sikap manisnya.

Yonghwa lalu mulai menyanyikan lagu “Just The Way You Are” sambil ia menatap mata Shin Hye.

You are amazing, just the way you are (kamu menakjubkan, apa adanya dirimu).”

Yonghwa mengakhiri lagu itu dan menerima tepuk tangan meriah dari penonton.

Shinhye memerah wajahnya saat Yonghwa menatap wajahnya tanpa mengedipkan mata.

Shinhye merasakan cinta dalam tatapan Yonghwa.

Shinhye merasa aman dalam genggaman tangan Yonghwa.

Shinhye merasa kalau dia sudah semakin jatuh cinta pada pacar palsunya.

Shinhye tersenyum dan mengusap rambutnya.

“Terima kasih.” Bisik Shinhye pada Yonghwa dengan mata berbinar.

Yonghwa berdiri dan mencium kening Shinhye. Dia meraih tangan Shinhye dan meletakkannya di lengannya. Dia berjalan ke depan panggung dan menyampaikan kalimat penutupnya.

“Ini benar-benar hebat. Saya tahu sebagian besar dari kalian datang ke beberapa konser saya bulan ini. Saya merasa tersanjung karena saya memiliki para penggemar yang hebat.”

Yonghwa tersenyum dan membungkuk.

“Mengenai gosip putus, saya ingin menjelaskan kalau itu tidak benar. Kami masih bersama-sama dan kami saling dimabuk cinta.”

Yonghwa mendapatkan tepuk tangan dari para penggemarnya dari kalimatnya itu.

“Terima kasih karena sudah mendukung kami, terima kasih karena sudah memberikan kami restu kalian. Saya akan terus membuat musik yang bagus dan akan kembali lagi.”

Yonghwa beralih pada Shinhye dan tersenyum padanya. “Apa kamu ingin mengatakan sesuatu?”

Shinhye mengambil mikrofon dari Yonghwa dan membungkuk pada penonton sebelum dia menyapa penggemar Yonghwa.

“Saya sangat terhormat bisa bergabung dengan kalian semua di konser ini. Dan yang membuat saya lebih senang adalah karena saya di sini mendukung Jung Yonghwa di konser terakhirnya dari rangkaian Tur Asia ini. Terima kasih atas kehangatannya dan saya mohon tetaplah mendukung dia di waktu yang akan datang. Kamsahamnida.”

Shinhye membungkuk sekali lagi dan memberikan mikrofon pada Yonghwa.

“Sampai bertemu lagi tahun depan.”

Yonghwa menggenggam tangan Shinhye dan membungkuk pada para penggemar bersama-sama. Mereka melambaikan tangan pada para penggemar sambil melangkah mundur.

Keduanya bahagia karena konser berakhir dengan sesuatu yang spesial yang tidak seorang pun akan menduganya.

***

 

“Kapan kamu ingin pulang ke rumah?”

“Malam ini.”

“Bisakah kita merubahnya besok Yong?”

“Pagi?”

“Aku akan berusaha. Shinhye ssi, di mana koper anda?”

“Di kamarku.”

“Kamarmu?” Yonghwa melihat Shinhye sambil mengunyah makanannya.

Deh. Aku kebetulan mendapat kamar di depan kamarmu.”

“Ahh.”

“Kenapa Yong? Kecewa?” Manajer Yonghwa berbisik pada Yonghwa dan tersenyum.

Ani hyung.” Yonghwa berkata sambil ia melirik Shinhye. Untungnya Shinhye sedang asyik dengan ponselnya. Shinhye pasti tidak mendengar manajer Yonghwa.

“Oh, aku mendapat penerbangan pertama untuk kalian berdua. Tapi itu di jam 11:45 pagi.”

“Oke hyung. Kami akan menggunakan itu. Kamu tidak masalah kan chagi?”

Shinhye tersenyum manis dan mengangguk. “Aku tidak keberatan.”

“Apa yang kamu lakukan asyik dengan ponselmu?”

“Aku mengecek akun penggemar konsermu. Aku selalu melakukan itu di setiap konsermu.”

Wajah Yonghwa menjadi cerah dengan senyuman bangga. “Kamu melakukannya?”

Shinhye mengangguk dengan antusias. “Aku harus tahu apa yang mereka pikirkan tentang dirimu kan?”

Yonghwa tersenyum dan mengangguk.

“Anda adalah pacar sangat memikirkan segalanya Shinhye ssi.”

Shinhye hanya tersenyum manis sambil meletakkan ponsel di atas meja dan memakan makanan Yonghwa.

“Apa anda ingin saya memesan makanan untuk anda Shinhye ssi?” Manajer Yonghwa bertanya pada Shinhye saat dia melihat Shinhye memakan makanan Yonghwa.

Kenchana, saya hanya ingin mencicipi rasanya.” Shinhye tersenyum dan menyeruput jusnya.

Yonghwa hanya memandang Shinhye tanpa mengedipkan matanya.

Shinhye sangat cantik di mata Yonghwa.

Shinhye terlihat sangat memesona setelah empat minggu.

Yonghwa tersenyum seperti orang bodoh.

“Yong.” Manajernya menyikut Yonghwa sambil memanggilnya.

Deh?” Yonghwa menoleh pada manajernya sambil mengusap lengannya.

Manajer Yonghwa terkekeh. “Aku akan pergi dan membayar tagihan.”

Yeh.” Yonghwa lalu menghadap Shinhye. “Pergilah dan beristirahat. Kita akan kembali ke Seoul besok.”

Shinhye mengangguk. “Aku lelah karena perjalanan ke sini ditambah merasa gugup di konsermu. Aku akan pergi dulu. Sampai jumpa besok Jung.”

Yonghwa tersenyum dan mengangguk. Dia menatap Shinhye sampai Shinhye menghilang dari pandangannya.

“Aku mencintaimu.” Bisik Yonghwa dan tersenyum.

Kaja.” Manajer Yonghwa berkata saat ia kembali lagi ke meja mereka.

Deh.” Yonghwa menyeka mulutnya sebelum ia berjalan keluar dari kafe.

***

“Ayo besok kita pergi dan menjenguk noona, Shinhye.”

Shinhye mengangguk. “Aku tidak keberatan. Aku tahu kamu pasti lelah.”

Yonghwa tersenyum. “Terima kasih.”

Shinhye terkekeh. “Aku tidak melakukan apa pun.”

“Terimakasih sudah datang. Aku merasa kesepian sendirian dengan hyung di sana. Rasanya berbeda saat kamu datang.”

Shinhye memakai kacamata hitamnya dan memiringkan kepalanya untuk melihat Yonghwa. “Aku juga senang aku bisa berada di sini.”

“Ayo kita pergi.”

Deh.” Mereka menjawab bersamaan dan berjalan ke mobil yang akan membawa mereka ke bandara.

***

“Hubungan mereka masih tetap kuat. Kamu salah perhitungan kali ini Jimin.” Kata-kata bosnya terus bergema di benak Jimin.

Jimin melipat tangannya di depan dada dan menjatuhkan punggungnya ke kursi. “Tapi aku mencium sesuatu yang mencurigakan. Aku tidak pernah salah memperhitungkan sesuatu.”

Dia menyipitkan matanya dan melihat foto-foto yang bagus dari sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta itu.

“Mereka tidak terlihat seperti mereka berpura-pura. Tidak bisakah kamu melihat sikap mereka? Mereka terlihat saling jatuh cinta. Aku dulu pernah menjalin hubungan cinta Jimin dan aku tahu apa arti tatapan itu.”

Jimin mendesah saat mengingat penjelasan bosnya pada foto romantis Jung Yonghwa dan Park Shinhye.

“Kita tunggu saja sedikit lagi.” Jimin berkata sambil dia mematikan komputernya dan berjalan keluar dari kantornya.

***

“Kita harus merayakannya Jung.”

“Ayo kita beli beberapa kaleng bir dalam perjalanan pulang.”

Shinhye bertepuk tangan seperti gadis kecil.

Yonghwa melirik reaksi Shinhye dan tidak bisa menahan diri untuk mengagumi kelucuannya.

“Kamu sangat menyukainya?”

Shinhye mengangguk. “Ini sudah lama sejak terakhir kali aku merasakan alkohol.”

Wae?”

“Karena aku tidak kuat meminumnya. Aku akan mabuk setelah beberapa teguk.”

“Kalau begitu minum satu kaleng saja.”

Shireo. Aku ingin minum 3 kaleng setidaknya.”

“Kamu akan mabuk Park.”

Kenchana. Aku senang. Ini pertama kalinya aku tampil di depan ribuan orang.”

Yonghwa terkekeh. Dia masih tidak bisa menghentikan perasaan bahagianya dengan kemunculan Shinhye yang tiba-tiba sebelum konsernya kemarin. Dia benar-benar ingin menarik dan mencium Shinhye tanpa henti tetapi mereka hanya berdua waktu itu dan dia harus membatasi dirinya.

“Aku boleh kan?”

Yonghwa melirik pada Park Shinhye yang bersemangat dan mengangguk. “Baiklah kalau begitu.”

***

Yonghwa dan Shinhye berada di ruang tamu apartemen Shinhye ini.

Mereka tiba di rumah setengah jam yang lalu.

Setelah mereka membersihkan diri dan berganti dengan pakaian tidur, mereka duduk di lantai sambil minum-minum.

“Aku merindukan suasana ini.” Yonghwa berkata setelah ia meneguk bir dari kaleng.

Shinhye mengangguk. “Aku juga.”

Shinhye mengambil kaleng bir ketiganya dan membawanya ke mulutnya.

“Kamu akan mabuk.”

“Aku belum mabuk. Aku rasa aku bisa kuat minum hari ini.” Shinhye terkekeh dan menyesap alkohol itu.

Yonghwa menggeleng dan melamun melihat televisi yang tidak dinyalakan. Dia melirik Shinhye yang menyesap minumannya. Dia menatap wajah Shinhye.

Semua yang ada pada Shinhye cantik.

Mata berbinarnya.

Hidung lucunya.

Pipi merah mudanya.

Dan bibir cemberutnya yang menggoda untuk dicium.

Yonghwa terteguk keras saat ia memandang bibir itu.

Shinhye memalingkan kepalanya ke arah Yonghwa saat mendengar Yonghwa meneguk keras. Yonghwa menatap wajah Shinhye. Dia tersenyum menggoda dan bergerak mendekat. Dia mengambil kaleng dari tangan Shinhye dan menaruhnya di atas meja.

Shinhye menutup matanya saat dia merasakan bibir Yonghwa berada di bibirnya. Yonghwa menggodanya dengan sebuah ciuman kilat yang membuat Shinhye menghentikan Yonghwa bergerak, ia melingkarkan tangannya di leher Yonghwa untuk membuat Yonghwa tetap diam. Mereka berciuman dengan mendalam, saling menginginkan dan penuh gairah; saling menyampaikan perasaan mereka sebenarnya yang tersembunyi dengan ciuman itu.

Yonghwa menarik diri dari ciuman itu dan menatap wajah merah muda Shinhye sebelum ia menggendong Shinhye di lengannya dan berjalan ke kamar yang paling dekat. Dia menempatkan Shinhye di tempat tidur dan melepas bajunya.

Yonghwa tersenyum sebelum ia memerangkap Shinhye di bawah tubuhnya dan menghujaninya dengan ciuman yang panas menggoda. Mereka terlena dengan sentuhan mereka di bawah pengaruh alkohol; dan mereka kehilangan akal sehat mereka pada malam yang panas itu.

.

—oOo—

.

Dreaming? (Chapter 46)

.

Yonghwa menarik diri dari ciuman itu dan menatap wajah merah muda Shinhye sebelum ia menggendong Shinhye di lengannya dan berjalan ke kamar yang paling dekat. Dia menempatkan Shinhye di tempat tidur dan melepaskan bajunya.

Yonghwa tersenyum sebelum ia memerangkap Shinhye di bawah tubuhnya dan menghujaninya dengan ciuman yang panas menggoda. Mereka terlena dengan sentuhan mereka di bawah pengaruh alkohol; dan mereka kehilangan akal sehat mereka pada malam yang panas itu.

“Kita harus berhenti.” Shin Hye berkata di sela ciuman itu.

“Ya kita harus menghentikannya.” Yonghwa berkata sambil ia mencium setiap inci dari wajah Shinhye. “Tapi aku tidak bisa.”

Shin Hye menangkup wajah Yonghwa dan memaksa Yonghwa untuk melihatnya. “Tapi kita tidak saling cinta.”

“Aku jatuh cinta padamu Park.” Kata Yonghwa sambil mendekat untuk mencium bibir Shinhye sekali lagi.

“Dia mencintaiku?” Pikir Shinhye.

“Kamu mencintaiku?” Shinhye bertanya saat Yonghwa sibuk menciumi lehernya. Yonghwa menatap wajah Shinhye sambil masih terengah-engah dan mengangguk.

“Sejak lama.” Yonghwa berkata dan mencium hidung Shinhye.

“Dan aku tidak berpura-pura. Aku menyukaimu dan aku mencintaimu. ” Yonghwa berkata dan tersenyum penuh cinta pada Shinhye.

Shinhye melihat ke dalam mata Yonghwa, mencari jawaban. “Kamu mabuk.”

“Aku tidak mabuk.” Yonghwa mencium kening Shinhye. “Kamu adalah satu-satunya wanita yang aku inginkan.”

Shinhye memeluk Yonghwa dan mencium bahunya. “Aku juga menginginkanmu.”

***

Shinhye terbangun saat sinar matahari mengenai penglihatannya.

“Ahh, kepalaku.” Shinhye menggeliat sambil memegang kepalanya. Dia ingin bangun dari tempat tidur, tapi terdiam saat dia merasakan ada lengan yang kuat di atas perutnya yang telanjang.

“Telanjang?” Shinhye perlahan-lahan menyingkirkan selimut dari tubuhnya. Dia memucat. “Aku telanjang?”

Shinhye segera menoleh ke sampingnya dan menemukan Yonghwa tidur tanpa berpakaian. Rasa pusingnya kembali lagi. Pakaian mereka berserakan di lantai.

“Bagaimana dia bisa ada di tempat tidurku?”

Shinhye memegang kepalanya mencoba mengingat tentang kejadian semalam. Dia menggigit bibirnya. Mereka mabuk tadi malam. Mereka minum satu per satu kaleng bir. Dia ingat dengan ciuman penuh gairah mereka di sofa. Dia ingat Yonghwa menggendongnya ke kamar tidurnya, tapi apa yang terjadi selanjutnya?

“Ini bukan mimpi? Semua yang terjadi benar-benar nyata?”

Shinhye menutup wajahnya dengan telapak tangan dan jari-jarinya bergerak di rambutnya.

“Apa kami benar-benar saling mengakui perasaan kami tadi malam? Di mana kamu akan meletakkan wajahmu Park Shinhye?”

Shinhye membungkus tubuhnya dengan selimut dan menggoncang tubuh Yonghwa.

“Yah, bangun.”

Yonghwa bergerak tapi berbalik ke sisi lain.

“Biarkan aku tidur lagi Park. Aku lelah.” Yonghwa bergumam dan mengambil bantal untuk menutupi wajahnya dari sinar matahari.

“Yah, bangun sekarang. Kita sudah melakukan kesalahan besar.”

Shinhye menggoncang tubuh Yonghwa terus menerus sampai Yonghwa duduk dengan jengkel.

“Apa ini? Kenapa kamu mengganggu tidurku?” Yonghwa berteriak pada Shinhye dengan mata setengah terbuka.

Yonghwa melembut saat dia melihat ekspresi Shinhye. “Kenapa kamu melihatku dengan cemberut seperti itu?”

Shinhye mendesah.

“Lihat dirimu.” Shinhye berkata pelan.

Yonghwa menunduk melihat tubuhnya dan terdiam. “Kita melakukan apa?”

Shinhye menggeleng.

“Aku tidak ingat. Aku mabuk. ” Shinhye berbohong sambil menggigit bibirnya.

Yonghwa melihat Shinhye dengan tatapan serius. “Kita hanya berciuman kan? Kita tidak melakukan apa-apa kan?”

Shinhye keluar dari tempat tidur dan berdiri di samping tempat tidur. Mata Yonghwa melihat noda merah di sprei.

“Shinhye.”

Shinhye mendesah. “Kita melakukannya.”

“Maafkan aku. Maafkan aku.” Ucap Yonghwa terus menerus.

Shinhye menatap ke lantai.

“Apa yang akan terjadi? Ini masa suburku.” Bisik Shinhye pada dirinya sendiri tapi Yonghwa mendengarnya dengan jelas. Yonghwa terkejut.

“Apa akan ada bayi yang lahir setelah sembilan bulan?”

Shinhye menggeleng. “Molla.”

Yonghwa mendesah. “Bagaimana aku bisa begitu ceroboh?”

“Itu bukan salahmu. Akulah yang mengusulkan pesta bir itu untuk merayakan berakhirnya konsermu.”

Shinhye tersenyum, yang dipaksakan.

“Aku akan bertanggung jawab. Aku tidak akan menyeretmu ke dalam masalah ini. Aku tidak akan mengganggumu dengan hal ini.”

Yonghwa menatap Shinhye. “Ayo kita menikah.”

Mwo?”

“Ayo kita menikah.”

Shinhye menggeleng. “Kamu tidak mencintaiku. Pernikahan bukanlah solusi. Ini juga masih belum pasti kalau aku akan hamil.”

“Aku mencintaimu.” Yonghwa berkata dengan suara yang jelas. Cukup jelas untuk didengar oleh Shinhye.

“Hentikan Yonghwa. Jangan berbohong. Jangan hanya mengatakan hal itu untuk membuatku setuju dengan pernikahan.”

Yonghwa menutup perut bawahnya dengan sprei, ia berjalan menghampiri Shinhye dan menatap ke dalam mata Shinhye.

“Aku mencintaimu sejak lama. Aku mencintaimu sejak kita menghabiskan waktu di Lotte World. Aku semakin jatuh cinta padamu setiap harinya. Setiap kali kita berciuman untuk menarik perhatian masyarakat, aku tidak berpura-pura. Aku suka menciummu. Aku kalah darimu Shin. Untuk pertama kalinya dari awal, aku benar-benar kalah.”

“Aku ingat aku mengatakan kalau aku mencintaimu tadi malam. Aku mengatakan yang sebenarnya.”
Yonghwa menyentuh wajah Shinhye dengan tangannya dan memberikan sebuah ciuman, ciuman yang panjang sebelum ia menarik dirinya.
“Aku sangat yakin kalau kamu juga mencintaiku.”

Shinhye tidak menjawab.

“Kamu mencintaiku kan? Kamu bilang kamu menginginkanku tadi malam.”

Shinhye tetap diam. Dia terlalu malu untuk menjawab Yonghwa.

Yonghwa meraih kepala Shinhye dan menciumnya lagi, mendalam. Shinhye membalas ciuman itu dan menutup matanya. Yonghwa menarik dirinya setelah beberapa saat dan menempelkan keningnya pada kening Shinhye.

“Kamu mencintaiku.” Yonghwa terkekeh, menarik napasnya. “Kamu membalas ciumanku.”

Pipi Shinhye sudah berubah warna menjadi sangat merah.

Yonghwa menarik Shinhye lebih dekat dan melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh ramping Shinhye.

“Aku tidak keberatan walau kamu tidak mengatakannya. Kita tetap akan menikah dan membesarkan bayi kita.”

“Bagaimana kalau aku tidak hamil?”

Yonghwa terkekeh dan mencium rambut Shinhye. “Kita akan membuatnya kalau begitu.”

Shinhye tersenyum dan melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh Yonghwa yang atletis.

Pabo. Kenapa kamu membuatku jatuh cinta padamu?”

Yonghwa tersenyum dan memeluk Shinhye erat.

“Karena kamu juga bodoh. Si bodoh yang hanya melihatku bahkan saat kamu bilang kamu benci melihatku.”

Shinhye tersenyum dan memberikan ciuman di dada Yonghwa.

Deh. Aku bodoh. Dan si bodoh ini mencintaimu.”

“Aku juga Shinhye. Aku mencintaimu. Apa sekarang kamu percaya kalau aku bukan homo?”

Shinhye melepaskan diri dari pelukan Yonghwa. “Bagaimana kamu tahu soal itu?”

Yonghwa tersenyum dan menarik Shinhye ke dalam pelukannya. “Aku mendengar kamu selalu mengatakan kalau aku ini homo saat kita masih di sekolah.”

Shinhye tertawa geli. “Maaf.”

Yonghwa terkekeh. “Kenchana. Beritahu saja pada semua orang kalau aku ini homo.”

Waeyo?”

“Itu akan membuatmu keluar dari semua persaingan.”

Shinhye mengangkat kepalanya dan melihat pada wajah Yonghwa tersenyum. “Maksudnya?”

Yonghwa mengecup bibir Shinhye dan menyeringai. “Apa kamu tidak tahu, di sana ada yang berbaris mengantri untuk mendapatkan cintaku jika saja kita putus suatu hari nanti?”

Shinhye memukul dada Yonghwa pelan. “Jangan sampai kamu berani berlari pada mereka.”

“Aku tidak akan melakukannya, bahkan jika kamu berbalik membelakangiku. Aku hanya akan berlari padamu.”

Shinhye tersenyum. “Aku tidak akan melakukannya. Aku sudah benar-benar jatuh cinta padamu Jung.”

Yonghwa tertawa kecil dan mencium kening Shinhye. “Ayo kita benar-benar saling mencintai.”

Shinhye mengangguk dan mencium bibir Yonghwa dalam-dalam sebelum dia cekikikan. “Ayo.”

.

—oOo—

.

Choi Jimin (Chapter 47)

.

Shinhye mengaduk sup rumput laut sambil terus tersenyum.

Pengakuan Yonghwa.

Pengakuannya.

Malam mereka bersama.

Manisnya Yonghwa.

Kelembutan Yonghwa.

Segala sesuatu tentang Yonghwa.

Shinhye tersenyum geli.

“Aku harusnya mengatakan itu lebih cepat.” Bisiknya pada dirinya sendiri sambil mematikan kompor.

“Mengatakan apa?” Yonghwa bertanya sambil melingkarkan lengannya pada tubuh Shinhye dan mencium pipinya.

Shinhye menepuk lengan Yonghwa. “Kamu mengejutkanku.”

“Maaf sayang.” Yonghwa mencium rambut Shinhye dan melepaskan pelukannya. “Kenapa kamu membuat sup rumput laut?”

“Tidak apa-apa. Hanya merasa ingin memakannya bersamamu. Kamu tidak ada di sini saat ulang tahunku.”

“Tapi kamu memakai hadiahku.”

Shinhye tersenyum lebar sambil berjalan ke meja makan. “Gaunnya cantik.”

“Itu cantik bila kamu yang memakainya.”

Shinhye tersipu.

“Aku mencintaimu Park.”

Shinhye menatap Yonghwa dengan mata berbinar dan penuh cinta. “Aku juga mencintaimu.”

Yonghwa menggenggam tangan Shinhye dan membelai dengan ibu jarinya. “Aku mencintaimu sudah sejak lama.”

“Aku baru menyadarinya saat kamu tidak ada di sini.”

Yonghwa membawa tangan Shinhye ke bibir dan menciumnya.

Shinhye membelai pipi Yonghwa dengan tangan kirinya dan tersenyum. “Ayo makan. KIta punya janji ingat kan.”

Yonghwa mengangguk dan melepaskan tangan Shinhye.

“Aku harus bertemu penggemar kecilku.” Yonghwa terkekeh dan meraih sendoknya.

***

“Yongie.”

Yonghwa memeluk Yunhee erat sementara dia menepuk punggung Yonghwa beberapa kali.

“Kamu terlihat lebih tampan.”

Noona juga ibu muda yang terlihat cantik.”

Yunhee cekikikan. “Aku akan membawa Haru keluar setelah aku selesai memakaikan bajunya neh.”

Deh. Oke kami akan menunggu di luar.”

Deh.”

Yunhee berjalan keluar dengan Haru dan meletakkannya di lengan Shinhye.

Shinhye memberikan ciuman di seluruh wajah mungil Haru. “Imo sangat merindukanmu Haru ya.”

Samchon juga.” Yonghwa berkata sambil ia memegang jari mungil Haru. Dia tersenyum bahagia saat melihat wajah malaikat di lengan Shinhye.

“Kenapa noona pindah ke rumah noona lebih cepat? Aku pikir noona akan tinggal di rumah eomma selama dua bulan.”

“Aku baik-baik saja sekarang. Aku bisa bergerak bebas.”

“Apa unni yakin?”

Deh.” Yunhee tersenyum. “Aku melihat konsermu. Kenapa sangat manis Yongie ya? Aku merasa bahagia melihat kalian berdua tampil.”

Shinhye tersenyum manis sementara Yonghwa tersenyum lebar.

“Aku ingin menunjukkan pada seluruh dunia kalau aku benar-benar sedang jatuh cinta.”

“Benar. Aku membaca artikel wartawan itu. Beraninya dia menulis kalau kalian berdua putus?”

“Aku tahu tentang dia sejak awal aku menjadi aktris unni. Dia orang yang tidak pernah meninggalkan mangsanya dengan mudah sejak pertama kali dia mengincarnya.”

“Dan kamu mangsanya?”

Shinhye mengangguk. “Itu sebabnya dia dulu mengikutiku ke Busan. Dialah yang menyebarkan gosip tentang aku dan Yong.”

“Tapi kalian berdua benar-benar menyimpan rahasia itu kan? Aku tidak tahu soal hubungan kalian kalau wartawan itu tidak mengabadikan momen kalian di sana.”

Shinhye tersenyum.

Yonghwa menatap mata kekasihnya.

Shinhye mengangguk. Dia tahu apa yang akan dikatakan Yonghwa.

“Sebenarnya noona.” Yonghwa mulai berbicara.

Waeyo?” Yunhee mengalihkan tatapannya dari Shinhye ke Yonghwa.

“Kami baru saja mulai berpacaran.”

“Aku tahu Yong. Apa masalahnya?”

“Yang aku maksud adalah; kami baru saja mulai benar-benar berpacaran tadi malam.”

Yunhee mengangkat alisnya.

“Maaf unni. Aku tidak punya niat untuk berbohong, tapi kami harus berbohong. Jimin membuat kami berbohong.”

Yunhee tersenyum.

“Akhirnya.” Yunhee berkata sambil ia mengambil Haru dari lengan Shinhye. Dia berjalan ke ranjang bayi dan meletakkan Haru di sana.

“Aku, eomma dan ahjumma membicarakan kalian. Kami tahu kalau kalian tidak benar-benar berpacaran.”

Yonghwa dan Shinhye terkejut.

“Kenapa kalian berdua menatapku seperti itu? Apa kalian tidak berpikir kami merasa ada yang aneh saat kalian berdua tiba-tiba mengumumkan kalau kalian berpacaran? Dari bahasa tubuh kalian, kami tahu. Kami sudah hidup lebih lama dari kalian berdua ingat kan?”

Shinhye menunduk. Sementara Yonghwa menggaruk kepalanya.

Yunhee berjalan kembali menghampiri mereka dan memukul kepala Yonghwa dengan kepalan tangannya. “Beraninya kamu ya? Tinggal di rumah seorang wanita tanpa punya perasaan apa-apa?”

Yonghwa merasa ngeri karena Yunhee memukulnya cukup keras. “Maaf noona.”

“Dan kamu juga. Kenapa kamu membiarkan dia tinggal di apartemenmu?”

Shinhye menunduk. “Maaf unni.”

Yunhee menyela dengan tertawa keras. “Aku hanya bercanda. Aku menyukai Choi Jimin karena membicarakan kalian berdua. Aku juga menyukai artikelnya yang berjudul pra bulan madu. Dialah yang membuat kalian berdua tinggal bersama dan saling jatuh cinta. Jadi, kapan kalian akan menikah?”

Kedua orang itu terbatuk saat disebutkan soal pernikahan.

Yunhee menatap dua orang yang memerah wajahnya itu. “Wae? Apa ada sesuatu yang terjadi? Yongie?”

Ani unni. Tidak ada yang terjadi.”

“Apa kamu yakin?”

Shinhye mengangguk.

“Tapi wajah kalian menunjukkan padaku jawaban yang berbeda.”

Yonghwa menggeleng. “Ani. Ini hanya sedikit panas.”

Yunhee tertawa lagi. “Oke, ayo kita tunda membahas soal pernikahan di kemudian hari. Jadi, apa kalian siap untuk mengaku soal itu pada keluarga?”

Shinhye mengangguk, Yonghwa juga.

“Pengakuan apa?”

Semua mata tertuju ke pintu di mana Jonghyun berdiri sambil tersenyum.

Yonghwa tersenyum gugup.

“Mahasiswa yang pernah menjadi favoritmu ini punya sesuatu untuk diungkapkan chagiya. Aku akan meninggalkan mereka padamu. Haru harus meminum susu.” Yunhee mencium bibir Jonghyun dan berjalan ke kamarnya.

Jonghyun duduk di kursi dan melihat mereka berdua. “Jadi.”

Yonghwa mengambil napas dalam-dalam sebelum ia mengatakan semua hal yang terjadi pada mereka berdua.

***

Yonghwa tersenyum saat Haru bergerak di tempat tidurnya. Yunhee dan Shinhye berada di dapur, memasak.

“Aku ingin bertanya soal hubunganmu Yong.”

Yonghwa menoleh pada Jonghyun dan tersenyum lebar. “Soal apa itu?”

“Tapi kamu lebih cepat. Senang mendengarnya kalau kalian benar-benar ada dalam suatu hubungan cinta.”

“Apa hyung tahu?”

“Tidak. Yunhee merahasiakannya sendiri. Biasalah wanita.” Jonghyun terkekeh. “Aku merasa ada sesuatu yang aneh saat aku bertanya pada Shinhye soal pernikahan. Dia terlihat sedih. Itulah kenapa aku rasa aku harus bertanya padamu.”

“Kami akan menikah hyung. Tentu saja.”

“Aku tahu. Kamu masih muda. Masih ada jalan yang panjang untuk kalian lewati.”

Yonghwa mengangguk.

“Aku sangat ingin menikah sekarang hyung. Lebih ingin lagi setelah aku melihat Haru.”

Yonghwa tersenyum saat melihat Haru menguap.

“Dia adalah sosok yang cantik.”

***

“Aku terlambat Yongie.”

“Biarkan aku mengantarmu.” Yonghwa berkata sambil ia bergegas mengganti piyamanya.

“Maaf aku tidak membuatkan kamu sarapan.”

Yonghwa tersenyum dan meraih bahu Shinhye. “Tenang dan bernapaslah.”

Shinhye juga tenang dan bernapas seperti yang Yonghwa minta. “Terima kasih Yongie.”

Yonghwa mencium bibir Shinhye dengan lembut dan melepasnya setelah beberapa saat. “Berterima kasihlah padaku seperti ini untuk selanjutnya.”

Shinhye cekikikan dan mencium sudut bibir Yonghwa. “Sekarang, aku tidak akan merasa gugup.”

“Ini hanya pemotretan kan Shin?”

Deh. Tapi ini untuk merek terkenal.”

“Kamu akan melakukannya dengan baik.”

Shinhye tersenyum sambil ia mengenakan sabuk pengaman. “Terima kasih untuk selalu memberiku dukunganmu.”

Yonghwa menginjak pedal gas sambil ia menggenggam tangan kiri Shinhye. “Karena aku mencintaimu.”

Shinhye menarik tangan Yonghwa ke bibirnya dan menciumnya.

“Aku juga mencintaimu.” Shinhye berkata sambil meringis pada Yonghwa yang tersenyum.

***

“Lima menit lagi Shin.”

“Aku sedang dalam perjalanan unni.” Shinhye bergegas ke studio dengan sepatu hak tinggi saat dia tidak sengaja berbenturan dengan sosok yang baru saja keluar dari sebuah ruangan.

Pria itu menangkap pinggang Shinhye dan tersenyum saat Shinhye melebarkan matanya.

Kilatan kamera mengambil foto mereka. Shinhye mendapatkan kembali kesadarannya, tiba-tiba berdiri dan mengalihkan pandangannya ke arah asal kilatan kamera.

“Selamat siang Shinhye ssi.”

Shinhye mendesah saat sebuah suara yang tidak asing menyapanya.

 

.

— BERSAMBUNG —

Catatan Admin :

Our Love Contract Part 15 ini terdiri dari 3 chapter di AFF. Saya sudah peringatkan ya di awal untuk menyediakan kopi pahit atau air putih yang banyak karena part ini terlalu manis hehehe. Maaf bila banyak kekurangan atau kurang greget feel-nya. For Cikbella please don’t laugh at me, i try my best hihihi.

Terima kasih untuk Cikbella yang sudah mengijinkan saya menerjemahkan FF ini, saya tetap berusaha di jalur cerita tanpa merubah isinya

Selamat membaca dan jangan lupa berikan komentar baik mengenai isi cerita, hasil terjemahan, kritik, saran, dll. Terima kasih 🙏🙏🙏

PS. Update postingan FF di web bisa dilihat di facebook HS Corner Shop atau di twitter Lovetheangels1

77 thoughts on “[FF Terjemahan] Our Love Contract (Part 15)

  1. Waduuhhh siapa yg bertabrakan dengan shin hye..??

    Dan lagi2 reporti penguntit itu cari gara2…

    Like

  2. Senang akhirnya mreka saling jujur perasaan masing2 & benar2 jadian…choi jimin seketika q sebel sama reporter ini…bikin gosip yg gk enak bgt..shinhye di tangkap siapa tuh..cast baru kah..??

    Like

  3. Mereka akhirnya ngakuin perasaan masing2, walaupun harus ada ‘kejadian’ dulu 😏
    Yonghwa makin berani aja 😀 pdhl yang mabuk kayakx cuman shinhye…

    Like

  4. Nah nah … hayo mereka melakukanya….tapi senang rasanya mereka sudah mengakui perasaan masing masing

    Like

  5. Suka banget sama part ini…bikin senyum2 sendiri. Hihihi
    Siapa yang memanggil ya??
    Trimakasih atas transletnya eonni

    Like

  6. Omo..
    Apakah akan ada badai secara mereka baru saja merasakan manisnya hubungan…
    Bagus n bikin gemes nih part…
    Makasih Thor dah mau nerjemahin ff ini.

    Like

  7. tuh kan.
    baru juga jadian udah manis bgt
    itu pasti jimin kan ???
    ya, sepertinya memang itu dia
    dia penguntit shin
    eonni, makasih buat trans nya
    suka sama pilihan katanya eon 😘

    Like

  8. Akhirnya mereka pacaran beneran, dan saling ngungkapin rasa di hati masing masinh, iss tapi si jimin bener bener yah ngusik hidup shinhye mulu aigoo, yah tapi berkat dia juga shinhye sama yonghwa bisa sama sama😂 gumawo thor buat ffnya, gumawo buat terjemahannya onnie riefa

    Like

  9. Mungkinkah yong akan salah faham?keliatannya yonghwa org yg pencemburu.akhirnya mereka saling mengutarakn perasaan mereka jg meski harus ada aksident dulu.kkkk

    Like

  10. Aku ga tau, apa aku udh comment atau belum d part ini??? Perasaan siy udh. Tp gpp lah ya comment lg. Pokoknya sukaa banget part ini. Akhirnya mereka saling mengakui…

    Like

  11. Ommo yongshin Jd harus dgn jln itu baru kalian mengakui perasaan masing2, gwenchana ini melegakan. Wartawan menyebalkan itu maunya apa sih, awalnya membuat gosip untuk menyatukan yongshin tp sekarang kesannya ingin memisahkan lg.. Penasaran,, fighting eonni.!!

    Like

Leave a comment