Posted in fanfiksi terjemahan, sequel, series, yongshin101

[FF Terjemahan] The Royal Family (Part 6)


The Royal Family

Part 6

TRY (2)

Penulis : yongshin101

Karakter : Jung Yonghwa & Park Shinhye

Cerita Asli : The Royal Family

Diterjemahkan oleh Riefa

.

oooOoOooo

.

Catatan :

Kata yang tercetak miring dalam bahasa Korea dan Inggris yang memang sengaja tidak diterjemahkan.

.

oooOoOooo

.

Terserang Rasa Bosan

.

Setelah kesalahpahaman tak terduga yang mereka alami pagi itu sebelum mereka pergi ke Cape Town untuk berbulan madu, Shinhye dan Yonghwa memutuskan untuk tidak saling berbicara satu sama lain. Mereka membutuhkan waktu untuk menurunkan emosi mereka dulu, terutama Shinhye. Dia hanya tidak menyukai pria baru yang tidur di sampingnya sekarang. Itu seperti badannya Jung Yonghwa, tetapi orang yang hidup di dalam tubuh yang sama itu bukan Jung Yonghwa yang dia kenal 20 tahun yang lalu.

Namun Shinhye tidak menyalahkan Yonghwa karena sebenarnya memang sudah sangat lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Selama 22 jam berada di dalam pesawat, mereka akhirnya tiba di Cape Town setelah perjalanan panjang dari Seoul ke Johannesburg. Hari ini sebenarnya hari kedua mereka di Cape Town tetapi mereka belum melakukan apa pun bersama-sama karena kesalahpahaman konyol itu.

Saat Shinhye bangun pagi ini dan melihat pangeran masih berbaring dengan nyaman di tempat tidur dan terlihat jelas sedang tertidur nyenyak, dia tahu kalau Yonghwa sama sekali tidak peduli dengan liburan bulan madu ini. Mungkin lebih penting bagi Yonghwa mendapatkan tidur yang cukup untuk mengembalikan staminanya.

“Ya Tuhan. Aku merasa sangat bosan di kamar ini. Aku harus keluar dari sini.” Shinhye berbisik pada dirinya sendiri saat dia bangkit dari tempat tidur dan bergegas untuk mandi.

Rasanya sangat menyegarkan pagi ini. Shinhye tersenyum sendiri saat memijat kulit kepalanya sambil mengeramasi rambutnya lalu mencucinya sampai busanya hilang. Lima belas menit kemudian, dia berjalan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi dan segera menuju ke lemari untuk mengambil celana jins ketat dan blus. Shinhye melirik sekilas ke tempat tidur di mana Yonghwa masih tertidur. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau Yonghwa sudah bangun. Dia menghela napas pada dirinya sendiri dan berjalan masuk ke kamar mandi lagi untuk berganti pakaian.

Shinhye berdiri di depan cermin sambil memakai riasan sederhana. Tiba-tiba saja, dia merasa bersalah karena berencana untuk pergi keluar tanpa Yonghwa. Tapi, dia sudah sangat bosan hanya duduk di dalam kamar dan tidak melakukan apa-apa. Liburan bulan madu ini seharusnya menjadi sarana bagi mereka berdua agar bisa lebih dekat satu sama lain. Dia juga ingin tahu lebih banyak tentang Yonghwa dan dia berpikir mungkin sekarang kesempatan emas baginya, tapi dia sangat kecewa saat Yonghwa malah mengabaikannya bukan untuk lebih mengenal dia.

Tapi, itu tidak berarti Yonghwa suami yang tidak baik. Dia masih bertanggung jawab terhadap Shinhye. Dia selalu memastikan Shinhye makan tiga kali atau mungkin lebih dalam sehari. Setiap kali Shinhye meminta sesuatu, dia akan berusaha semaksimal mungkin mendapatkannya untuk Shinhye. Kalau Shinhye ingin menonton televisi, Yonghwa akan menyerahkan remote control pada Shinhye dan beralih membaca koran sebagai gantinya. Dia sebenarnya tidak pernah beradu mulut dengan Shinhye, tapi dengan sikap diamnya membuat Shinhye merasa jauh lebih tersiksa.

Berbicara soal itu, seharusnya Shinhye-lah yang mendiamkan Yonghwa dan bukan malah sebaliknya. Bukan dia yang pergi di malam pernikahan mereka. Yonghwa-lah yang meninggalkan dia sendirian, menunggu seperti orang bodoh di dalam kamar mereka. Jadi, apa yang membuat Yonghwa berpikir kalau dia punya hak untuk memperlakukan Shinhye seperti ini? Shinhye menggigit bibir bawahnya dan mendesah lagi sebelum berjalan keluar dari kamar mandi. Shinhye meraih pulpen dan menulis sesuatu di atas kertas lalu melipatnya menjadi dua dan meletakkannya di atas meja.

“Jika kamu memiliki sedikit rasa peduli padaku di dalam hatimu Yonghwa, kamu akan datang dan mencariku.” Shinhye setengah berbisik pada dirinya sendiri sebelum berjalan keluar dari kamar itu, sendirian.

***

Saat itu hampir jam 10:30 pagi, Yonghwa akhirnya terbangun dari tidurnya yang nyenyak dan tempat di samping kanannya kosong. Dia mengerutkan kening pada dirinya dan perlahan duduk di tempat tidur. Yonghwa mengamati sekeliling kamar untuk mencari Shinhye tapi istrinya tidak ada di dalam kamar. Dia tahu karena mendadak terasa begitu sunyi dan kosong. Yonghwa beranjak dari tempat tidur untuk mengambil segelas air putih untuk diminum.

Yonghwa pergi ke pantri dan menuangkan segelas air putih untuk memuaskan dahaganya. Setelah minum hampir setengah botol, ia melirik ke arah kamar mandi. Pemikiran mungkin Shinhye ada di kamar mandi muncul di dalam benaknya, tetapi lampu kamar mandi tidak menyala. Dia hendak berjalan menuju kamar mandi saat dia menemukan sebuah kertas kuning yang terlipat di atas meja. Dia mengambil kertas kuning itu dan segera membukanya.

Yang mulia,

Saya ingin membangunkan Anda tetapi Anda terlihat sangat lelah. Saya tahu Anda hanya ingin beristirahat dan tidak ingin melakukan sesuatu. Tapi, hanya saat ini satu-satunya waktu bagi saya untuk bisa pergi berlibur sendiri. Jadi, saya ingin melihat-lihat kota yang indah ini.

Saya akan sarapan di luar. Jangan khawatirkan saya.

Hormat saya, Shinhye.

P/S: 0611-23-187, hanya untuk berjaga-jaga kalau Anda ingin bergabung dengan saya.

Yonghwa mendesah. Dia menaruh catatan itu dan mengerutkan kening lagi. “Apa yang dia pikir dia lakukan? Dia harusnya minta izin padaku sebelum pergi!” Dia memarahi Shinhye walaupun dia tahu tidak ada gunanya melakukan hal itu karena istrinya tidak ada di sana.

Akan tetapi, Yonghwa tidak berusaha menelepon Shinhye. Dia terlalu marah karena istrinya pergi keluar tanpa memberi tahu dia. Sebagai gantinya, dia malah pergi mandi selama mungkin hanya untuk mengisi waktu, dan kemudian menghabiskan waktunya dengan menonton televisi padahal acaranya sama sekali tidak menarik. Ditambah, dia bukan tipe orang yang suka menonton televisi untuk mengisi waktu luangnya. Dia lebih suka joging dan bermain semua jenis olahraga, atau mungkin hanya tidur sepanjang hari saat dia tidak memiliki jadwal apa pun.

Saat ini sudah satu jam sejak Yonghwa bangun dan memutuskan untuk menghabiskan waktu sendirian di dalam kamar, dan bisa dibilang kalau kenyataannya dia juga merasa sangat bosan. Yonghwa memandangi catatan kuning yang ditulis oleh Shinhye yang dia diletakkan di atas meja. Dia mengambilnya dan melihat nomor itu. Kemungkinan besar itu nomor telepon Shinhye, dan dia bertanya-tanya apakah istrinya sedang menunggu teleponnya. Dia menghela napas dan mengeluarkan ponsel dari sakunya sebelum menekan nomor yang tertulis di atas kertas.

Yonghwa meraih remote control dan sedikit mengecilkan suara televisi saat dia mendengar seseorang menjawab teleponnya. “Nona Park, kamu di mana?” Tanyanya begitu Shinhye mengangkat teleponnya.

“Saya di luar.”

“Ya aku tahu itu. Di luar di mana?”

“Umm, saya sedang menuju ke Rhodes Memorial [Rhodes Memorial adalah monumen peringatan politisi Afrika Selatan kelahiran Inggris, Cecil Jhon Rhodes (1853-19020] sekarang. Apa Anda akan ke sini?”

Ada jeda lama dalam keheningan saat Yonghwa tiba-tiba menganggukkan kepalanya. “Tunggu saja aku di pintu masuk utama Rhodes Memorial. Aku berangkat sekarang.” Dia segera menutup telepon dan melompat keluar dari sofa.

Yonghwa berganti baju dengan sepasang kaos polos biru tua Ralph Lauren dan celana jins hitam. Yonghwa berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu di belakangnya. Ia berjalan menuju ruang VIP dan menunggu staf hotel mengambil mobil untuknya. Beberapa saat kemudian, BMW-nya datang dan diparkir manis tepat di depannya. Yonghwa segera melangkah masuk ke BMW dan mengemudikan mobilnya ke Rhodes Memorial untuk bertemu Shinhye.

Terima kasih pada GPS karena membantu Yonghwa mencapai tempat tujuannya dengan selamat. Dia hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk mencapai Rhodes Memorial, dan dia menyeringai pada dirinya sendiri saat melihat seorang gadis Asia biasa yang berdiri di pintu masuk utama, sendirian. Shinhye dengan polosnya menengok ke kiri dan ke kanan sambil melihat jam tangannya setiap satu menit berlalu. Shinhye mendesah dan Yonghwa tertawa. Karena tidak ada layanan parkir valet mobil di taman memorial, Yonghwa harus memarkirkan mobilnya sendiri.

Yonghwa memarkir mobil dengan sempurna di tempatnya, dan melangkah keluar dari mobil sebelum berjalan menghampiri Shinhye yang sudah menunggunya. “Jangan pernah pergi keluar tanpa meminta izin padaku. Apa kamu mengerti?” Kata Yonghwa begitu dia bertemu dengan Shinhye.

***

Shinhye menatap Yonghwa, lebih seperti memandangi Yonghwa, dan dia tersenyum sendiri. Memang, dia tahu kalau Yonghwa sebenarnya bukan pria yang tidak baik. Yonghwa hanya berpura-pura menjadi pangeran yang dingin karena ia harus melakukannya. Shinhye tidak tahu kenapa Yonghwa harus melakukan hal itu, tapi dia akan mencoba untuk memahami suaminya. Mereka memutuskan untuk makan siang terlebih dulu karena mereka berdua lapar. Jadi, mereka pergi ke Rhodes Memorial Restaurant and Tea Garden untuk membeli makanan.

Shinhye tersenyum pada para pengunjung yang benar-benar mengenal mereka sebagai Pangeran dan Putri dari anggota keluarga kerajaan Korea Selatan. Mereka terkejut melihat pasangan kerajaan itu ada di sana untuk makan di sebuah restoran umum. Shinhye tidak tahu kalau pernikahan mereka juga akan diberitakan oleh media di sini, di Afrika Selatan. Para pengunjung tersenyum dan melambaikan tangan mereka pada Shinhye dan Yonghwa, dan Shinhye tidak bisa mengabaikannya jadi dia juga melakukan hal yang sama sebagai bentuk penghormatan.

Yonghwa juga tersenyum pada para pengunjung, tapi bagaimanapun juga sosok pangeran yang dingin masih ada di dalam dirinya. “Apa yang ingin kamu makan?” Tiba-tiba Yonghwa bertanya sambil membalik buku menu yang hanya memiliki dua halaman.

“Baiklah, saya lihat dulu. Saya rasa saya akan memesan salad nicoise dan schnitzel ayam.”

Yonghwa menyenandungkan sebuah lagu sambil melihat-lihat menu. “Saya ingin memesan caesar salad dan sirloin steik. Dan juga, anggur merah yang terbaik yang Anda punya di gudang.” Yonghwa memesan dengan tenang sambil masih melihat-lihat menu.

Pria muda itu dengan penuh ketakutan menganggukkan kepalanya. “Ya, Yang Mulia.” Pelayan itu tidak berani mengatakan apa-apa lagi pada Yonghwa dan dengan cepat menulis pesanan sang pangeran pada sebuah notes kecil.

Shinhye tersenyum pada pelayan itu. “Terima kasih.” Kata Shinhye pada pria muda itu saat Yonghwa tidak atau mungkin lupa mengucapkan terima kasih pada pelayan itu. Shinhye lega karena pelayan itu berbalik dan tersenyum padanya.

Tapi tentu saja, Yonghwa sudah salah memahami arti di balik senyum Shinhye. “Tidak seharusnya kamu tersenyum padanya. Orang akan berpikir kalau kamu sedang menggoda pria lain di depan suamimu.” Yonghwa berkata dingin.

“Apa maksudnya?”

“Maksudnya tolong hormatilah suamimu.”

“Apa yang membuat Anda berpikir saya tidak menghormati Anda? Saya menghormati Anda, Yang Mulia.”

Yonghwa menggelengkan kepalanya. “Tidak, kamu tidak menghormatiku. Kamu tersenyum pada pelayan itu.” Dia menjawab Shinhye sambil memalingkan muka. Yonghwa berpura-pura tersenyum pada penonton yang kini ada di sekeliling luar restoran agar bisa memandang lebih jelas pasangan kerajaan itu.

Shinhye merasa telinganya terbakar api. “Itu disebut adab umum, Pangeran. Saya yakin Anda banyak diajarkan soal itu saat Anda masih kecil.” Dia mencoba untuk tidak terlihat menentang Yonghwa karena mereka ada di depan umum. Dia tidak ingin berita utama besok mengenai pertengkaran mereka di depan umum.

“Apa, Nona Park?”

“Saya tidak punya maksud apa-apa. Saya hanya mengatakan kalau kita harus memiliki adab umum, terlepas kita dari menjadi keluarga kerajaan atau bukan.”

“Apa kamu mengatakan kalau aku tidak memiliki sopan santun?”

“Itu tergantung pada bagaimana Anda melihat diri Anda, Yang Mulia.”

Shinhye dengan sengaja menatap Yonghwa dan melihat ekspresinya berubah dari tenang menjadi bingung dan sekarang kesal. Kemungkinan Yonghwa tidak ingat, Shinhye sebenarnya bukan tipe orang yang hanya duduk dan mendengarkan omongan orang lain. Dia akan keras saat dia harus bersikap seperti itu, dan itulah sebabnya dia dipilih sebagai direktur utama baru perusahaan konsultan minyak dan gas miliknya. Orang-orang menyukai Shinhye karena dia mudah bergaul tapi juga sangat keras.

Saat makanan mereka tiba, mereka makan dalam keheningan dan hanya berbicara agar tidak terlihat lebih canggung. Ditambah, masih ada orang-orang di luar sekitar restoran yang hanya ingin melihat pasangan kerajaan baru itu, jadi melayani penggemar adalah sebuah keharusan. Shinhye dengan tulus melambaikan tangannya dan tersenyum pada semua orang, tapi jauh di dalam hati dia menginginkan liburan bulan madu ini hanya mengenai mereka berdua saja. Dia ingin pergi jalan-jalan tanpa harus melayani orang-orang di sekitar mereka. Dia hanya ingin menjadi Park Shinhye.

“Saya akan mengunjungi akuarium nanti. Apa Anda mau bergabung dengan saya?” Tanya Shinhye tiba-tiba saat keadaan terlalu hening di antara mereka.

 

Yonghwa mengerutkan kening pada Shinhye. “Tidak, kita akan kembali ke hotel.” Yonghwa menggelengkan kepalanya pada Shinhye dan melihat sepintas pada pelayan untuk membawakannya tagihan. Dia siap untuk pergi dan kembali ke tempat tidur sekarang.

 

“Sepanjang hari? Tidak, saya tidak mau melakukannya.”

“Nona Park, kita di sini bukan untuk bersenang-senang.”

 

Shinhye memalingkan wajahnya dan mendesah pelan. “Tentu saja. Kita seharusnya menikmati liburan bulan madu kita.” Dia berkata sambil mengigit giginya sementara wajahnya memerah sendiri.

 

“Nah, kalau begitu, aku rasa bulan madu dalam arti yang sebenarnya harus dilakukan di dalam kamar dan tidak di luar. Bukankah aku benar?” Yonghwa menyeringai. Hanya untuk mengantisipasi kalau Shinhye tidak tahu, Yonghwa sebenarnya mendengar apa yang Shinhye katakan padanya tadi.

 

***

 

Setelah makan siang, mereka pergi melihat-lihat di Rhodes Memorial karena mereka sudah ada di sana. Namun, Shinhye terus bersikeras pergi ke Two Oceans Aquarium tapi Yonghwa tidak mau. Yonghwa hanya ingin mereka berdua kembali ke hotel dan beristirahat saja di dalam kamar. Kalau Shinhye benar-benar ingin pergi keluar, dia bisa menghabiskan waktunya di spa atau mungkin pergi berenang di kolam renang pribadi saja. Yonghwa sudah cukup melihat-lihat jadi dia hanya ingin beristirahat.

 

“Tidak, saya tidak mau melakukannya. Baiklah kalau begitu, saya akan pergi sendiri.”

“Sendiri?” Yonghwa terkejut.

Shinhye mengangguk. “Ya, Yang Mulia. Anda bisa kembali ke hotel kalau Anda menginginkannya. Saya janji pada Anda kalau saya akan kembali sebelum jam 10.00 oke?” Kata Shinhye sambil tersenyum dan meninggalkan Rhodes Memorial sambil memegang tas selempangnya.

Yonghwa mendengus merasa kalah saat Shinhye terus berjalan menjauh darinya begitu mereka berjalan keluar dari Rhodes Memorial. Dia berdiri di samping BMW-nya sambil melihat Shinhye berjalan menuju tempat pemberhentian taksi. Dia menghela napas selama mungkin dan berlari menuju ke arah Shinhye saat dia melihat istrinya hendak berjalan masuk ke dalam taksi. Dia dengan cepat menutup pintu taksi dan menatap Shinhye yang kebingungan.

 

“Apa yang Anda lakukan, Yang Mulia?” Shinhye bertanya pada Yonghwa sementara sebenarnya dia tersenyum pada dirinya sendiri.

 

Yonghwa menyipitkan mata pada Shinhye dan memutar matanya merasa kalah. “Aku akan mengantarmu ke akuarium.” Yonghwa menjawab dan berbalik untuk melihat sopir taksi itu. Dia meminta maaf pada pria tua itu dan dengan cepat meraih tangan Shinhye.

“Saya bisa berjalan sendiri, Yang Mulia. Anda tidak perlu menarik saya.”

“Benar.” Yonghwa segera melepaskan tangan Shinhye.

Mereka menuju ke BMW Yonghwa, dan Shinhye segera melangkah masuk ke mobil tanpa berkata apa-apa. Yonghwa mulai menyalakan mesin dan melajukan mobilnya ke Two Oceans Aquarium yang lokasinya hanya lima belas menit dari Rhodes Memorial. Saat mengemudikan mobilnya, Yonghwa mengambil ponsel dari saku belakangnya dan mulai mengirim pesan pada asisten pribadinya di Seoul. Dia menginginkan liburan yang bersifat pribadi tapi sebaliknya Shinhye malah menginginkan liburan yang normal.

 

Yonghwa tidak punya pilihan lain selain meminta pengawalan. Tidak memungkinkan bagi mereka mengunjungi akuarium tanpa ada yang mengawal mereka. Apalagi setelah mereka dikenali di Rhodes Memorial saat mereka sedang makan siang tadi. Yonghwa tahu kalau di akuarium mungkin bahkan lebih buruk karena itu adalah tempat umum dan banyak pengunjung juga akan berada di sana. Setelah mengirim pesan pada asisten pribadinya, Yonghwa menyimpan kembali ponselnya ke dalam sakunya.

 

“Anda tidak seharusnya mengirim pesat saat mengemudi, Yang Mulia.” Kata Shinhye tiba-tiba dengan nada khawatir.

 

Yonghwa mengangkat alisnya. “Aku ini profesional.” Dia menjawab dengan bangga.

 

“Yah, mungkin, tapi itu tidak berarti Anda boleh melakukan hal itu. Itu berbahaya dan kita sedang berada di negara orang.”

 

“Kamu benar-benar suka berbicara, iya kan?”

 

Shinhye tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Saya ingin berkomunikasi dengan orang-orang terutama dengan suami yang baru saya nikahi. Saya rasa kita seharusnya lebih mengenal satu sama lain dalam liburan bulan madu ini.” Shinhye masih tetap tersenyum bahkan saat dia melihat ke luar jendela.

 

“Kata siapa?”

 

“Raja dan Ratu.”

 

Yonghwa terkejut mendengar jawaban istrinya. Shinhye memang serius dengan pernikahan ini sejak hari pertama Shinhye memutuskan untuk menikah dengannya, namun dia masih belum yakin kalau akan memperlakukan Shinye seperti orang asing, teman atau istri. Yonghwa tidak menanggapi Shinhye dan berpura-pura seperti dia tidak mendengar jawaban istrinya tadi. Saat mereka tiba di Two Oceans Aquarium, para pengawal sudah menunggu kedatangan mereka. Mereka segera dikawal masuk ke akuarium setelah membeli tiket mereka.

 

“Bolehkah saya menanyakan sesuatu, Yang Mulia?”

 

Yonghwa terlalu asyik menikmati pertunjukan penguin saat Shinhye tiba-tiba memberinya sebuah pertanyaan. Dia menoleh pada Shinhye dan mengangguk. “Menanyakan apa?” Yonghwa berbalik memberi pertanyaan dan tidak lagi tertarik menonton pertunjukan.

 

Shinhye mendesah pelan dan masih fokus pada pertunjukan penguin. “Anda berada di mana pada malam pernikahan kita? Katakan pada saya yang sebenarnya.” Dia bertanya pada Yonghwa dengan tenang, dan perlahan-lahan menoleh, menatap polos pada Yonghwa.

.

~~~ BERSAMBUNG ~~~

.

Catatan Admin :

TRF part 6 hadir. Semoga part ini bisa mengobati kerinduan yang menantikan kelanjutannya. Maaf masih banyak pekerjaan dan acara jadi tidak bisa dengan cepat menerjemahkan (ini juga sudah masuk draft saat puasa dan tinggal melanjutkan), dan juga maaf kalau banyak kekurangan atau feel-nya tidak terasa *bow*

Terima kasih untuk yongshin101 yang sudah mengijinkan saya menerjemahkan FF ini, saya tetap berusaha di jalur cerita tanpa merubah isinya

Selamat membaca dan jangan lupa berikan komentar baik mengenai isi cerita, hasil terjemahan, kritik, saran, dll. Terima kasih 🙏🙏🙏

PS. Update postingan FF di web bisa dilihat di facebook HS Corner Shop atau di twitter Lovetheangels1

108 thoughts on “[FF Terjemahan] The Royal Family (Part 6)

  1. Menemui kekasihnya *bantu menjawab 😆
    Soalnya sisuami pasti bingung mau jujur ato tdk

    Like

Leave a comment