Posted in fanfiksi indonesia, sequel, series, wangbie

[FF Indonesia] Black Flower (Part 1)


Black Flower

Part 1

black flower

Penulis : Wangbie

Lenght : Series

Genre : Romance, hurt

Main cast :
– Jung Yonghwa
– Park Shinhye


Cast :
– Ji Chang Wook
– Zahra (oc)
– Resiana (oc) and others

Editor : Riefa

—oOo—

Disclaimer :

Cerita ini ide awalnya dari Bella ( Jema ). Aku hanya menambah sedikit di beberapa bagian. Jadi, happy reading dan have fun!
Tapi, jangan bash tentang apa pun isi ceritanya. Karena semua yang ada di dalam cerita hanya fiktif dan untuk senang-senang. And than, tetap jadi pembaca yang baik dengan meninggalkan komentar. ^^

.

.

.

Happy reading…

.

.

.

—- Black flower (Part 1) —-

.

.

.

“Nona… Ini dari Tuan muda besar Chang wook. Anda diminta segera turun karena tamu dari Amerika sudah datang.” pelayan tampan berwajah China itu meletakkan satu kotak besar berpita warna putih yang sudah terbuka. Tampak jelas garis lembut sutra yang menjadi bahan dasar gaun mewah di dalamnya. Begitu juga keliman cantik di bagian dada yang mungkin saja akan terlihat rendah jika dipakai.

Semua kemewahan satu gaun tak terhitung berapa banyak mutiara maupun permata di atasnya itu hanya membuat wanita cantik di samping tempat tidur dengan jubah mandi di sana tersenyum simpul sebelum mengisyaratkan pada si pelayan agar keluar. Tidak lebih dari 30 detik, ruangan besar bergaya modern itu sudah hening lagi tanpa suara.

“Ck, hanya seperti ini yang bisa kau lakukan huh?” ujarnya malas sambil menyandarkan punggung malas di kepala ranjang dan memejamkan mata. Tarikan nafasnya terlihat teratur rapi walaupun sedikit kerut di atas kening mengganggu kesempurnaan wajah barbienya.

“Aku bisa memberikan lebih dari ini jika kau mau, sayang…” jawab namja berjas putih gading yang muncul dari balik pintu rahasia penghubung antar kamar. Senyum misterius di antara ekspresi kejam namun lembutnya itu menggantung kecil di dalam pantulan kaca.
Ya! Namja yang sekarang tertawa lirih itu tengah menghadap lurus ke arah cermin. Mengagumi kesempurnaan segala miliknya yang selalu membuat semua orang tak berkedip dengan congkak. Lalu berbalik, menatap gadis cantik di atas tempat tidur sana intens dan melanjutkan, “hei… Aku ingin sekali menghapus kerutan itu, sayang… Masih ada banyak waktu jika kau ingin berubah pikiran. Oh ayolah Park Shinhye sayang, aku akan menjadikanmu satu-satunya…”

Park Shinhye, gadis barbie itu hanya mengangkat sebelah alisnya malas sembari beranjak anggun sambil mengibaskan rambut. Berdiri tegak membalas tatapan tajam si ‘pemiliknya’ tanpa berkedip takut seperti kebanyakan orang.

“Aku suka sekali ekspresimu…” Chang wook, pimpinan mafia terbesar di Korea itu maju beberapa langkah. Mengangkat gelas anggurnya setinggi dada, menjawab tantangan bisu yang selalu ia sukai dan benci dalam waktu bersamaan. “Hhmm… Kenapa Zahra tidak pernah bisa memberikanku tatapan seperti itu? Apakah seharusnya aku mempertemukan kalian supaya kalian bisa membuatku senang bersama-sama? Ha haa haa… Itu sangat menyenangkan bukan…” tawa kerasnya menggema. Membuat Shinhye menggerakkan sedikit bahu dan kepalanya samar, bermaksud menghindari dengungan di dalam telinga. “Oh!! Tapi Zahra tidak ada apa-apanya denganmu Shinhye sayang.. Jangan cemburu seperti itu…”

Well…” Gadis itu membuka suaranya berat.

Chang wook tersenyum lebar mendengarnya.

“Kau sudah meninggalkan Zahra sejak dua hari lalu. Dia akan curiga kalau seperti ini. Jadi, bisakah aku meminta waktu pribadiku?”

“Hhmm…” gumam Chang wook kecewa dalam senyum samarnya. “Tidak bisakah aku memelukmu sebentar saja? Sudah satu minggu ini kau mengacuhkanku..”

“Aku bosan.” jawab Shinhye jujur tanpa merasa bersalah. “Please, give me a free time my lord…” lanjutnya datar.

“Hei….”

“Jangan sentuh aku, please…” pinta Shinhye serius hampir mengiba.

“Baiklah…” Chang wook memutar tubuhnya tak sabar dan segera menutup pintu rahasianya kasar.

.

Shinhye_pov

Huhh!!!
Kenapa terus saja seperti ini? Aku lelah. Benar-benar lelah dengan semuanya.

Uang. Kemewahan. Kepuasan. Semuanya terasa hambar sekalipun aku tersenyum di depannya. Hatiku menangis sesenggukan setiap saat karenanya. Terlebih lagi, kenyataan bahwa Chang wook sudah beristri membuatku selalu merasa bersalah.

Zahra…
Yeoja itu terlalu baik untuk tahu kenyataan bahwa suaminya selingkuh sampai memberikan segalanya pada si wanita selingkuhan lebih dari yang seharusnya.
Ck, aku yang salah sepertinya…

“Jangan coba-coba melakukan hal bodoh! Aku sudah memberikan apa pun keinginanmu. Kalau kau berani mengkhianatiku, bukan hanya satu orang yang akan terluka. Tapi juga lebih dari yang bisa kau bayangkan.”

Aku menoleh kaget. Sial!
Chang wook sudah menarikku ke arahnya cepat dan menciumku intens tanpa jeda.

Untuk yang pertama kali, aku menutup mata bukan karena hasrat ingin menikmati setiap sentuhannya.

Dadaku terasa sesak seketika. Sekalipun ingin aku memberontak, tapi sia-sia saja. My lord, julukan untuknya yang dulu ku berikan sendiri, tidak akan pernah melepaskan tangkapan bagaimanapun keadaannya. Chang wook, my lord, aku sungguh lelah. Aku ingin mengakhiri semuanya.

“Kau membuatku marah dan cemas, sayang…” Chang wook mengusap lelehan bening di atas pipiku. Mata kanannya menyipit kecil, kebiasaan saat hatinya tengah bimbang memikirkan sesuatu tapi tidak pernah ada jalan keluar. “Mianhaeyo Shinhye sayang…” imbuhnya ambigu sebelum akhirnya benar-benar keluar.

Tidak ada hal lain yang bisa ku lakukan kecuali menangis dan maratap. Seluruh sendi tulangku serasa remuk tak berbentuk. Aku membiarkan dadaku semakin sesak. Menangis sekeras-kerasnya.

Aku tidak peduli jika Chang wook masuk lagi tiba-tiba. Terserah saja jika dia memaksaku. Mungkin akan lebih baik sebelum aku menembak mati diriku sendiri untuk memberikannya satu hadiah terakhir.
Ya….
Terserah! Terserah!

.

Shinhye_pov_end

.

.

.

—- Black Flower —- (Part 1)

.

.

.

Siulan rendah namja yang sedang mengangkat kardus-kardus besar ke dalam truk besar warna hijau itu membuat Resiana tersenyum penuh arti dibalik gorden jendela pos penjaga. Berkali-kali tangan kanannya meraba keningnya sendiri yang terus saja berkeringat sekalipun pendingin ruangan tetap menyala. Gadis pemilik perusahaan kayu itu tersenyum sendiri dalam kegembiraan hatinya.

“Hei.. Kenapa anak appa senyum-senyum sendiri seperti itu?” tanya Sung hoon geli sekalipun ia sendiri sudah tahu penyebab anak gadisnya selalu seperti itu setiap hari. Namja sebatang kara yang sudah bekerja bersamanya sejak 5 tahun lalu itu rupanya telah mencuri hati putri tunggalnya sejak pertama kali namja baik dan santun itu datang. Tapi tidak ada keinginan sedikitpun dalam hati untuk menjodohkan pekerja dengan putrinya. Bukan masalah derajat dan segalanya, laki-laki berusia lebih dari 40 tahun itu ingin agar namja yang menjadi suami anaknya kelak adalah namja yang benar-benar mencintai serta punya keinginan untuk melindungi dan membahagiakan. Bukan karena dasar paksaan atau perjodohan. “Mau ikut mengantar barang tidak? Sepertinya Seung ho cuti hari ini..”

Jinjjayo Appaa!!!” girang Resiana saat itu juga namun segera tertunduk lemas tidak lama kemudian.

Sung hoon tersenyum penuh arti. “Arraseo.. Bersabarlah. Kalau Yonghwa menyukaimu, dia pasti akan memintamu…”

Resiana tersenyum lega. Memeluk ayahnya erat sambil berkata, “ne appa.. Resiana akan bersabar. Pasti Yonghwa oppa akan meminta Resiana sendiri kalau sudah waktunya..”

“Baiklah.. Appa berangkat dulu ne .. Kasihan kalau Yonghwa sendirian. Kali ini lumayan banyak dan jauh…”

“Jauh?? Berapa hari?” Tanya gadis itu tiba-tiba cemas. Sorot sayu matanya yang sipit itu pun tak luput dari pandangan sang ayah. “Bagaimana dengan Resiana appaa?? Resi tidak mau sendirian…”

Chogi….” suara berat kental dengan sikap santunnya itu membuyarkan rengekan Resiana dan sang ayah. Mereka sama-sama berbalik terkejut.

“Yonghwa…”

Oppaa…”

Mianhamnida sebelumnya..” Yonghwa, si pekerja yang juga adalah si namja yang menarik perhatian putri pemilik perusahaan itu menunduk hormat. Tersenyum lembut dan melanjutkan, “saya bisa berangkat sendirian. Seung ho hyung bilang kalau besok bisa menyusul ke Busan. Jadi, tuan tidak perlu khawatir. Kasihan Nona Resiana nanti sendirian di rumah..”

Op..ppaa…” panggil gadis itu lirih dengan mata yang berkaca-kaca. Mendengar alasan yang diberikan barusan itu seperti mendengar secara tidak langsung kalau namja di depannya sekarang ini sedang mengkhawatirkannya.
Bukankah itu satu tanda baik untuk langkah selanjutnya?

“Baiklah…” Jawab sung hoon menyetujui. Kepalanya mengangguk-angguk kecil melihat putrinya begitu tersentuh. Mungkin setelah ini ia bisa saja berubah pikiran. Mungkin ia akan mengajak Yonghwa bicara tentang putrinya. Memastikan sendiri lalu dengan pasti ia juga akan mengambil sikap tegas untuk apapun hasilnya.

“Kalau begitu, saya mohon diri sekarang Tuan, Nona.. Permisi…” pamit Yonghwa sembari membungkuk sekali lagi dan berlalu.

.

.

.

—- Black flower (Part 1) —-

.

.

.

Beberapa orang berseragam hitam berjalan seperti robot di sepanjang jalan. Lirikan tajam pada setiap suara berisik yang tertangkap oleh mereka segera mendapat tanggapan posesif. Mereka mengacungkan pistol lurus, bersiap menarik pelatuknya cepat jika buruan baru terlihat, walau hanya berkelebat.

Hei! Jangan salah!
Mereka bukan sembarangan bodyguard dengan kemampuan bela diri di atas level tertinggi. Orang-orang itu profesional! Mereka akan memastikan apa yang menjadi tugas mereka selesai rapi apa pun dan siapapun musuhnya. Tidak akan ada yang bisa menghentikan mereka kecuali si pemilik peluit yang mengendalikan.

Ck, pernahkan mendengar istilah anjing bayaran?
Yups! Seperti itulah mereka.

Ye. Kami sudah mencari di sepanjang jalan menuju hutan dan kota. Tapi Nona tidak kami temukan.” kata salah seorang di antaranya yang baru saja menekan tombol kecil mirip headset di telinga. Ekspresinya kaku.
Ne. Ne.” Katanya lagi dan menatap teman-teman ‘seperjuangan’nya penuh arti dan berlari berbalik. Membuat suara berisik langkah kaki mereka yang cepat, berat, dan berisik itu menggema kecil di atas aspal.

Seorang gadis cantik bergaun pendek itu menghembuskan nafasnya lega setelah keluar dari balik rerumputan dan berjalan pelan. “Huft.. Syukurlah mereka tidak melihatku…” ujarnya lirih penuh kelegaan.

Tapi sayang, satu detik kemudian suara tembakan di belakangnya membuatnya harus terhuyung dan merintih kesakitan.
Darah segar mengalir deras dari bahu kirinya yang terbuka.

“Itu Nona Shinhye!! Itu Nona Shinhye!! Cepat tangkap! Cepat!!” teriak salah seorang orang berseragam tadi yang ternyata hanya mengelabuhi Shinhye dan segera berlari mengejar.

Sangat tidak imbang jika dilihat secara nalar. Seorang gadis biasa berlari dalam keadaan terluka, berusaha melarikan diri dari kehidupan yang beberapa jam lalu dicap-nya sendiri sebagai kehidupan gelap. Hanya bermodalkan tekad penuh dan separuh keberanian untuk berlari sejauh mungkin. Gadis itu tentu tidak akan bisa melarikan diri sekuat apa pun ia berusaha.

Pistol-pistol berpeluru penuh di belakangnya siap menembus punggungnya sekarang juga.

Shinhye, gadis yang terus berlari sambil menggigit bibirnya sendiri itu meringis. Tidak berniat dan tidak mempunyai keberanian lebih untuk menoleh hanya untuk sekedar memastikan seberapa jauh atau dekatnya jarak mereka. Ia hanya terus berlari, sesekali mendongak berharap hujan turun dengan lebat hingga akhirnya para pengawal itu akan berhenti mengejarnya.

Hanya itu satu-satunya harapan yang dimilikinya. Karena saat hujan turun, maka seluruh orang-orang yang bekerja di bawah Chang wook akan berkumpul. Secepat kilat memasukkan barang-barang selundupan yang tersembunyi di ruang bawah tanah dan bersiap untuk mendistribusikan.
Gadis itu berpikir rasional, kalau Chang Wook yang sangat menggilai hartanya itu tidak akan mau membuang triliunan uang hanya demi dirinya. Hanya demi gadis simpanan.

“Ck,.. ” Shinhye menertawakan dirinya sendiri yang sekarang terlihat tak berarti.

Dooorrr!!!

Sekali lagi, tembakan tepat di kaki kirinya menyerempet halus. Membuat luka goresan cukup dalam tepat di samping lutut dan membuat Shinhye terjatuh begitu saja.

Seulas senyum kemenangan khas seorang anak buah si mafia penguasa itu tercipta luas. Mereka berjalan santai menghampiri gadis yang sudah terlihat menyerah di ujung jalan sana.

Sementara Shinhye yang merasakan nyeri semakin menghujam seluruh sendi tulangnya hanya bisa tertawa kecut dalam linangan air mata. Bibir gadis itu bergetar kecil dengan kedua tangannya yang mengepal.

.

.

.

—- Black Flower (Part 1) —-

.

.

.

Yonghwa_POV

Hhmmm…
Malam ini sedikit dingin dari biasanya. Jalanan pun tidak begitu ramai. Hanya beberapa kendaraan pribadi yang berlalu lalang menyalip trukku cepat di lintasan khusus yang memang sudah diberi petunjuk untuk laju cepat.

Aku hanya membatin setiap melihat kilauan bening kaca mobil mewah. Punya keinginan sebenarnya. Tapi, uang dari mana?
Aigoo… Jung Yonghwa! Hentikan khayalan bodohmu itu.

Ah… Seandainya Seung ho hyung tidak ijin. Malam ini mendung. Hyung paling suka kalau hujan tengah malam. Walaupun aku sedikit khawatir juga, karena pasti perjalanan jadi lambat dan sampai di rumah semakin lama.
Resiana akan menjejaliku dengan pertanyaan-pertanyaannya. Dan terkadang aku merasa ada yang berbeda.

Apa gadis itu menyukaiku?
Eh? Aigoo..
Jung Yonghwa!!! Jangan berpikir yang bukan-bukan. Bagaimana mungkin putri bos mau dengan supir truk yang bahkan gaji per bulannya tidak lebih dari 50% uang jajannya?
Ck…

Tapi, tatapan gadis itu memang berbeda. Caranya memanggilku pun tak sama dengan bagaimana dia memanggil para pekerja ayahnya yang juga masih lajang.
Eh? Itu tidak mungkin. Masih ada Jung Ill woo hyung atau Lee Jong suk yang lebih tampan. Mana mungkin Resiana menyukaiku?
Ckck…

Tapi…
Aku ingin sekali kalau nanti ada seorang gadis yang mau menerimaku apa adanya, aku ingin mengajaknya hidup di desa. Tenang. Nyaman. Dan pastinya lebih damai.
Yaa… Ingin sekali aku…

Yonghwa_pov_end

.

.

Shinhye berlari sekencang ia bisa dengan sisa tenaga dan kesadaran yang masih terjaga. Berkali-kali ia bersyukur dalam hati karena hujan turun tiba-tiba saat jarak 10 meter antara dirinya yang menyerah dengan para pengawal. Tepat setelah guntur pertama menggelegar keras, gadis itu berlari menjauh. Menerobos rerumputan tinggi yang entah akan membawanya ke mana.

Shinhye terus saja berlari sambil mengutuk diri sendiri saat langkah seram dan suara kasar yang meneriakkan namanya seperti sampah terus mengikuti di belakang.

Sekarang gadis itu memberontak dalam hati supaya hujan berhenti sekarang juga supaya ia bisa melihat jelas di mana dan ke mana ia akan pergi. Tapi bukannya reda, petir dan guntur semakin membuat suasana horor di dalam film hantu saat si manusia sial akan tertangkap oleh si hantu menyelimuti malam semakin erat.
Shinhye hanya mendesis kesal sembari berdoa dalam hati.

“Kalian berpencar!!!” suara seram si pimpinan pengawal itu menggaung lagi. Kali ini membuatnya berhenti kelelahan.

“Aishh.. Di mana jalan keluarnya? Kalau mereka berpencar mereka pasti menemukanku!!” ujar Shinhye putus asa.

Namun tak lama kemudian wajahnya berseri lagi. Sinar bulan yang memantul samar di atas wajahnya yang sudah basah kuyup itu terlihat sumringah. Setidaknya, seharusnya, lampu sorot dan deruman mesin dari arah utara sana menandakan kalau di sana jalan raya.

“Tuhan… Tolong aku…” lirihnya bertekad lalu bergegas menyibak rumput tinggi di depannya lebih cepat.

.

.

.

Yonghwa menggerutu kecil dalam hati karena tiba-tiba mesin truknya mati dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Namja itu hanya bolak balik ke depan belakang sambil menatap malang truk besarnya yang berhenti tepat di tengah jalan. Ia sudah tidak menghiraukan lagi bagaimana keadaannya nanti keesokan harinya jika ia demam.

“Kenapa tidak ada orang sih???” gerutunya kesal sambil merogoh saku celana bermaksud mengambil ponsel. Tapi segera tangan kanannya terangkat dan menepuk dahinya sendiri karena ponselnya sudah mati sejak satu jam yang lalu.

“Permisi.. apakah anda melihat seorang gadis berlari ke arah sini?” tanya seorang laki-laki berjas rapi basah kuyup di belakang Yonghwa.

Yonghwa berjingkat pelan karena terkejut. “Ne?? Gadis?? Aniyo..” jawabnya bingung sambil menengok kiri kanan. Ia menggaruk kepalanya sendiri. ‘Gadis? mana ada? Ck..Apa orang itu gila?’ pikirnya lugu.

“Baiklah.. Permisi…” si laki-laki yang tak lain adalah pengawal Chang wook yang masih mencari Shinhye itu berbalik cepat.

Chogiyo!!!” Yonghwa mengejar semangat. “Bisakah anda membantu saya? Truk saya mogok dan tidak mungkin untuk saya mendorongnya sendiri. Bisakah tuan dan teman-teman tuan membantu saya??” tanyanya setelah pengawal tadi berbalik menghadapnya dan saling berpandangan sekilas sebelum akhirnya mengangguk dan menyetujui.

Yonghwa membungkuk hormat berkali-kali menyatakan kesenangannya.

Tidak lebih dari 5 menit. Mesin truk Yonghwa sudah kembali meraung normal. Bertarung dengan suara rintik hujan yang mulai berkurang.

“Terima kasih tuan-tuan..” ucap Yonghwa tulus setelah turun dan membungkukkan badannya sekali lagi pada para pengawal yang hanya berdehem malas dan berbalik cepat. Berlari memencar masih dengan tujuan sama.

Mencari Shinhye.

Dan Yonghwa segera saja kembali memasuki truknya. Bersiul riang sambil mengibaskan rambutnya seperti bintang iklan shampo yang sering dilihatnya di televisi. Lalu tersenyum dan membiarkan angin malam bercampur dinginnya hujan menemani perjalanan pulangnya menuju kota.

.

.

.

—- Black Flower (Part 1) —-

 

.

.

.

Matahari belum sepenuhnya berada tepat di tengah bumi saat truk besar warna kuning pudar bergaris biru tua mencolok itu memasuki halaman rumah Sung hoon yang luas. Beberapa truk dengan warna sama juga memasuki free time, yaitu halaman rumah yang dijadikan tempat parkir untuk semua truk milik pengusaha kayu terbesar di kota itu. Yonghwa merenggangkan otot-otot tangan dan kepalanya yang terasa kaku karena lebih dari 24 jam menyetir tanpa henti. Ditambah lagi dengan tubuh menggigilnya akibat hujan. Wajah santun yang kemarin terlihat cerah itu kini berubah kuyu. Tampak sekali kalau si pekerja tampan itu lelah.
Sama seperti pekerja lainnya. Pekerjaan yang membutuhkan tenaga penuh di setiap waktu kerja itu memang sangat menguras tenaga. Selain konsentrasi penuh, ketenangan pikiran pun juga diperlukan. Tidak akan mungkin bisa seorang sopir mengemudikan kendaraannya dengan baik kalau hatinya gelisah atau pun marah. Secara tidak langsung, suasana hati sangat mempengaruhi konsentrasi seseorang. Apalagi jika menyangkut nyawa seseorang atau banyak. Bukan hanya satu atau dua orang yang terluka kalau kecelakaan terjadi. Kerugian material akan menambah beban emosi karena perasaan tertekan, sedih, menyesal dsb. Maka tak akan heran melihat gadis berkepang manis di balik pintu sana menggigit telunjuknya sendiri melihat langkah lesu Yonghwa.

Oppa.. Gwaenchanayo?” tanya Resiana khawatir setelah Yonghwa berada di depannya dan membungkukkan badan, memberi hormat pada putri atasannya.

Yonghwa mengangguk sopan, tersenyum simpul lalu menjawab, “ne.. Gwaenchanayo Nona..”

Gadis yang tadinya tersenyum hangat melihat senyum bagaikan madu, kini sedikit menurunkan pandangannya. Menelan kekecewaan yang entah apa harapannya.

“Apa Tuang Sung ada??” tanya Yonghwa.

Resiana hanya mengangguk, menunjuk dengan telunjuk kirinya ke arah rumah kecil di samping pos, tempat ayahnya sedang memeriksa kayu-kayu yang harus segera dikirim.

Khamsahamnida…” kata Yonghwa sambil membungkuk dan berbalik. Sedikit mempercepat langkah sembari menyapa teman-temannya yang hendak atau pun baru sampai seperti dirinya.

Laporan seusai pengiriman harus selalu dilakukan oleh semua pekerja. Mengabarkan apakah tugas mereka selesai dengan baik atau ada kendala. Semua itu menjadi peraturan wajib. Selain itu, si pekerja juga akan menerima gaji mereka setelahnya. Sistem kerja yang lumayan unik. Karena gaji pekerja adalah tergantung besar kecil dan jauh dekatnya pekerja itu mengantarkan kayu pada hari sebelumnya.

“Permisi Tuan Sung…” sapa Yonghwa segera tanpa berbasa basi seperti biasanya, setelah ia tersenyum menyapa pada beberapa pekerja yang sedang menerima pengarahan, yang lebih dulu melihatnya sebelum ia menyapa formal.

Ne, Yong.. Kenapa?” Sung hoon menjawab tanpa berbalik. Jari-jari telunjuknya yang sudah mulai mengkerut itu tetap menyusuri kertas A4 di tangan kanan. Mengangguk, menjawab pertanyaan seorang pekerja baru yang harus mengantarkan jauh sampai ke luar kota.

Mianhamnida.. Saya minta ijin 2 hari. Ada keperluan mendadak.”

“Dua hari?” Tanya Sung hoon terkejut dan segera berbalik sambil menyerahkan tumpukan kertas di tangannya dan melangkah menuju pos.

Beberapa pekerja baru yang melihat sedikit ‘perbedaan’ sikap sang bos hanya saling melirik tak mengerti. Sedangkan para pekerja lama yang memang sudah mengerti kenapa atasan mereka bersikap berlebihan–terkadang–pada pekerja biasa, mereka hanya tersenyum–mungkin iri–. Yang sudah jelas mempunyai beberapa nilai plus, dan salah satu di antaranya adalah ketertarikan putri Sung hoon sang big bos pada si pekerja beruntung itu.

Yonghwa menelengkan kepalanya sejenak saat lambaian tangan dari dalam truknya terlihat kecil, sebelum mengangguk dan masuk ke dalam pos. Di sana, atasannya sudah menunggu tak sabar.

“Coba ulangi kalimatmu barusan…”

Namja itu melepas topi hitam yang sudah tampak sedikit usang sebelum duduk di depan meja kecil berbentuk bundar. Berhadapan sopan.

“Apa kau tahu? Besok pengiriman ke Jepang harus segera diantar. Aku tidak mungkin mempercayakannya pada pekerja baru yang belum terbukti. Klien kita itu sangat pemilih. Kau tahu itu kan…” kalimat-kalimat pertentangan Sung hoon terucap lirih.

“Tapi Tuan.. Saya…”

“Jangan membantah!” potong Sung hoon mulai marah. “Kau boleh libur sampai sepuasmu setelah kiriman ke Jepang selesai dan beres. Aku tidak mau kalau sampai pelanggan kita yang itu merasa tidak puas.”

“Tapi tuan…”

“Tidak ada tapi!!!!”

“Yyaa!!! Bos macam apa itu tidak boleh mengijinkan anak buahnya libur? Tidak bisa lihat itu wajah sudah lesu. Bagaimana kalau dia sampai sakit? Anda mau bertanggung jawab!!!” suara lembut seorang gadis dari belakang Yonghwa membuat semua orang yang mendengarnya terdiam bisu. Terkejut sekaligus tak percaya karena gadis cantik itu tiba-tiba muncul dan yang lebih mencengangkan lagi, gadis yang baru hari ini terlihat itu keluar dari dalam truk Yonghwa.

Yonghwa-si pekerja pendiam dan santun yang selama bekerja di sini tidak sekalipun pernah terlibat pembicaraan dengan yeoja, kecuali Resiana. Hari ini membawa seorang gadis dari pengirimannya kemarin dari Busan. Hei… Apakah Yonghwa menemukan bidadari dari kayangan dan berakhir dengan kisah legenda dari Indonesia, Jaka tarub?

Waw!

Nuguseo… ???” Sung hoon mengernyitkan dahi rapat. Menelusuri sosok gadis berpakaian mahal namun sangat berantakan di depannya dari bawah sampai atas. Kepalanya menggeleng berkal-kali saat menduga bahwa gadis itu adalah istri Yonghwa. Mana mungkin Yonghwa mau dengan gadis yang tampak sangat ceroboh dan sedikit liar itu?

“Dia tunangan saya tuan…” jawab Yonghwa tiba-tiba yang seketika itu juga membuat semua orang di sana tercengang. Tak terkecuali gadis yang tak lain adalah Shinhye. Gadis itu bahkan melebarkan kedua mata bulat beningnya tajam. “Dia tersesat saat perjalanan ke sini. Dan dini hari tadi saya tidak sengaja melihatnya di dekat terminal…” lanjut Yonghwa sembari mengangkat kepala yang tadinya tertunduk lemas.

“Baiklah…” Sung hoon berkata cukup keras. Sengaja agar kekacauan pagi hari tak terjadwal ini berakhir cepat. Dan tanda tanya dalam dirinya pun segera terjawab. “Baiklah. Sekarang…”

“Sekarang saya mohon pamit dulu tuan… Saya harus mendiskusikan sesuatu dengan tunangan saya. Dan itu juga kenapa saya meminta ijin libur dua hari. Saya mohon bantuannya…” sela Yonghwa tegas namun tetap sopan. Sementara Shinhye sudah memasang wajah dingin tanpa komentar dan bersandar begitu saja pada pinggiran pintu.

Sung hoon menarik nafasnya panjang. “Baiklah.. Aku mengerti. Sekarang pulanglah…” ucapnya menengahi sambil berdiri. Menepuk pundak pekerja terbaiknya dan memupus begitu saja keinginannya tadi pagi untuk meminta Yonghwa menjadi menantunya. Semua itu tidak mungkin terjadi sekarang. Laki-laki berwibawa itu keluar setelah menundukkan kepalanya sedikit untuk memberi hormat pada tamunya.
Ya tamu! Karena siapapun orang asing yang datang ke sini adalah tamunya. Tidak peduli tamu itu diundang atau pun tidak. Tamu tetap harus dihormati.

.

Yonghwa_POV

.

Hhmmm…
Entah aku mimpi apa kemarin saat tidur. Aku menemukan seorang gadis berada di sampingku sambil menyembunyikan tubuhnya dengan jaketku. Gadis itu cantik. Ya. Sudah pasti. Tapi gadis itu adalah gadis yang dicari orang-orang tak ku kenal yang sudah menolongku mendorong truk.

Ugh! Aku lupa menanyakan kenapa orang-orang itu mencari gadis ini. Aku bahkan tidak berpikir akan bertemu dengan gadis buronan itu.
Ck, ini sepertinya akan membuatku semakin sulit.

“Ayo.” ajakku sengaja sambil menggandeng tangannya dan melewati rekan kerjaku begitu saja tanpa menyapa. Hanya satu tujuanku. Pulang!

“Kita mau kemana tuan…” tanyanya pelan setelah kita keluar dari halaman rumah Tuan Sung hoon dan terbebas dari pandangan menyelidik.

Aku berbalik menatapnya. Kulihat dia terlihat sangat tenang. Tidak takut atau curiga atau apa pun seperti semalam, sebelum ramainya jalan kota menjadi background perjalanan trukku bersamanya, gadis asing. Siapa dia??? Tidak takutkah kalau seandainya saja aku ini orang jahat???

“Di mana rumahmu? Aku sudah hampir pingsan. Aku lelah sekali…” katanya mengiba sambil menarik tangannya dari gengggamanku. “Penjelasannya bisakah esok hari saja? Aku harus tidur. Kau juga pasti lelah bukan…”

Mwo??”

Apa maksudnya? Kenapa seperti itu? Seharusnya aku yang mengatur harus bagaimana. Bukan dia.

“Hei tuan… Palli… Kita harus jalan ke mana ini??”

“Ke sana…” jawabku lemah tanpa penolakan. Menunjuk gang kecil tak jauh dari tempatku sekarang dan berjalan mengikutinya dari belakang.
Aku hanya bertanya dalam hati. Sebenarnya aku ini kenapa. Kenapa aku tidak bisa mengatakan tidak pada gadis itu? Apa itu akibat ciuman singkat yang hanya terjadi tidak lebih dari 3 detik itu?

Hei dia yang menciumku!
Seharusnya aku marah. Tapi yang aku lakukan hanya diam. Mengabulkan perkataannya yang bahkan belum aku ketahui namanya.

Ck… Sepertinya memang benar. Ini karena semalam.

Ugh! Aku masih merinding mengingat bagaimana bibir lembut berwarna merah itu menyentuhku.

Aish!!! Aku harus melakukan sesuatu.

.

Flashback

.

Yonghwa menginjak rem truknya kuat-kuat setelah sosok berambut panjang di sampingnya duduk tegap sambil menekan dada. Kedua matanya membelalak lebar memastikan sosok gadis di sampingnya itu bukanlah hantu.
Bukan karena namja itu takut. Tidak. Namja gingsul itu tidak takut hantu. Tidak ada yang ditakutinya kecuali kecoa. Yonghwa hanya memastikan. Kalau dirinya bukanlah seorang indigo yang bisa melihat hantu. “Nu.. guse…o…” tanyanya gelagapan.

“Tuan.. Ini kita sudah keluar dari daerah sepi tadi kan… Kita sudah aman kan… Tidak ada yang mengejarku lagi kan… Orang-orang berseragam itu tidak mengejarku lagi kan.. Mereka tidak tahu aku di sini kan.. Mereka tidak sadar kalau tadi aku menyelinap masuk ke dalam sini kan.. Tuan.. Tolong bantu saya.. Saya harus pergi dari sana.. Saya tidak boleh di sana terlalu lama… Tidak boleh … Tuan.. Tuan mau membantu saya kan…” kata Shinhye bertubi-tubi hingga membuat mimik terkejut dan bingung Yonghwa hanya bisa terlihat aneh dengan mulutnya yang terbuka. Kedua tangannya masih berada di atas dadanya. Bernapas pelan, sambil melirik kiri kanan untuk memastikan sekali lagi bahwa ia sudah aman. Ia benar-benar aman.

“Ke.. kenapa anda bisa masuk ke dalam sini? Kapan anda masuk? Kenapa bisa??” Yonghwa ganti bertanya bingung setelah seluruh kesadarannya terkumpul dan susah payah memasang wajah kasar. Tapi tentu gagal. Karena tidak sekalipun ia bisa menunjukkan wajah emosinya pada orang lain. Terlebih lagi pada orang asing.

Didikan dari kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia untuk selalu menunjukkan sikap hangat dan menghormati orang lain benar-benar sudah mendarah daging. Namja itu selalu bersikap sopan pada siapapun. Terlebih lagi pada seorang wanita.
Bagi Yonghwa. Wanita adalah sosok hebat yang harus selalu dihargai dan dijunjung tinggi.

Shinhye menoleh. Membuat Yonghwa tak sadar menyandarkan punggungnya pada sandaran karena terkejut dan hanya terfokus pada kilat bening yang berpendar-pendar dari mata bulat cantik di depannya saat ini.

“Tolong bawa saya pergi dari sini tuan.. Tolong selamatkan saya..” Shinhye mengatakan permohonannya. Sungguh-sungguh berharap agar namja sopan dan sangat terlihat kalau ia baik hati itu mau menolongnya.
Tidak ada yang bisa dimintai tolong olehnya. Tidak ada sanak keluarga siapapun. Ia sebatang kara. Dan Shinhye sudah memutuskan untuk kabur. Menyudahi kehidupan gelapnya bersama seorang milyarder secara sepihak. Gadis itu tahu, kalau Chang wook tidak akan mau mengakhiri hubungan itu.
Tapi ia juga tidak mau terus menerus menjadi orang ke-3 dalam rumah tangga seseorang.
Karena hujan sudah menolongnya melarikan diri, dalam hati Shinhye berharap orang pertama yang dilihatnya adalah penolongnya selanjutnya. Dan orang itu adalah namja pengemudi truck ini.

“Ne??? Anda sii…”

Belum selesai Yonghwa berkata hendak bertanya. Shinhye sudah mencondongkan tubuhnya ke samping dan menempelkan bibirnya singkat di atas bibir Yonghwa yang tertutup rapat. Gadis itu melakukan apa yang biasanya ia lakukan jika meminta sesuatu pada Chang wook. Shinhye tidak tahu kalau bagi Yonghwa, perbuatannya barusan hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami istri. Bukan oleh sesama orang asing untuk mengabulkan permintaan.

“Tuan.. Tolong saya…” ulang Shinhye lirih seperti berbisik dan kembali duduk tenang mengawasi lalu lalang.

Yonghwa mengerjap beberapa kali sambil menelan ludah. Tidak berani menoleh atau mengeluarkan sepatah kata pun untuk mengeluarkan ribuan pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Namja itu memilih untuk kembali fokus pada kemudi. Menjernihkan pemikirannya yang entah ke mana dan membuatnya pening.

Hanya rintik-rintik hujan yang menemani truk besar itu kembali melaju lambat membelah malam.

.

Flashback_end

.

Aku bahkan juga tidak tahu alasan apa lagi selain berbohong kalau dia adalah tunanganku agar semuanya tidak menghujat sembari berpikir bagaimana selanjutnya.

Gadis itu juga pasti terkejut.
Tapi, sudahlah. Mungkin ini juga karena aku lelah. Aku tidak bisa berpikir jernih.

Ya…
Lebih baik istirahat dulu dan berbicara baik-baik dengannya nanti.

“Kita sudah sampai. Masuklah. Ini kuncinya. Aku beli makan dulu…” ucapku sambil menyodorkan kunci.

Huh! Aku juga tidak tahu kenapa aku mempercayakan rumahku padanya.

“Aku tidak lama. Mandi dan beristirahatlah. 30 menit lagi aku sampai.” ucapku lagi dan segera berlalu menuju warung makan langgananku.

Entah..
Aku tidak bisa berpikir apa pun.

.

Yonghwa_POV_end

.

.

.

— Black flower (Part 1) —

.

.

.

OppaaKajja makan dulu. Sebentar lagi Oppa harus berangkat ke Singapura kan…” kata wanita cantik bergaun selutut warna putih polos sambil duduk di samping Chang wook dan menyentuh lengan suaminya itu pelan. Sedikit enggan.

Bibirnya bergerak gelisah, ingin mengajukan pertanyaan kenapa wajah murung yang sebelumnya tidak pernah ia lihat kini seperti awan mendung. Lebih dari 4 tahun mereka menikah, tidak sekalipun Chang wook menjadi pemurung dan pemarah tanpa alasan. Satu jam lalu, seorang juru memasak di rumahnya harus terkena imbas. Masakan untuk makan malam tuannya harus terbuang sia-sia bersama pecahan kaca guci yang ditendang begitu saja oleh si pemilik setelah mengetahui menu makanan malam ini adalah daging asap pedas.

Tidak ada yang tahu kenapa bos besar itu menjadi seperti itu. Dan tidak ada yang tahu juga kalau sikap emosional itu disebabkan oleh kaburnya si wanita simpanan, Shinhye.
Wanita simpanan itu, sebelumnya tinggal nyaman di rumah bawah tanah yang bahkan dekorasinya sendiri melebihi kemewahan rumah istananya bersama sang istri. Tidak ada yang menyadari dan tahu betul betapa besar rasa sayang dan tertariknya si pimpinan mafia itu pada Shinhye. Gadis sederhana yang dulu ia temukan di dekat sungai kumuh.

Terutama Zahra, wanita cantik yang menjadi istri Chang wook atas dasar perjodohan disengaja. Karena Zahra adalah putri dari mendiang sang ketua mafia dunia. Bahkan sampai sekarang. Wanita yang lebih sering menguncir rambutnya tinggi berpita itu tidak tahu menahu tentang apa pekerjaan ayah dan suaminya yang sebenarnya.
‘Pengusaha’ begitulah jawaban yang didapat dan dijawabnya ketika orang bertanya ini itu.

Zahra memberanikan diri memeluk suaminya pelan. Menyandarkan kepalanya sehati-hati mungkin di atas bahu yang selalu menjadi tempat favoritnya bersandar. Sementara Chang wook masih diam bagaikan patung di sampingnya, masih dengan fokus pandangan pada kegelapan malam di balik jendela kamar yang terbuka.

Oppa… Oppaa kenapa?” tanya Zahra pada akhirnya setelah ia sukses bersandar dan tidak ada penolakan. Itu berarti laki-laki yang dicintainya sepenuh hati tidak sedang kesal padanya. “Aku takut Oppa marah padaku…” lanjutnya lebih berani dengan seulas senyuman manis. “Apa Oppa tidak ingin memelukku sebelum berangkat? Oppa bahkan sudah lebih dari 3 hari tidak menemaniku… Apa Oppa tidak merindukanku? Aku sangat merindukanmu, Oppa…”

“Zahra..” panggil Chang wook linglung sambil berdiri dan melepaskan tangan istrinya. “Aku harus pergi..” lanjutnya tanpa basa basi dan segera berjalan, hampir berlari namun terhenti tak lama kemudian karena pelukan erat di perutnya.

Oppaaa… Bisakah sekali ini saja Oppa menurutiku? Aku bahkan sedang mengandung anak Oppa.. Apa Oppa tidak senang? Aku ingin menjadikan ini kejutan… Aku…”

Ne?” Chang wook berbalik dan menatap Zahra tajam. “Ulangi kalimatmu!” perintahnya kaku.

“A… Aku.. Ak.. u.. Haa.. mil Oppa…” jawab Zahra terbata. Merasa takut dengan sorot tajam di depannya yang baru sekali ini ia dapatkan. “Aku.. Aku hamil.. Kata dokter.. Kandunganku sudah satu bulan..” terangnya lagi sambil mengusap lengannya yang terasa sakit karena cengkraman Chang wook beberapa detik lalu sebelum ia mencoba mengelak.

Chang wook menyipit. Mengawasi wajah takut istrinya dan seketika itu juga ingatannya pada sosok Shinhye yang tidak pernah sekalipun merasa takut, menguasai kendali. Aura kemarahan yang tadinya mencoba diredamnya kembali memuncak. Hingga kepalan tangannya mengeras dan buku jarinya yang putih pucat itu tersembul keluar, menyeramkan.
Si pemimpin terkuat yang sekarang menguasai lebih dari 250 kota besar di dunia itu juga tidah habis pikir bagaimana seorang gadis bisa kabur dari kejaran orang-orang terbaiknya yang tidak pernah sekalipun gagal menjalankan tugas?
Para pengawalnya itu bahkan pernah menemukan tempat persembunyian si buronan polisi karena kasus narkoba dan membunuhnya saat itu juga, padahal lebih dari 5 tahun buronan itu tidak bisa terlacak oleh siapapun.

Berkali-kali Chang wook berpikir. Berlipat-lipat juga kekesalan dan kemarahannya.

Opp.. paa…” Zahra melangkah mundur ketakutan.

“Gugurkan sekarang juga!!!” kata Chang wook mengeram sebelum benar-benar berlari keluar kamar dan menutup pintu besi itu kasar. Meninggalkan Zahra yang hanya terpaku diam dengan butir-butir air mata menuruni pipi.

.

.

.

— Black Flower (Part 1) —

.

.

.

Yonghwa terbangun tengah malam sambil mengucek matanya yang terasa berat. Berkali-kali ia melebarkan mata agar terjaga dan segera menuju kamar mandi. Mencuci.

Ya! Namja itu selalu terjaga setiap malam untuk mencuci baju dan membersihkan rumah.

“Euhhmm…” erangnya pelan sambil menggeliat. Seperti orang yang berolahraga untuk merenggangkan otot. Yonghwa menggerak-gerakkan kepalanya ringan.

“Kau sudah bangun??” tanya Shinhye dari dalam kamar mandi dengan tangan penuh busa dan rambut diikat sembarangan.

Yonghwa menegakkan bahunya terkejut. Namun segera menghembuskan napas lega setelah ingat ia tidak sendirian sekarang.

“Kau mau makan? Di meja ada makanan. Karena kau hanya membeli satu bungkus nasi, aku membaginya menjadi dua. Mianhae kalau itu terlalu sedikit dari porsimu biasanya…” ujar Shinhye lagi lebih keras. Sengaja agar lawan bicaranya tetap mendengar karena suara kran air yang baru saja dinyalakannya sedikit lebih berisik. Terlebih lagi ini malam hari. “Aku juga sudah membersihkan rumah. Sebentar lagi cuciannya selesai. Ini dijemur di mana??”

“Apa yang kau lakukan?” tanya Yonghwa dingin yang tanpa sepengetahuan Shinhye sudah berdiri di belakangnya dengan ekspresi marah bukan kepalang.

“Aku mencuci baju. Wae?” Shinhye menjawabnya santai. Gadis itu tidak tahu kalau bagi Yonghwa, hal-hal sepele lebih sensitif menimbulkan emosi.

“Aku tanya apa yang kau lakukan!!!!!” kini Yonghwa benar-benar berteriak marah. Rasa kantuk yang beberapa menit lalu menderanya sudah benar-benar hilang. “Siapa kau sampai berani melakukan hal semacam ini di rumahku!!!”

Shinhye tergelak. Kemeja biru yang baru saja selesai diperasnya terjatuh lagi ke dalam air. Tangannya sedikit bergetar dengan wajah tenang namun tetap was was. Begitu juga mata indah yang sekarang berkilat takut dalam keteduhannya. Shinhye menarik napas sekali lagi sebelum menarik tangan Yonghwa keluar rumah dan mengajaknya duduk di kursi rotan sempit di bawah pohon mapel.

Bibirnya tertarik kecil, tersenyum samar melihat bulan sabit di sebelah timur sana yang masih bersinar terang.

Mianhae tadi aku membentakmu. Aku terkejut. Aku.. Tidak terbiasa dan tidak suka orang asing menyentuh barangku. Apalagi itu cucian. Itu sedikit memalukan..” Kata Yonghwa menyesal.

Shinhye hanya mengangguk memaklumi. Ia sendiri pun juga seperti itu. Dan mengingat apa saja yang sudah ia lakukan di rumah penolongnya, itu memang sedikit keterlaluan. Siapapun pasti marah.

“Sebelumnya kita belum sempat berkenalan. Aku Yonghwa..” Yonghwa mengangkat tangannya untuk bersalaman. Dan mengangguk kecil setelah gadis di sampingnya ini menjabat lalu melepaskannya. “Aku belum sempat bertanya tentang…”

“Biar aku yang cerita dan menjelaskan ..” sela Shinhye menginterupsi.

Yonghwa hanya mengangguk. Mendengarkan.

.

Shinhye_POV

.

“Aku kabur dari seseorang berkuasa karena ingin hidup normal dan tenang tanpa rasa takut akan kemarahan orang lain yang tidak bisa aku prediksi kapan datangnya..” kataku mulai menjelaskan. “Oh iya.. Namaku Shinhye..”

“Ya.” jawabnya singkat sembari menyandarkan punggung dan memandang jauh ke langit malam yang penuh kelip bintang.

Aku memandangnya sekilas. Baru menyadari, kalau wajah seriusnya mengingatkanku pada mendiang appa saat beliau tengah berpikir.

Aku merindukan appa

“Sebelumnya maaf karena tindakanku yang tanpa ijin. Aku hanya merasa nyaman saat melakukan pekerjaan rumah. Aku…”

“Lupakan.. Aku sudah melupakannya…” tukasnya dingin.

Aku mengangguk. Tersenyum kecut karena baru saja berkhayal si penolongku mau mendengar ceritaku yang tidak menarik. Ck, dia bahkan tidak mengenal siapa aku. Apa dia akan menyuruhku pergi setelah aku mengatakan aku adalah simpanan seorang mafia?

“Aku hanya ingin tahu, kenapa orang-orang itu mengejarmu dan kau melarikan diri.” kata Yonghwa lebih akrab.

“Ya..” jawabku senang.

Entahlah.. Aku hanya merasa dia orang baik.

Tapi aku bukan orang baik. Ck..

“Aku sebenarnya adalah simpanan seorang mafia. Dan setelah bertahun-tahun baru ku menyadari, kalau itu salah. Karena itu aku melarikan diri.”

“Mafia???” ulangnya bingung.

Oh bukan bingung. Tapi memastikan. Ekspresi itu memang terkejut. Tapi gerak matanya tidak menunjukkan kalau ia terkejut. Dia hanya memastikan. Ya! Memastikan.

“Namanya Chang wook.” kataku mulai menjelaskan lagi. “Dia menemukanku saat baru saja kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan. Dan dia membawaku ke rumahnya sebagai saudara. Entah bagaimana ceritanya, aku membiarkannya menciumku begitu saja setelah ia pulang dan memasangkan kalung berlian.” aku tertawa sumbang. Menertawakan kebodohanku sendiri yang baru ku sadari.

Yonghwa, namja itu tidak memberikan respon apa pun. Aku juga tidak bisa menebak apa yang sedang ia pikirkan. Yonghwa hanya diam. Tetap menatap lurus ke depan dengan bibir tertutup.

“Sejak saat itu, aku mendapatkan apa yang sebelumnya tidak aku dapatkan bahkan hanya dalam mimpi. Aku tidak tahu kalau dia sudah menikah. Baru beberapa bulan yang lalu aku mengetahuinya. Dan sejak saat itu aku mulai mengerti kenapa aku tidak diijinkan keluar rumah sekali pun tanpanya. Aku juga baru tahu kalau selama bertahun-tahun itu juga aku hidup di rumah bawah tanah paling mewah. Semua keperluanku tinggal meminta. Tapi, aku merasa sepi setiap saatnya.. Aku…”

“Sekarang apa yang bisa aku bantu untukmu?” tanyanya. “Aku sudah berbohong dengan mengatakan kalau kau tunanganku. Dan itu berarti aku akan terus berbohong kalau aku tetap di sini.”

Mianhae…” ucapku menyesal.

“Gwaencahana…” jawabnya sembari tersenyum memandang bulan.

Ck, aku baru sadar. Yonghwa bahkan tidak pernah memandangku.

Apa yang kau harapkan Park Shinhye? Seharusnya aku hanya cukup berterima kasih dan bersyukur karena Yonghwa mau menolongku. Bukan mengharapkan lebih….

“Besok aku libur. Aku punya sedikit uang untuk membeli keperluanmu. Tapi hanya cukup di pasar umum. Bukan di mal besar bermerek…”

Ne???”

Apa maksudnya? Membelikanku perlengkapan? Untuk apa? Apa itu berarti aku boleh di sini bersamanya? Hei.. Maksudku, aku bisa menumpang di sini? Di rumahnya?

“Sementara, tinggallah di sini.”

“Benarkah boleh?” tanyaku sambil melompat berdiri dan menghadapnya.

Kulihat Yonghwa mengangguk gugup.

Aigoo.. Wajah itu lucu sekali…

Gomawo..” seruku lantang dan memeluknya erat.

Ahh..
Terima kasih Tuhan karena sudah mempertemuakanku dengan namja baik ini. Aku pasti akan membalasnya suatu saat nanti…

Ya pasti…

.

Shinhye_POV_end

.

.

.

 — Black Flower (Part 1) —

.

.

.

Yonghwa bersandar nyaman di depan pagar rumah dengan kaos tanpa lengannya yang usang. Berkali-kali ia menengok ke arah jalan raya yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari tempatnya sekarang berdiri. Siulan-siulan kecil itu pun juga tak luput dari gerak bibirnya yang tanpa senyuman. Ini sudah yang ke-3 kali ia mengusap peluh yang terus menetes. ‘Kenapa lama sekali…’ gumamnya sendiri dalam hati.

Oppa!! Menungguku ya…” Shinhye berbisik tepat di samping Yonghwa hingga namja itu tergelak kaget dan hampir terjatuh karena tersandung kayu.

Gadis itu tertawa kecil melihat hasil memuaskan untuk membuat malaikat penolongnya terkejut. Tidak sia-sia ia memutar jalan.

“Kenapa lama sekali.. Kau tidak tersesat kan..” tanya Yonghwa tanpa merasa kesal. Ia malah berjalan memutari Shinhye dengan pandangan menyelidik dari atas sampai bawah. Kedua tangannya mengepal kuat agar tidak memegang Shinhye seujung rambut pun. Sembari berkomat kamit sendiri, entah berkata apa.

Shinhye menghentikan tawanya seketika. Mengernyitkan dahi, bertanya kebingungan, “apa yang oppa lakukan? Apa tanganmu sangat sakit karena terbentur barusan?”

Aniyo.. Hanya ini pasti bukan apa – apa..”

“Lalu?” tanya Shinhye lagi lebih bingung. Dalam hati ia membatin, kenapa ada namja yang sepolos ini. Apa kelakuan isengnya barusan itu bukan satu lelucon bagi Yonghwa? Dan Shinhye semakin gemas sendiri karena sekarang ia pun juga merasa bingung dengan apa yang terjadi.

Mereka sama-sama terdiam beberapa saat. Dan Yonghwa tiba-tiba mengambil kantong plastik besar di kedua tangan Shinhye. Berlalu masuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Shinhye pun akhirnya hanya mengangkat bahu cuek, berlari mengejar Yonghwa yang sudah hilang di balik pintu.

.

.

“Di mana orang tua oppa?” tanya Shinhye sambil meletakkan dua mangkok sup di atas meja dan duduk di samping Yonghwa. Rambutnya yang tergerai mengenai pipi Yonghwa saat ia menoleh. “Tadi aku ingin sup ini. Jadi, tidak apa kan kalau aku membelikannya untuk oppa juga…”

“Ehmm..” ujar Yonghwa gugup. Wajahnya memerah seketika saat tidak sengaja mata tajamnya bertemu dengan sepasang mata bulat milik Shinhye yang menari-nari. “Bagaimana kalau kau mengikat rambutmu dulu? Itu.. Sedikit… Meng..gang..gu..” lanjutnya was was setelah berhasil mengalihkan pandangan.

Gadis itu mengangguk mengerti. Berjalan menuju almari kecil tempatnya menyimpan satu ikat rambut warna biru berpita panjang yang tadi dibelinya. Tidak membutuhkan banyak waktu, sekarang Shinhye sudah duduk manis sambil menopang dagu dan menyuapkan satu sendok penuh sup ke dalam mulutnya. Lalu tersenyum puas merasakan rasa hangat sup jagung manis bercampur telur dan susu serta keju. Shinhye lantas mengangkat kedua tangannya ke atas tinggi-tinggi sembari berteriak, “yeah!!! It’s my time!! It’s my life!!!!”

Lagi-lagi Yonghwa hanya mengusap tengkuknya yang tidak terasa gatal atau pun berkeringat. Ia tersenyum kikuk hendak menanggapi.

Oppa.. Ceritakan tentangmu..” pinta Shinhye dengan pipi menggembung karena baru saja ia memaksa cepat agar sup yang bahkan tinggal 3 sendok terakhir itu segera habis ke dalam mulutnya. “Aku penasaran…” lanjutnya antusias setelah memukulkan ujung sendok dengan bibir mangkok. “Hhmm.. Setelah itu, aku akan menjawab apapun yang akan oppa tanyakan. Eotte? Deal kan…”

“Hah?”

Waeyo?? Apa itu tidak sopan? Atau…”

Aniyo…” sanggah Yonghwa cepat. Tak sengaja, refleks memegang pundak Shinhye erat seperti yang biasa ia lakukan pada teman-teman kerja. Dan mereka terdiam lagi.

Gelegar keras bercampur hujan mengguyur lagi tanpa aba-aba. Langit pun masih berwarna biru terang dengan segerombolan awan putih membentuk macam-macam formasi. Genangan air di dalam lubang jalan maupun parit tak luput dari ‘akibat’ hujan. Menutupi reaksi takut si rumput malang yang harus menahan dingin hingga air surut.
Bebatuan besar di depan rumah sana berkilat-kilat seperti berlian dengan cipratan air di atasnya.

Hujan semakin deras seperti tumpahan air bah tak lama kemudian.

“Aku yatim piatu sejak kecil. Hidup di panti asuhan dan memutuskan untuk keluar dari sana setelah lulus SMA. Lalu bekerja.” kata Yonghwa kaku setelah menarik tangan dan menyembunyikannya di bawah meja sambil meremas sendiri. Keringat dingin menjalar cepat di seluruh tubuhnya. Yonghwa mengawasi cepat ujung meja kiri hingga kanan seperti orang takut akan sesuatu. Walaupun pada kenyataannya ia memang takut dengan apa yang bahkan belum pernah ia ketahui apa. Namja itu hanya mencoba terus mengeluarkan suara paraunya untuk menjelaskan. Lagi.

Shinhye hanya diam, fokus pada lengkungan dalam mangkoknya yang sudah kosong.

Yonghwa mendesah pelan, “aku tidak tahu harus menceritakan apa. Aku.. Tidak punya kenangan lain selain pengalaman hidup susah untuk tetap berbagi dengan ratusan orang sepertiku…”

“Kalau begitu.. Biar aku saja yang cerita ten…”

“Ehm.. Itu…” sela Yonghwa kikuk menggeser mangkok supnya ke hadapan Shinhye dan mengambil mangkok gadis itu yang sudah kosong. Lantas berdiri bingung. “Aku .. Aku.. Aku akan mencuci piring dulu sambil membereskan dapur. Kau.. Kau pasti lelah. Jadi.. Jadi.. Makan saja supnya dan istirahat. Aku .. Aku sudah biasa melakukan semuanya sendiri..” ujarnya linglung dan segera berlari menghilang di balik gorden hijau tua yang menjadi penyekat antara ruang tamu dan dapur.

Sementara Shinhye di sana masih setia menunduk satu menit lamanya. Diam-diam tersenyum mengamati hujan dalam lirikan. ‘Aku suka sekali hujan….’ batinnya tak sadar.

Gadis itu, bahkan tidak sekalipun pernah suka dengan hujan. Baginya, hujan hanya sebuah ingatan pahit tentang masa lalu. Dimana orang yang dicintai dan mencintainya harus pergi untuk selamanya saat hujan datang.

‘Hujan itu petaka. Hujan itu air mata. Hujan itu kepedihan. Hujan itu kematian.’ itulah yang ia pikirkan selama ini.

.

.

.

—- Black flower (Part 1) —-

.

.

.

“Nyonya.. Sarapan sudah siap…” kata seorang pelayan wanita berambut cepak warna coklat di depan pintu. Anting sepanjang 4 cm itu menggantung besar karena bentuk wajahnya yang kotak dan dagu datar. Walaupun begitu, paras cantik itu terlihat segar bagaikan bunga. “Apakah nyonya ingin saya mengantarkannya ke mari? Tuan berpesan kalau saya harus memastikan anda makan teratur supaya esok saat tuan muda kembali, operasinya berhasil..” lanjutnya lagi lebih tajam. Entah apa yang pelayan wanita itu pikirkan. Senyum tak suka yang menghiasi wajah penuh make up itu seperti tokoh si bawang merah. “Tuan memperbolehkan saya bertindak kasar kalau nyonya menolak. Jadi, nyonya jangan memaksa saya bertindak kasar..”

Mwo?” Zahra melempar bantal beruang putih itu tepat mengenai wajah si pelayan. Memandang wajah cantik pelayan yang baru ia lihat hari ini intens. “Kau pelayan baru. Apa tidak tahu tata krama?” ketusnya tak suka sambil menarik selimut menutupi kepalanya lagi. “Keluar sekarang!” bentaknya dari dalam selimut. Ia tidak tahu kalau pelayan pertama yang dibentaknya untuk pertama kalinya ia membentak orang itu kini sedang tersenyum sinis.

Seorang pelayan wanita lainnya datang dengan wajah dingin. Berbisik lama pada pelayan pertama lalu kembali berjalan menjauh setelah menyerahkan satu amplop coklat tebal.

Pelayan itu mengangguk kecil sebelum membuka isi amplop itu dan mendekati istri dari majikannya.

“Ck.. Aku kasihan dengan suamimu nyonya..” ucapnya tanpa basa basi sambil menyibak selimut warna merah muda mahal itu hingga membuat sang pemilik membelalakkan mata tak percaya melihat kelakuan pelayan barunya.

Zahra nampak sangat terkejut.

“Ck, sebelumnya aku tidak suka dengan Nona Shinhye karena dia mau menjadi simpanan suami orang. Tapi, setelah melihatmu seperti ini, aku jadi kasihan dengan Tuan Chang wook… Pantas tuan lebih perhatian dan sangat terpukul setelah Nona Shinhye kabur..” jelas si pelayan sarkastis. Melempar tumpukan foto-foto mesra antara Chang wook dengan Shinhye tepat di depan Zahra. Pelayan itu tersenyum antagonis setelah meletakkan baki makanan di atas meja samping tempat tidur dan berlalu cepat.
Suara ketukan high heels 15 cm itu mengiringi langkah kaki panjangnya yang ramping keluar ruangan. Meninggalkan sang majikan barunya yang hanya diam tanpa suara melihat satu demi satu lembar foto suaminya dengan seorang gadis cantik nan menggoda.

Pemandangan romantis di tepi pantai dengan lilin-lilin kecil mengitari dua sejoli itu menjadi lembar pertama yang dilihat Zahra. Berlanjut pada background sunset indah di puncak gunung dengan pelukan erat, lalu wajah bahagia yang saling berhadapan penuh cinta, pangkuan mesra dengan ciuman intens, sampai seorang laki-  laki tengah memeluk seorang gadis di atas tempat tidur dengan dada terbuka dan satu selimut yang sama. Semua Zahra amati dengan mata berkaca-kaca. Tangannya bergetar setiap mengambil lembar foto baru yang pasti terlihat ‘lebih’. Hingga butiran bening di kedua mata sembabnya kembali menetes deras.

Tidak ada isakan yang keluar dari bibir kecilnya. Zahra hanya menangis tanpa suara. Membiarkan satu per satu air matanya menetes. Membasahi lembar foto yang bahkan masih terasa hangat di tangannya.

.

.

.

—- Black Flower (Part 1) —-

.

.

.

Seekor kelinci kecil berlari keluar masuk di dalam kandang pojok halaman. Membawa gigitan kecil wortelnya yang makin menipis dengan dua gigi paling besar di bagian depan. Bulu tipisnya tidak ada yang bergerak-gerak lucu seperti saat kuda berlari. Begitu juga lompatannya yang kecil namun tetap lebih jauh dari seekor katak. Kelinci itu terlihat senang dengan kesendiriannya.

“Selamat malam Nona Resiana…” sapa Yonghwa sambil menundukkan kepala sopan bersama Shinhye di sampingnya.

Satu hal yang tidak biasa terlihat oleh siapapun. Sebuah tangan putih mulus itu merangkul mesra lengan Yonghwa yang terlihat kekar karena kaos tanpa lengan itu masih setia melekat di tubuhnya.

Tentu bukan hanya Resiana yang merasa terkejut. Beberapa pegawai yang kebetulan baru saja hendak pulang ke rumah masing-masing dan juga Sung hoon, mereka menghentikan aktifitas saat itu juga dan menengok penasaran.

‘Apa benar itu Yonghwa?’ mungkin begitulah pertanyaan pertama yang muncul dan menjadi awal untuk pertanyaan lainnya. Tapi tidak ada yang mengatakan apa pun. Terutama gadis yang rambutnya dibiarkan tergerai lurus hampir sepinggang. Resiana hanya mengerjap samar.

“Maafkan saya mengganggu malam-malam. Saya ingin meminta bantuan pada Nona..” tutur Yonghwa tanpa berbelit-belit dan tegas walaupun ia sendiri tahu kini ia tengah menjadi bahan tontonan.
Bukan bermaksud menebalkan muka, Yonghwa hanya ingin segera menyelesaikan semuanya dengan cepat lalu pulang.
Tidak terkecuali Shinhye, gadis itu bahkan sengaja menunduk berkali-kali untuk menutupi rona wajahnya yang memerah setiap kali namja di sampingnya ini bergerak, dan ia harus ikut bergerak ke mana namja ini melangkah.

Seperti layaknya sepasang kekasih yang sedang dilanda asmara. Tidak ada satu detik pun untuk berpisah. Atau masing-masing akan merasakan rindu hingga rasanya seperti orang kecanduan.

Tapi gadis itu pun juga tidak tahu kenapa ia harus merasa tersipu saat menjalankan tugasnya sebagai ‘tunangan’ Yonghwa.
Seperti pertanyaan pada umumnya, kenapa harus bergandengan tangan, berpelukan, atau saling menyandar untuk menandakan satu hubungan. Shinhye juga bertanya pada diri sendiri kenapa. Bahkan bersama Chang wook dulu, ia bahkan tidak sekalipun merasa berdegup kencang karena gugup. Dulu, gadis itu hanya merasa bahwa ia hebat. Ia gadis beruntung karena bisa berdampingan dan menjadi satu-satunya fokus perhatian laki-laki setampan Chang wook.
Ya! Shinhye sangat bangga dengan tatapan iri para wanita yang memandangnya.

“Apa yang bisa saya bantu , Op… Ani. Maksud saya Tuan Yonghwa…” buru-buru Resiana menunduk minta maaf.

Ah… Gadis itu….
Bahkan mata sipit yang biasanya selalu tersenyum itu tampak tak bersemangat. Semua orang tahu hal itu. Apa hanya Yonghwa yang tidak menyadarinya? Atau sebenarnya Yonghwa mengetahui semuanya tapi enggan berkomentar? Namja itu hanya tetap diam menunggu jawaban. Seperti biasanya, selalu diam jika ia merasa tidak perlu bicara atau menanggapi sesuatu.

Shinhye membuat lipatan-lipatan kecil di dahinya. Mengamati ekspresi orang-orang di sekitarnya lewat celah bulu mata. Dan mengangguk mengerti. Memahami.

Shinhye sudah terlalu sering membaca ekspresi orang dalam keadaan seperti ini. Dan ini bukan hal sulit untuknya. Ia bahkan sudah mempunyai satu kesimpulan pokok dari pengamatan singkatnya.

“Silahkan masuk dulu…” kata Resiana mempersilahkan.

Di dekat pohon samping pagar Sung joon memerintahkan pada pegawainya untuk segera bergegas pulang dengan isyarat matanya yang tajam. Dan berlalu masuk ke dalam rumah utamanya tanpa menengok atau sengaja menyapa tamu malamnya.
Laki-laki yang sudah berhasil mendidik putrinya seorang diri lebih dari 5 tahun itu paham. Anak-anak itu perlu berdiskusi dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan orang tua. Sebagai pelatihan juga agar ke depannya mereka bisa menjadi lebih dewasa dalam segala hal. Sung hoon, ayah Resiana itu hanya menarik napasnya panjang sebelum akhirnya menutup pintu rapat.

.

.

“Iya. Bisakah Nona membantu Shinhye berbelanja besok?” jawab Yonghwa kaku setelah dilihatnya wajah kaget Resiana saat gadis itu bertanya memastikan bahwa ia diminta untuk menemani tunangannya. “Saya hanya mengenal Nona.. Tidak mungkin kan saya meminta bantuan pada ahjumma di panti?” lanjutnya mencoba bergurau walau ia tahu tidak ada gunanya.

“Hhmm.. Saya akan diam dan menuruti aggashi…” Shinhye turut berbicara pelan setelah melirik Yonghwa dan namja itu mengangguk samar. “Saya…”

“Baiklah Nona Shinhye…” sela Resiana dengan senyum malaikatnya. Gurat-gurat kegalauan yang sebelumnya menggantung jelas kini bagaikan tersapu angin. Menyisakan wajah ayu gadis baik hati yang sudah jelas menjadi lirikan banyak namja. “Saya akan membantu Nona. Sekalian saya juga ingin berbelanja untuk keperluan sehari-hari.. ”

“Wahh.. Jinjjaa gomapta aggashi..” jujur Shinhye senang.

Yonghwa yang tidak sengaja menoleh pun terdiam begitu saja melihat rekahan senyum yang seperti indah bunga di musim semi. Perlahan, senyum tulus itu pun ikut tersungging di wajahnya. Dan tanpa ia sadari, satu senyuman lain di dekatnya juga diiringi cengkraman erat di pinggiran sofa.

“Bagaimana kalau kita mengobrol sebentar? Mungkin oppa ingin membicarakan sesuatu dengan Tuan Sung joon..” ucap Shinhye sambil menyentuh lengan Yonghwa dan menatap Resiana.

Tidak ada jawaban memang. Tapi satu tangan di atas tangan putih Shinhye itu mengerat sejenak sebelum terlepas dan berlalu.

Sekali lagi.
Resiana hanya tersenyum simpul dan beranjak. Mengandeng tangan Shinhye ramah seperti layaknya seorang teman menuju taman rumahnya.

.

.

.

—- Black Flower (Part 1) —-

.

.

.

Chang wook berjalan sempoyongan ke arah tempat tidur. Menghempaskan tubuhnya begitu saja. Memejamkan mata dan tersenyum mengejek.

Satu botol minuman keras masih ada di tangan kirinya. Terlihat sudah habis. Mungkin sudah tumpah saat ia menjatuhkan tubuhnya. Tapi kalau pun iya, namja itu bahkan tidak akan peduli jika kemeja mahalnya rusak.

Dua orang berseragam yang masing-masing masih berlumuran darah di tiap pelipisnya berdiri lemas di ambang pintu. Mencoba berdiri tegak walaupun perlahan namun pasti pandangan mereka semakin mengabur.

Seorang gadis seksi berpakaian minim masuk begitu saja. Menutup pintu keras-keras dan menghampiri Chang wook lembut di sisi pembaringan.

Gadis itu tersenyum menggoda saat mata tertutup itu mulai terbuka sedikit.

“Sayang…” panggilnya mesra sembari mengelus pipi Chang wook yang tirus. Perlahan didekatkannya bibirnya yang merah mendekati telinga. Berbisik lirih, lagi-lagi memanggil nama laki-laki yang sudah diincarnya lama sambil membayangkan bagaimana dunia akan menyanjungnya karena bisa menjadi wanita di samping Chang wook. Laki-laki yang diketahui masyarakat awam sebagai pengusaha sukses.

Tidak akan ada yang tidak bergidik takjub membayangkan berapa banyak uang yang berada di dalam rumah si konglomerat. Dan bisa menjadi satu dari sekian banyak orang Chang wook, adalah satu kehormatan tersendiri.

Chang wook tersenyum menanggapi. Menggapai pinggang ramping itu cepat hingga kini mereka saling berhadapan di atas tempat tidur.

Gadis itu tersenyum manis membiarkan tangan Chang wook membelai pipinya pelan.

“Shinhye… Chagi… Shinhye sayang… Aku tahu kau pasti kembali sayang … Kau tahu kan, aku bisa membunuh siapa saja yang berusaha merebutmu dariku.. Kau hanya milikku sayang… Hanya milikku…” kata Chang wook mendrama.

Gadis itu memberengut kesal. Tapi segera melupakan semuanya saat tiba-tiba Chang wook menciumnya.

Bau alkohol yang memuakkan berpendar-pendar seperti cahaya redup lampu. Menguar ke seluruh ruangan dengan diiringi suara pintu terbuka.

Zahra berdiri mematung di sana. Mengawasi pedih seorang laki-laki yang mencium wanita dengan begitu bergairah. Mereka bahkan tidak menyadari kedatangannya yang tanpa ditutup tutupi.
Sedangkan dua pengawal yang berjaga di depan pintu hanya menatapnya acuh tak peduli.

“Ugh.. Shinhye.. Shinhye sayang .. Shinhye sayang ..” racau Chang wook tak sadar.

Zahra memegang pundak suaminya takut. “Op…ppaa…” panggilnya tak berdaya.

Hanya tolehan kecil sebagai jawaban. Chang wook melirik sekilas wajah istrinya yang terluka dan berbalik. Bermaksud melanjutkan acara malamnya namun segera bergegas menghindar hingga terjungkal setelah sadar siapa yang baru saja diciumnya begitu hebat.

Gadis di atas tempat tidur itu menatap Zahra kesal. Mengumpat dalam hati karena keinginannya hampir tercapai walaupun harus dengan cara seperti ini. Ia tidak berniat merapikan rambut maupun satu kancing teratasnya yang sudah terbuka. Gadis itu melenggang pergi tanpa berkata.

Oppaa.. Gwaenchana??” tanya Zahra khawatir setelah berlari menghampiri Chang wook dan membantunya berdiri. “Ayo duduk dulu..”

“Lepas!” Chang wook menggeram. Menyentak kasar lengannya sendiri tapi tetap istrinya yang merintih kesakitan.  “Jangan tanyakan apa pun. Terserah kau mau berpikiran apa. Aku tidak peduli. Sekarang pergi!!!!!” lanjutnya membentak sambil melemparkan botol minuman yang masih digenggam. Dalam hati ia mengutuk diri sendiri kenapa botol yang sudah pecah berkeping-keping di lantai itu tidak ia lemparkan pada wanita sialan tadi.
Ketakutan kalau-kalau Shinhye melihat dan tidak mau kembali lagi padanya membuat pikirannya semakin kacau.

Zahra menggigit bibirnya ketakutan di sudut pembaringan.

“Cari Shinhye!!!” Chang wook lagi-lagi membentak. “Cari dia sampai ketemu atau aku akan membunuh kalian semuaa…..!!!!” perintahnya frustasi. Matanya yang memerah menatap garang apa pun benda di sekelilingnya bagaikan musuh. Namun tak berapa lama kemudian ia kembali berteriak lebih keras. Namun kali ini teriakannyan lebih menyerupai orang menyerah dan kalah.

Chang wook kembali berteriak lebih keras. Menjambak sendiri rambutnya yang sedikit panjang lalu akhirnya menangis meratap tak peduli jika anak buah atau siapapun melihatnya.

Terutama Zahra.
Gadis itu bahkan tidak bergerak menjauh seperti yang diperintahkan. Ia hanya terus menutup mulutnya dengan kedua belah telapak tangan dengan linangan air mata yang terus menetes tanpa henti.

.

.

.

—- Black Flower (Part 1) —-

.

.

.

Yonghwa duduk menyandar tak nyaman begitu saja sambil menopang dagu. Mengabaikan tatapan bingung orang-orang yang melewatinya. Tetap berpikir sendiri tentang kenyataan paling gila yang pernah ia temui selama ini.

Sebuah kertas warna putih bersih itu masih dipegangnya tak sadar.

‘Hal macam apa lagi ini? Masih kurangkah dengan semuanya? Setelah ini apa lagi?’ batinnya bertanya.

Shinhye berdiri mengintip di depan pintu. Pandangannya sulit diartikan. Namun tetap menjadikan segala bentuk macam perubahan ekspresi sedikit apa pun dari namja yang sekarang mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru lorong. ‘Apa dia mencariku?’ tanyanya bisu.

“Hye.. Kamu sudah selesai?” tanya Yonghwa menghampiri Shinhye di belakangnya dan mempersilahkan gadis itu duduk. Tapi bukannya duduk seperti kata Yonghwa. Shinhye malah berlari menjauh dan menabrak seorang suster hingga keduanya sama-sama terjerembab jatuh.

Yonghwa berlari menghampirinya. Membantu gadis yang entah sejak kapan menangis. Meminta maaf pada si suster.

“Apa Nona terluka?” tanya si suster khawatir karena sedikit darah mengalir di bawah pelipis Shinhye.

Aniyo.. Istri saya baik-baik saja..” jawab Yonghwa dan membungkuk, berpamitan.

Shinhye hanya diam membiarkan Yonghwa menuntunnya berjalan ke luar rumah sakit. Tidak mempedulikan apa pun kecuali perasaan takut akan sesuatu yang lagi-lagi tidak ia ketahui. Dan hanya bisa menjerit dalam hati.

“Kepalamu pusing?” Tanya Yonghwa cemas karena Shinhye mencengkeram lengannya erat. Mata tajam miliknya yang terus mengekor apa pun gerakan Shinhye itu terlihat sayu walaupun seulas senyum mengiasi bibir. “Ayo ku gendong..” ujarnya serius dan segera meletakkan tangan kirinya yang bergetar di belakang punggung Shinhye dan menggendongnya.

Shinhye membuang muka. Mengepalkan kedua tangan di depan dada Yonghwa tanpa berani mencuri pandang seperti namja yang benar-benar seperti malaikat penolongnya, yang terus saja melirik cemas. “Mianhae Opp..ppa…” lirihnya.

“Sudahlah.. Ini bukan apa-apa. Setelah ini istirahatlah. Aku besok masih libur. Kalau kamu tidak suka pergi bersama Nona Resiana, aku bisa menemanimu.”

“Aku..”

“Tidak perlu menjelaskan apa-apa …” sela Yonghwa sambil tersenyum kecil.

Bunyi suara pintu tua yang terbuka menjadi pengiring suara selanjutnya.

“Sampai..” kata Yonghwa setelah menurunkan Shinhye di atas sofa putihnya di dalam ruang tamu. “Untung saja dekat rumah sakit. Kalau merasa sakit, bilang saja. Aku akan membawamu untuk check up. Kata dokter, kandunganmu masih rawan. Jadi harus hati-hati…”

“Aku… Aku ingin menggugurkan saja bayi ini… Aku.. Aku tidak mauu!!!!” histeris Shinhye tiba-tiba. Tangan kirinya memukul-mukul sendiri perutnya yang masih terlihat datar.
Ya! Tentu saja masih datar. Bayinya masih berusia satu bulan dua minggu.

Yonghwa menggenggam tangan Shinhye dan menggeleng. Tersenyum.

.

Yonghwa_POV

.

Entah bagaimana perasaannya sekarang.

Aku pun juga tidak tahu bagaimana perasaanku. Namun ada yang terasa sakit memang setelah melihat Shinhye tiba-tiba mual dan pingsan di dekat perapian rumah Nona Resiana saat menuju ruang makan, seusai mereka berbincang di dekat kolam.
Sementara aku hanya mengawasinya dari kejauhan.

Ah.. Aku bahkan baru ingat.
Aku tadi tidak mengucapkan apa pun dan pergi begitu saja sambil berlari menggendong Shinhye dan menuju rumah sakit.

Oh..
Aku juga tidak tahu kenapa aku langsung membawanya ke rumah sakit.

Mungkin saja, itu karena firasat.
Ck, Firasat….
Sejak kapan aku melakukan sesuatu karena firasat?

Opp…ppaa…” panggilnya lirih.

Entahlah…
Aku hanya menggeleng nenjawab panggilannya dan memeluknya kaku.

Eotteohke??? Eotteohke???”

Aku menggeleng. Tidak menjawab pertanyaan yang lebih menjadi pertanyaan untukku karena memang aku juga tidak tahu harus bagaimana.

Bagaimana kalau besok Nona Resiana bertanya kenapa dengan gadis ini tiba-tiba pingsan dan mual? Haruskah aku menjawab jujur kalau gadis ini hamil? Haruskah aku membohongi banyak orang lagi kalau ini anakku?

Hei… Hebat kau Jung Yonghwa!
Baru satu malam kalian tinggal satu rumah dan Shinhye bisa hamil. Waw! Daebak !!!
Ck…

Oh Tuhan…
Aku bahkan tidak bisa marah pada gadis ini. Kehidupan gelap seperti dan separah apa yang dijalaninya dulu?

Menjadi simpanan mafia….
Bagaimana itu????

Shinhye menangis tersedu di bahuku. Memukul punggungku lemah dan aku tetap diam membiarkan.

Aku tidak tahu harus bagaimana…
Aku juga tidak tahu apa yang aku pikirkan sekarang.
Aku tidak tahu!!!!!!
Aku tidak tahu….

“Tenanglah… Aku di sini…” kataku pelan dan hanya menghela nafas dalam.

Oh Tuhan…
Hanya Kau yang tahu bagaimana dan apa yang harus aku lakukan…

.

Yonghwa_POV_end

.

.

.

 — TBC —

Catatan Admin :

FF ini sebelumnya pernah dipost di facebook-nya Wangbie, dan atas permintaan Wangbie juga untuk dipost di sini. Jadi mungkin ada teman-teman yang dulu pernah membaca FF ini. Part ini terdiri dari tiga part di facebook, lebih panjang jadi lebih puas membacanya hehehe, jadi nanti total partnya beda dengan yang di facebook tapi isi cerita tetap sama, hanya sedikit dirapikan saja penulisannya.

Selamat membaca dan jangan lupa komentarnya ya, terima kasih 🙂

PS. Update postingan FF di web bisa dilihat di facebook HS Corner Shop atau di twitter Lovetheangels1

52 thoughts on “[FF Indonesia] Black Flower (Part 1)

  1. Author wangbie… keren.. buat saya butuh wkt bbrp lama utk bs mencerna cerita nya.. sy selali kagum sm tulisan author wangbie.. ijin baca ya chingu…

    Like

  2. Uh shin hye kasihan , zahra juga kasian , ah semoga yong hwa nantinya bisa bahagiain shin hye.

    OyaAku suka ffnya author wangbie, walaupun udah lama tapi baru baca eheehe , izin baca ya author dan admin,

    Like

  3. Ya ampuuun shinhye hamil. Trus gmn nasib dia kedpnnya? Akankah yonghwa mau mnjd ayah dri ank yg dikandung shinhye? Kasian yonghwa org yang terlalu baik untuk menanggung semua ini. Lnjt ya, , , .

    Like

  4. Aduh Abang Yong sabar bgt ya dalam merawat shinhye…
    Kira2 nanti kandungan shinhye gmn ya…apa ayong mau menerimanya…
    Lanjut ah…

    Like

  5. Tegang banget bacanya,,,
    Simpanan mafia ? Aigooo, yonghwa sopir truk #tepokjidat.
    Tp ceritanya hebat, feelnya bnr2 dapet, authornya sabar dalam menggambarkan segala sesuatunya, atau apa ya bahasanya? Tp wangbie author, punya ciri khas dalam semua ffnya.

    Like

  6. Ufft dari awal bacanya udah deg degan. Yong harus bagaimana lg untuk membantu shin, belum lg chan wook yg terus mencari shin. Sungguh malang nasib wanita yg berada di sekitar kepala mafia itu..Baru part 1 udah menegangkan, terlebih lg di part2 berikutnya..

    Like

  7. Yonghwa kena love at first sight kayaknya!!!….. Meninh kabur aja shin, ga enak emang jdi hello kitty!!! Kasian banget sama zahra!! …

    Like

  8. kkk aku sudah pernah baca ff ini, tpi sedikit lupa hehe

    kasian yong haha,,, apa dia harus bertanggung jawab juga kkk
    aishh chang wook pria egoisss

    LIKE

    Like

  9. Huaawww knpa sama2 hamil
    Kasiahan banget sama zahra dan shinhye sama2 berhubungan dengan laki2 kejam
    Berharap yonghwa bisa melindungi shinhye

    Like

  10. Black flower,,
    Diawal cerita sudah menarik, yonghwa yang hanya seorang karyawan dan shinhye seorang selingkuhan mafia,
    Akankan yonghwa bisa menyelamatkan hidup shinhye..

    Like

  11. merana banget kehidupan shinhye. sempet kaget saat tahu shinhye itu simpanan agak kesel juga sih sama karakter shinhye disini. mau-maunya jadi simpanan. namun setelah baca dengan seksama hidupnya pun gak bahagia ia di perlakukan layaknya benda mahal yang hanya bisa dipakai oleh sang pemilik.

    hhuuaaahh.. kenapa shinhye sama zahra harus sama-sama hamil TT. heart break banget bacanya. zahra istri yang baik hati dan senantiasa setia harus punya suami buas macam changwook.

    yonghwa, oh yonghwa.. saya harap karakter yonghwa disini lebih strong dari changwook dan terus ngelindungi shinhye.

    Like

  12. Shin jdi selingkhan seorang mafia…aduh yong sngt pols..apa yong akn menyukai shin stlh dia tahu klau shin mengandung ank dngn selingkuhannya

    Like

  13. sedihh banget bacanya… sbenarnya aku g rela klo shinhye diceritain kyak gitu, gpp lah yg penting happy ending kan??? … harus happy ending pkoknya,

    Like

  14. pernah baca ff ini tapi tetep gak bosan ya baca ny.. seruu walaupun shin hye jadi simpanan tapi yonghwa benar benar keren.

    Like

  15. ff ini bagian dr ff2 daebak yongshin yg pnh ax baca
    klo ketua mafiany ky chang wook sp yg g mu jd simpanan hahaha
    next partny dtnggu

    Like

  16. omo ff kren bgt. baru pertama kali baca langsung jatuh hati sama ini ff. mian aku readers baru . n daebak kenapa yonghwa baik banget apa dia ada hati sama shin hyr. wow dan yg lebij seruNya shin hamil. jd penadaran di tnggu thot lanjutannya

    Like

  17. Omo.. shin hye jadi selingkuhan mafia… baru part 1 tapi bacanya ud tegang ini… rasanya nyesek tau keadaan shin hye.. kasian yonghwa…but… nice story

    Like

  18. Yonghwa sama sekali .. tidak pernah keberatan.. jila itu mengenai tentang shin hye ? Ottoke . Apa yg akan yong lakukan ketika shin hamil . Apakah ia juga akan mengakui jika itu adalah anaknya.. !!
    Wah daebak kau jung yong hwa.. akan kah cinta akan menghampiri yongshin ? Bagaimana jika suatu hari nanti changwook menemukan keberadaan shin ?

    Next part thor fighting

    Like

  19. Klo cari di fb kira2 msh ada ga ya??
    Soalnya klo baca ff wangbie itu pgnnya begadangin ampe selesai, sama ky begadangin nnton drakor gtu deh saking penasarannya..muehehehe..
    Bagus bgt critanya, krn ambil latarnya yongshin sama2 bukan org punya..
    Mudah2an ada benih2 cinta yg menguatkan yongshin untuk menghadapi badai permasalahan yg ada..
    Gomawo authornim ^^

    Like

    1. Hai Dien… ff-nya masih ada kok di fb. Hanya saja dari satu part ke part lanjutannya ada di album yg berbeda. Jadi agak ribet. Maaf. Tapi, kalo mw di cari juga gpp. ^^ gomawo…

      Like

  20. Ceritanya keren (y)
    Shinhye yeoja simpanan seorang mafia, sedangkan yonghwa namja miskin.
    Semoga yonghwa bisa ngelindungin shinhye dari changwook.
    Shinhye hamil, penasaran apakah yonghwa bakalan nikahin shinhye?
    Ditunggu kelanjutannya, hwaiting! ^^

    Like

  21. kasihan zahra,knp dulu cang wook mau menikahinya klo skrng dia menyia2knnya?kelihatan zahra sngat mencintai suaminya.
    shin hye dan yong hwa sm2 yatim piatu udah nikah aja.hehehe….
    sbnrnya yong hwa pernah nggk sih tertarik dg resiana?secara dia itu baik,cantik,sopan,lembut,perhatian lg.

    Like

  22. Ya ampun ternyata hbgn shinhye & changwook udh sejauh itu.
    klu changwook tau shinhye hamil anak nya, bisa dipastikan changwook bener2 bahagia.
    walau terlambat, tp keputusan shinhye sudah benar.

    Like

  23. Ceritanya baguss. Kasian banget shin hye. Udh hamil anak chang wook, gimana klo chang wook menemukan shin hye dan mengetahui klo shin hye hamil?? Yong tolong jaga shin hye yahh.

    Like

  24. waah aku pernah baca ini ff di fb wangbie eonni … ini salah satu ff faporit aku loh.. d tunggu aja part selanjut’y:)

    Like

  25. Waaahh .. ini ceritany beda dri yg lain, shinhye jdi simpanan mafia ? Keren .. tpi kasian soalny chang wook udh pnya istri, huh!!
    Untung ada yonghwa oppa yg nolongin.. hihi, tpi kok hamil anak chang wook.. bisa* klo chang wook tau pasti bahaya… huhu kasian shinhye kasian yonghwa oppa juga.. smoga mreka bahagia ah.. haha

    Like

  26. Semoga yonghwa bisa ngelindungi shinhye supaya tidak kembali ke changwook, keren banget ceritanya,, yonghwa bener-bener baik dan sepertinya mereka sudah saling jatuh cinta

    Like

  27. ffna keren eon, part satu konflikna dah brasa. abng yong d sini polos bgt sich…
    shinhye trnyta hamil… bgaimna dngn nasib kndunganna?? ap yonghwa akan mngaku bahwa dy ayah ank yg d kndung shinhye??
    cm mau sdikit kritik.. pas waktu shinhye d kejar ma bodyguard chang wok dy ke tembak ya.. tp koq pas naik mobil yonghwa dy baik2 aja ya???

    Like

  28. Aku prnh bca difacebook,, ttp gak bosen buat bca deh..
    Keren stu kta buat ff ini.. gak nyngka klo Shinhye hamil juga sm kya Zahra ya, ksian 2 wanita itu sma2 mnderita..
    Shinhye yg mnjadi simpanan, dan zahra isteri yg tdk dianggp.. uughhh.. moga stelah tinggl sma Yonghwa khidupan Shinhye lbh bhgia..hee..

    Like

  29. ceritanya keren, dsini yonghwa bgai guardian angelnya shinhye yg slalu menolong shinhye meski harus berbohong, mungkinkah yonghwa udh ada rasa ma shinhye?mungkinkah yonghwa bkalan menikahi shinhye krna shinhye yg sedang hamil?jangan smpe deh chan wook tw klo shinhye dg yonghwa plgi klo dy tw shinhye hamil, psti dy bkaln nglakuin sgala cara buat menangkap shinhye, chan wook bkin emosi ksian zahra punya suami seorang ketua mafia bahkan trang2an menyelingkuhi dy….
    baru part awal dah bkin tegang gmna part selanjutnya y?

    Like

  30. wua ff ni sngat keren konfliknya jga bgus… emmm shinhye eonni dsni jdi smpnan aduh mkn mnarik sja… dan jga changwook sngat mncntai shinhye eonni..
    yonghwa oppa jga baik skali pda shinhye eonni ap yonghwa mlai jtuh cnta kkkkk dtggu next partnya eon fighti g

    Like

  31. 0wh disini p0sisinya sulit ya,shInhye yang jadi simpanan,dan y0ngHwa yang miskin. . . Lawan mafia,0m0 0ttekhe?tak dapat imel bAyangkan.
    ApalagI shInhye hamil. . . . .

    Syukur ada y0ngHwa malaikat pen0l0ng ,.
    Seru th0r,sangat. . .
    DitUngGu next partnya,fiGhthIng 😉 😉

    Like

  32. Bagus crtx…. Yonghwa baik bgt, semoga smuax brjln dgn baik.😊
    Ditunggu part selanjutnya

    Like

  33. 0wh disini p0sisinya sulit ya,shInhye yang jadi simpanan,dan y0ngHwa yang miskin. . . Lawan mafia,0m0 0ttekhe?tak dapat imel bAyangkan.
    ApalagI shInhye hamil. . . . .

    Syukur ada y0ngHwa malaikat pen0l0ng ,.
    Seru th0r,sangat. . .
    DitUngGu next partnya,fiGhthIng 😉

    Like

  34. baru part 1 pi udah tegang bacax. kasian sama zahra.
    g bisa bayangin bagaimana nanti kalo chang wook tahu shin ma yong pa yg kan dilakukanx. g tega ma bang yong moga ja berakhir bahagia

    Like

  35. ya ampun shin hye jadi selingkuhan, sama mafia pula! kasian sama zahra 😦 dan sekarang shin hye hamil, gimana sama yong hwa yaa..

    next part di tunggu ya thor, tetep semangat! gomawo 🙂

    Like

  36. Keren thor, part pertama aja udah nguras emosi, apa lagi part selanjutnya?!?
    Syukurlah yang menemukan hye itu yong, kalo orang jahat lainkan bakal lebih rumit…
    Apa itu artinya yongshin sudah mulai jatuh cinta?
    Bagaimana yong akan bertanggung jawab dengan perkataannya?
    Apa mereka akan menikah?
    Next part thor, hwaiting ne. . . . .

    Like

  37. aku udh pernah baca di fb wangbie, dan ini salah satu ff yongshin favorit aku, gak bosen buat baca berulang-ulang. ffnya deabak !! 🙂 ^.^

    Like

  38. Shinhye perannya berbeda adi sini….untung yonghwa menolongnya dan mengizinkannya tinggal bersama…kasian xahra nya selalu tersakiti oleh chang wook…ditunggu kelanjutannya dan bakal seru jalan ceritanya…tetap semangat.

    Like

  39. Uggghh… shinhye jadi selingkuhan suami orang, astaga!!
    Omoo… yonghwa gugup bersama shinhye eoh? Uwaaaaa….

    Kasihan juga tuh zahra.. aigoooo

    Like

Leave a comment