Posted in cikbella, fanfiksi terjemahan, sequel, series

[FF Terjemahan] Reach For The Rainbow (Part 5)


Reach For The Rainbow

Part 5

Penulis : Cikbella

Karakter :

Jung Yonghwa

Park Shinhye

Jung Eunmi

CNBLUE

.

Cerita asli : Reach For The Rainbow

.

Diterjemahkan oleh Riefa

.

—oOo—

.

Catatan :

Kata yang tercetak miring dalam bahasa Korea dan Inggris yang memang sengaja tidak diterjemahkan.

Setiap pergantian chapter di AFF ditandai dengan judul di tengah yang ditulis tebal

.

—oOo—

.

Ini adalah kisah tentang seorang duda yang memiliki seorang putri, mantan istrinya telah mengkhianati dia dan saat dia tahu, dia menceraikan istrinya. Dia sama sekali tidak percaya pada wanita. Dia mengambil keputusan untuk menikahi seorang gadis miskin tapi berpendidikan dari sebuah panti asuhan, karena ibunya mendesak dia untuk menikah. Gadis itu mengalami kehidupan yang sulit dengan dia.

.

—oOo—

.

Keluar Rumah Sakit – Chapter 14

.

“Shin.” Woobin berjalan masuk ke dalam ruangan dengan senyum cerah.

Shinhye mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar.

Oppa.” Seru Shinhye. Woobin berjalan ke arahnya dan duduk di sampingnya.

“Apa kamu sendirian?”

Ani. Aku dengan omma. Omma pulang ke rumah beberapa waktu yang lalu untuk berganti pakaian.”

Woobin mengangguk. “Bagaimana Eunmi?”

“Dia bisa pulang besok.” Jawab Shinhye dengan suka hati.

Chinca?”

Deh.”

Woobin melihat ke sekeliling  ruangan. “Di mana Yonghwa?”

“Dia ada di kantor, Oppa.”

Woobin mengerutkan keningnya. “Minhyuk bilang dia tidak ada saat aku pergi ke kantornya tadi. Aku datang ke sini, kupikir aku akan bertemu dengannya.”

“Benarkah? Mungkin ada sesuatu yang harus dia lakukan, Oppa.” Shinhye menjawab dengan tenang.

“Shin ya.” Nada suara Woobin pelan dan penuh perhatian. Shinhye menoleh pada Woobin. Dia tersenyum.

Deh, Oppa.”

“Apa kalian berdua bertengkar?”

Shinhye merasa seperti ingin tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Woobin itu. Mereka bahkan tidak berbicara satu sama lain, bagaimana bisa mereka bertengkar?

Ani, Oppa. Kenapa Oppa menanyakan itu?”

“Karena kamu tidak tahu ke mana dia pergi.”

Oppa. Yonghwa oppa pasti lupa memberi tahu aku ke mana dia akan pergi. Dia nanti akan ke sini. Dia yang menemani Eunmi di malam hari.” Shinhye berbohong, sebuah kebohongan yang sempurna yang tidak bisa Woobin ketahui.

“Rasanya melegakan kalau kalian tidak bertengkar. Aku hanya tidak ingin kamu menderita, Shin.”

“Aku tidak akan menderita, Oppa. Yonghwa oppa adalah pria yang baik. Mertuaku sangat mencintaiku dan aku juga punya Eunmi. Aku bahagia.” Jawab Shinhye sambil berjalan menghampiri Eunmi yang sudah bangun. Dia membawa Eunmi ke dalam dekapannya dan berjalan ke arah Woobin.

“Mereka sudah melepas infus?”

Deh. Mereka akan memberi antibiotik lewat suntikan besok.”

“Eunmi, annyeong. Aku, Woobin oppa.” Kata Woobin sambil tertawa kecil.

“Aish oppa. Ini samchon untukmu, Eunmi.” Shinhye juga tersenyum dengan lelucon Woobin.

“Dia masih mengantuk, Shin.” Kata Woobin saat Eunmi bersandar ke dada Shinhye.

Ani, Oppa. Dia sudah cukup tidur. Dia hanya suka merapat padaku.” Shinhye tertawa dan menepuk punggung gadis kecil itu.

Woobin mengangguk dan menyandarkan punggungnya di sofa.

Wae, Oppa? Lelah?”

Deh. Appa meninggalkan banyak pekerjaan untukku. Aku pikir kalau aku hanya akan mengurus perusahaan tetapi tampaknya aku juga harus menyelesaikan beberapa proyek.”

“Aish Oppa, jangan terlalu pilih-pilih.” Kata Shinhye sambil tersenyum.

Yonghwa berjalan masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah kantong plastik. Dia melihat Shinhye dan Woobin yang sedang duduk di sofa. Shinhye yang sedang tersenyum, menatapnya dengan gugup.

Yonghwa tersenyum pada Woobin dan Shinhye.

Hyung.” Kata Yonghwa dan berjalan menghampiri mereka. Dia membelai pipi Eunmi dan menciumnya.

Jantung Shinhye berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia tidak pernah sedekat ini dengan Yonghwa.

Yonghwa mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Shinhye sebelum dia duduk di sofa berseberangan dengan mereka.

“Aku sudah membeli makan malam untukmu.” Kata Yonghwa sebelum mengalihkan pandangannya pada Woobin. “Kapan Hyung datang?”

“Baru saja. Aku pikir, aku bisa bertemu kamu di sini.”

Wae? Apa ada yang salah dengan bangunannya?”

Ani. Aku hanya ingin mendiskusikan mengenai lantai pertama. Minhyuk  bilang kalau kamu ingin membuat perubahan.”

Yonghwa mengerutkan keningnya sebelum mengangguk. “Ah iya. Aku akan menemui Hyung di kantor Hyung besok. Itu hanya sedikit perubahannya.”

“Oke. Aku pikir itu hal yang besar. Jadi, aku akan pergi sekarang.” Woobin tertawa. “Shin, aku akan pergi sekarang. Masih harus mengecek kafe.”

Shinhye tersenyum dan mengangguk dengan enggan. Dia benar-benar berharap Woobin akan lebih lama berada di sana. Dia tidak ingin berada di ruangan yang sama dengan Yonghwa. Dia takut padanya. Yonghwa sangat cepat berubah sikapnya.

“Menyetirnya hati-hati, Oppa.” Kata Shinhye dengan senyum kecil.

Woobin mengangguk dan membelai rambut Eunmi. “Jaga diri, Shin. Annyeong.”

Yonghwa berjalan bersama Woobin ke pintu. Dia lalu menghampiri Shinhye dan duduk di dekatnya.

“Berikan Eunmi padaku. Makanlah makan malammu.” Kata Yonghwa dengan nada suara tenang. Nada suara Yonghwa yang benar-benar langka. Dia melepas mantelnya dan meletakkannya di sofa.

Kenchana, Oppa. Aku akan menunggu omma.”

Omma akan terlambat. Makan saja.” Kata Yonghwa, dan dia mengambil Eunmi dari dekapan Shinhye. Yonghwa berbaring di tempat tidur tambahan. Dia menempatkan Eunmi di atas perutnya dan bermain dengannya. Makhluk kecil itu cekikikan saat Yonghwa pura-pura menggelitikinya.

Shinhye tersenyum dan mengambil kantong plastik itu. Dia masih harus makan, bahkan bila Yonghwa yang membelikannya makanan. Dia mengabaikan mereka untuk sementara dan memberi makan perut kosongnya.

Yonghwa melirik Shinhye yang sedang makan dengan bahagia. Dia mengalihkan pandangannya pada Eunmi dan tersenyum.

***

“Tidurlah di kamar ini, sayang. Appa-mu lupa membeli sebuah ranjang bayi baru, haruskah kita pergi dan membelinya nanti?”

Kenchana, Omma. Eunmi bisa tidur bersama saya, di tempat tidur.”

Chinca?”

Shinhye tersenyum.

“Oke. Apa kamu ingin menyegarkan diri dulu?”

Shinhye mengangguk.

“Oke. Kalau begitu aku akan meninggalkanmu sendirian. Nikmati waktumu neh.”

Deh, Omma. Terima kasih.”

Nyonya Jung menepuk bahu Shinhye dan berjalan keluar.

Shinhye membuka tasnya dan mengeluarkan pakaian. Dia juga membawa handuk dan peralatan mandi bersamanya saat pergi ke kamar mandi.

“Karena oppa bersama Eunmi sekarang, aku bisa menghabiskan waktu untuk memanjakan diriku sendiri.”

Dia tersenyum dan mengisi bak mandi dengan air hangat. Dia menenggelamkan tubuhnya di dalam air dan menutup matanya. Dia lelah, sangat lelah. Dia tidak mendapat istirahat yang cukup sejak Eunmi dirawat di rumah sakit. Kehangatan air memberinya rasa tenang. Dia bisa bernapas dengan tenang sekarang karena Eunmi sudah pulih.

Dia menghabiskan waktu hampir 30 menit di dalam bak mandi, karena dia tertidur. Untungnya ada seseorang yang mengetuk pintu yang membuatnya bangun.

Dengan kikuk Shinhye melingkarkan handuk di sekeliling tubuhnya dan berjalan untuk membuka pintu kamar mandi.

Deh, Omma.” Dia berjalan keluar dengan air yang masih menetes dari rambut dan tubuhnya, berpikir kalau yang mengetuk pintu adalah Nyonya Jung.

Shinhye terkejut, benar-benar terkejut saat orang yang berdiri di depan pintu adalah Yonghwa, yang menatapnya dari kepala sampai kaki. Dia mengeratkan pegangan handuk di depan dadanya, mencegah agar tidak jatuh ke bawah.

“Apa kamu tidur di sana? Aku mengetuk berkali-kali.” Kata Yonghwa dengan ekspresi acuh tak acuh. Wajah Shinhye perlahan menjadi merah.

“Kenapa Oppa memanggilku?”

Omma memintamu untuk turun.”

“Aku akan turun sebentar lagi.”

Yonghwa menjawab dengan hum sebelum sekali lagi melihat wajah Shinhye. “Berpakaianlah dulu sebelum kamu pergi ke bawah.” Dia terkekeh dan berbalik sebelum berjalan keluar dari kamar.

Shinhye lebih tersipu. Dia berjalan dengan cepat ke kamar mandi dan mengeringkan diri lalu berpakaian.

Dia menyisir rambut panjangnya dan menempatkan jepitan di atasnya. Dia cekikikan saat melihat bayangan dirinya di cermin. Jepit rambut itu membuatnya terlihat seperti seorang anak sekolah. Dia melepas jepit itu dari rambutnya dan berjalan turun ke lantai bawah.

Dia mengintip ke ruang tamu saat berjalan menuruni tangga. Yonghwa tidak ada di sana. Dia mengintip ke luar untuk mengecek mobil Yonghwa, dan dia mengerutkan kening saat mobilnya masih di luar.

Dia perlahan berjalan ke dapur. “Maaf, Omma. Saya menghabiskan waktu lama.”

“Oh, Shinhye. Ayo makan.”

Dia melihat sekeliling mencari Yonghwa tapi suaminya tidak ada di sana. Eunmi juga bermain di kursinya sendirian. “Omma, di mana oppa?”

“Ah, dia pergi ke kantor. Dia bilang kalau dia harus bertemu Woobin untuk proyek-proyek gedung yang baru.”

“Tapi saya melihat mobilnya di luar.”

“Itu belum akan dimulai, jadi dia pergi ke sana dengan appa.”

Shinhye mengangguk dan tersenyum.”Apa Omma memasak semua ini?”

Deh. Aku membuat semua ini khusus untukmu. Ini semua makanan sehat. Kamu harus makan yang banyak jadi kamu bisa mendapatkan energimu lagi.” Nyonya Jung bergabung dengan Shinhye di meja makan.

“Eunmi sudah makan?” Tanya Shinhye sambil melihat ke arah Eunmi. Eunmi tertawa saat suara lucu terdengar dari piano mainannya.

“Dia makan beberapa waktu lalu.”

Shinhye tersenyum dan berterima kasih pada Nyonya Jung sekali lagi.

“Makanlah, sayang. Aku ingin pipimu menjadi gemuk seperti dulu. Aku tidak suka kalau tulang pipimu terlalu jelas.” Nyonya Jung merengek padanya. Shinhye tersenyum. Nyonya Jung benar-benar perhatian padanya. Dia adalah seorang ibu mertua yang hebat dan Shinhye benar-benar mencintainya.

Deh, Omma. Saya akan melakukan seperti yang Omma inginkan.”

“Jangan berpikir apa pun soal Yonghwa dan rumahmu. Tinggallah di sini selama satu atau dua minggu. Biarkan tubuh dan pikiranmu beristirahat neh.”

Shinhye mengangguk sambil makan.

Nyonya Jung serius saat mengatakan hal itu. Ini berarti kalau dia sudah kehilangan kesabaran untuk menghadapi hati Yonghwa yang dingin. Ini sudah tiga bulan sejak mereka menikah tapi Yonghwa masih menunjukkan sisi buruknya pada Shinhye. Shinhye menjadi lebih kurus dan senyum cerianya hilang sekaligus. Dia perlu sedikit keras pada putranya, jadi Yonghwa akan menyadari kesalahannya.

***

Shinhye menepuk punggung Eunmi dan menyenandungkan lagu ninabobo untuknya agar tidur. Butuh waktu lebih lama untuk Eunmi tidur malam ini. Mata Shinhye sangat mengantuk. Dia melirik pada jam dinding. Hampir pukul 11:30 malam.

“Eunmi ya. Kenapa kamu tidak mau tidur? Tidur neh, sayang, omma lelah.”

Eunmi merespon dengan cekikikan. Shinhye tersenyum.

Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka perlahan dari luar. Yonghwa masuk dengan penampilan yang lelah. Shinhye menatapnya tanpa berkedip. Yonghwa mengambil handuk setelah melepas pakaiannya. Dia berjalan masuk ke kamar mandi dan berjalan keluar beberapa menit kemudian. Dia membuka lemari lalu mengambil bantal dan selimut sebelum berjalan ke sofa dan berbaring di sana.

Mulut Shinhye membentuk ‘O’ saat mendengar suara dengkuran halus Yonghwa.

“Dia tertidur semudah itu?”

Shinhye menatap Yonghwa cukup lama sebelum mengalihkan pandangannya pada Eunmi. Eunmi berhenti tersenyum dan cekikikan; mungkin dia lelah sekarang.

“Hmm, tidak bisakah dia menyapaku saat dia masuk, Eunmi?” Shinhye mendesah dan menarik selimut.

***

“Minhyuk ssi. Apa yang Anda lakukan di sini?” Shinhye berjalan menuruni tangga dengan Eunmi di gendongannya.

“Tidak bolehkah aku datang ke sini? Aku mengenal eomonim cukup lama jadi aku bisa datang dan bermain di sini.”

“Maaf, bukan begitu maksud saya.”

Kenchana. Aku bercanda. Jadi, bagaimana keadaan Eunmi?”

“Dia baik-baik saja, Minhyuk ssi. Tapi tetap, dia minum obat dan antibiotiknya.”

Minhyuk mengangguk beberapa kali. “Di mana eomonim?”

Shinhye tersenyum dan meletakkan Eunmi di kursinya sebelum menjawab. “Omma pergi ke pasar. Apa Anda ingin minum sesuatu, Minhyuk ssi?”

“Emm, aku sangat rindu kopimu. Bisakah kamu membuatnya untukku?”

Shinhye mengangguk dan berjalan ke dapur. Dia kembali dengan secangkir kopi di tangannya.

Minhyuk tidak mengatakan apa pun, begitu juga Shinhye. Minhyuk menikmati kopinya dengan tenang.

“Aku akan pulang dulu, Shinhye. Jaga dirimu.”

Shinhye memaksakan senyum sebelum Minhyuk pergi keluar.

“Apa yang dia inginkan darimu?” Tanya Yonghwa tiba-tiba.

Shinhye terkejut. Dia baru saja akan berjalan ke ruang baca bersama Eunmi saat mendengar Yonghwa berbicara.

“Dia tidak mengatakan alasannya.” Shinhye menundukkan kepalanya dan menjawab pertanyaan Yonghwa.

“Jangan terlalu banyak bicara dengannya.” Kata Yonghwa dengan suara keras dan berjalan ke lantai atas.

“Sialan Minhyuk.” Yonghwa mengumpati Minhyuk saat dia mengambil tasnya. Dia lalu berjalan ke lantai bawah. “Aku akan pulang. Ingat, jangan terlalu banyak bicara dengannya.”

.

—oOo—

.

Melunak? (Chapter 15)

.

“Apa yang akan Hyung lakukan?”

“Apa maksudmu, Hyuk?”

“Aku melihat dia dengan Hyung tadi. Apa dia berencana untuk kembali pada Hyung?”

Yonghwa berhenti memeriksa surelnya dan mengunci pandangannya pada Minhyuk. “Kamu melihatku dengan dia? Kenapa kamu tidak datang menghampiri kami?”

Minhyuk tersenyum. “Apa yang bisa aku lakukan jika aku menghampiri kalian waktu itu?”

Yonghwa mendesah.

“Apa yang terjadi, Hyung?”

“Dia ingin bertemu Eunmi. Aku tidak tahu bagaimana dia tahu kalau Eunmi sakit.”

“Lalu?”

“Aku bilang dia tidak bisa bertemu Eunmi.”

“Kenapa, Hyung?”

“Hyuk, apa yang maksudmu dengan kenapa? Bagaimana aku bisa membiarkan dia bertemu Eunmi? Dia meninggalkannya, Hyuk.”

Hyung, Yoomi ssi hanya ingin bertemu dengannya.”

“Aku tahu, tapi aku tidak akan membiarkan dia menemui Eunmi. Bagaimana kalau dia mengambil Eunmi dariku?”

Hyung, Hyung memiliki Shinhye, kan? Kenapa Hyung khawatir? Yoomi ssi tidak menikah, dia tidak bisa mengambil Eunmi dari Hyung.”

Yonghwa menatap langit-langit kamarnya. Ini sudah 4 hari sejak Shinhye dan Eunmi tinggal di rumah orang tuanya. Minhyuk terus mendesaknya untuk menceritakan tentang Yoomi pada Shinhye. Dia mendesah.

“Pria ini benar-benar membuatku gelisah. Apa dia benar-benar sahabatku?”

Dia menyilangkan lengan di atas keningnya dan mengedip beberapa kali. Dia lalu tiba-tiba bangun dan duduk di tempat tidurnya. Dia ingat percakapannya dengan Minhyuk kemarin.

“Aku sudah melupakan Yoomi, aku sudah melupakannya. Tidak ada lagi ruang untuknya di hatiku.” Dia berteriak pada Minhyuk.

Minhyuk terkekeh. “Tenang, Hyung. Kenapa Hyung begitu emosional kalau Hyung sudah melupakan dia?”

Yonghwa mengepalkan tangannya. Dia tidak bisa menjawab karena dia tidak punya jawabannya.

Minhyuk duduk di sana dengan tenang. Dia menatap Yonghwa dan tersenyum. “Hyung, hadapilah kenyataan. Hyung bersikap keterlaluan pada Shinhye jadi dia tidak akan mengambil posisi Yoomi ssi di hati Hyung, kan? Hyung bersikap keterlaluan pada seorang gadis rapuh dan polos jadi kebaikannya tidak akan menghapus cinta Hyung pada Yoomi ssi.”

“Apa-apaan, Hyuk? Kenapa aku harus melakukannya? Setelah semua hal yang dia lakukan?” Yonghwa dipenuhi dengan kemarahan. Minhyuk berbicara omong kosong.

Hyung tidak begitu? Hyung, buka mata Hyung. Cobalah untuk melihat apa yang ada di dalam hati Hyung. Jangan menyiksa diri Hyung lagi. Kalau begitu kenapa Hyung tidak mau memberi tahu dia jika Hyung telah menikah?” Minhyuk berkata dengan tenang.

Yonghwa mengerutkan keningnya. “Apa maksudmu?”

Hyung tahu apa yang aku maksud, kan?”

“Hyuk, berhenti membuatku bingung. Kamu sama sekali tidak membantu.”

Minhyuk terkekeh dan menuju ke pintu. Dia ingin keluar dari ruangan Yonghwa. Meninggalkan Yonghwa sendirian agar dia mengatasi kebingungannya sendiri.

“Ke mana kamu akan pergi?”

“Aku pergi untuk menemui dongsaeng-ku.”

“Hah?”

“Aku akan menemui Shinhye, Hyung. Biarkan aku menjaganya jika Hyung tidak mau.”

Minhyuk berjalan keluar dengan tenang setelah itu.

Dering telepon Yonghwa membuatnya tersadar dari pemikirannya yang panjang. Dia melihat nama penelepon.

“Apa yang dia inginkan lagi?”

Dia melempar jauh ponselnya dan berjalan ke lemari. Dia memakai kaos dan celana jin sebelum berjalan keluar dari kamarnya, meninggalkan telepon genggamnya di atas tempat tidur.

***

Oppa, apa Oppa ingin minum?” Shinhye bertanya dengan sopan. Meskipun Yonghwa berhenti berteriak dan berbicara keras padanya, ekspresi Yonghwa masih membuatnya takut.

Yonghwa melihat jus di atas nampan sebelum menggelengkan kepalanya. “Di mana Omma?”

Omma pergi ke pertemuan dengan anggota klubnya.”

Yonghwa mengangguk. “Eunmi?”

“Dia dengan Minhyuk ssi, di taman luar.”

“Minhyuk?”

Shinhye mengangguk.

“Jadi, minuman ini untuknya.” Yonghwa berkata pada dirinya sendiri.

“Ayo kita keluar.” Kata Yonghwa dan berjalan di depan.

“Hyuk.” Yonghwa memanggil sambil tersenyum, pura-pura.

“Oh, Hyung. Hyung datang.”

Yonghwa berjalan ke arah Minhyuk yang menggendong Eunmi. Saat Eunmi melihat Yonghwa, dia segera mengulurkan tangan padanya. Yonghwa menggendong Eunmi di lengannya dan menciumi wajahnya.

“Dia merindukan Hyung. Aku dengar kalau dia tidak punya kesempatan bertemu Hyung sejak tiga hari terakhir.”

Shinhye menunduk saat Yonghwa melihat dia.

“Bisakah kamu meninggalkan kami sendirian, Shinhye?”

Deh.” Shinhye mengambil Eunmi dari gendongan Yonghwa dan berjalan masuk ke dalam.

“Apa urusanmu, Hyuk?” Yonghwa bertanya saat Shinhye sudah di dalam.

Hyung belum mengatakan pada Shinhye soal Yoomi ssi, kan?”

“Tidak perlu, Hyuk. Aku sudah bilang, kan?”

“Hyung, jika Hyung merahasiakan dari dia, aku takut dia akan tahu dari orang lain. Aku takut kalau Hyung akan kehilangan seorang ibu yang sangat baik untuk Eunmi.”

“Dan kenapa aku harus melakukannya?”

Hyung, aku tahu Yoomi ingin kembali pada Hyung.”

Yonghwa menatap Minhyuk tak percaya.

“Dia meneleponku. Dia menelepon untuk memintaku agar mengatakan pada Hyung kalau dia menyesal, karena dia telah memilih orang yang salah.” Minhyuk tersenyum. “Kenapa Hyung terlihat terkejut?”

“Kenapa tidak kamu katakan padaku?”

“Aku ingin memberi Hyung waktu untuk membicarakan semuanya pada Shinhye, tetapi Hyung tidak mau. Aku yakin Hyung ingin kembali padanya.”

Ani, Hyuk. Aku sudah bilang aku tidak akan kembali padanya.”

“Bicaralah dengan Shinhye, Hyung. Katakan padanya untuk menjaga pernikahan ini. Hyung tahu kalau aku menyayangi Hyung. Aku tidak ingin melihat Hyung terluka lagi. Aku tidak percaya dengan Yoomi ssi. Dia itu palsu.”

Yonghwa menundukkan kepalanya. Semua yang Minhyuk katakan benar. Yoomi adalah masa lalunya. “Aku akan memikirkan soal ini.”

“Aku tahu Hyung akan mengambil keputusan yang bagus. Aku akan pulang dulu.” Minhyuk menepuk bahu Yonghwa dan berjalan ke mobilnya.

Yonghwa berjalan masuk setelah Minhyuk pergi. Dia mencari Shinhye di ruang tamu dan dapur tapi tidak ada. Dia lalu berjalan ke lantai atas ke kamar Shinhye, juga tidak ada.

“Di mana dia?” Gumam  Yonghwa dan berjalan ke lantai bawah lagi. Dia lalu mendengar suara manis nyanyian di dalam ruang baca. Dia mengintip dan melihat Shinhye duduk di sofa dengan Eunmi. Eunmi bersandar dengan nyaman di dada Shinhye, saat Shinhye menepuk punggungnya. Yonghwa melirik pergelangan tangannya. “Ini waktu tidur siang Eunmi.”

Dia berjalan masuk ke dalam ruang baca dan duduk berseberangan dengan Shinhye.

Oppa, apa Oppa ingin sesuatu?”

“Tidak. Tidak. Tidurkan saja dia dulu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.”

“Apa itu?”

“Nanti. Apa dia tidur di sini?”

Deh. Dia tidur di sini selama waktu tidur siang.”

“Oke. Aku akan menunggu di luar.” Yonghwa berbicara perlahan dan berjalan keluar.

Lima belas menit kemudian, Shinhye berjalan keluar dari ruang baca dan duduk di ujung sofa. Dia memainkan ujung blusnya dan menatap ke lantai.

“Shinhye.” Yonghwa mulai bicara.

Shinhye mengangkat kepalanya sedikit tapi masih tidak memiliki keberanian untuk melihat wajah Yonghwa. “Deh.”

Shinhye mendengar Yonghwa mendesah.

“Aku ingin kamu mendengarkan dengan cermat mengenai apa yang ingin aku katakan. Hal ini sangat penting.”

Shinhye menelan ludah.

“Apa itu?” Tanya Shinhye dengan hati-hati.

Omma-nya Eunmi datang kembali.”

Shinhye melebarkan matanya.”Yoomi unni?”

Yonghwa melihat Shinhye. “Kamu mengenal dia?”

Deh. Omma sering membicarakan tentang dia dan kadang-kadang dia juga datang bersama omma ke panti asuhan.”

Yonghwa mengangguk. “Kamu tahu kenapa kami bercerai, kan?”

Shinhye mengangguk.

“Dia ingin kembali padaku.”

Jantung Shinhye mulai berdetak lebih cepat tapi dia tetap masih memandangi lantai.

“Kenapa kamu tidak mengatakan sesuatu?”

“Aku tidak keberatan jika Oppa ingin kembali pada unni.”

“Apa? Aku tidak gila Shinhye. Kenapa aku akan kembali padanya? Dia mengkhianati aku.” Yonghwa menaikkan suaranya.

Shinhye tidak menjawab.

Yonghwa mendesah. “Aku minta maaf.”

Yonghwa menggerakkan jari-jari di rambutnya. “Aku tidak akan melepasmu pergi. Kamu cukup baik untuk Eunmi dan dia membutuhkanmu. Dan aku lebih memilih kamu sebagai ibunya daripada Yoomi.”

Shinhye tersenyum. Dia mengangkat kepalanya untuk menatap mata Yonghwa. “Terima kasih, Oppa. Tapi dia ibunya. Aku tidak punya hak.”

“Aku sudah memberikan kamu hak, demi Tuhan.” Yonghwa berteriak dan berdiri.

“Maaf.” Yonghwa menjadi tenang lagi sebelum duduk kembali di tempatnya.

“Shinhye, aku tahu kalau pernikahan ini bukan karena cinta, dan aku tahu kalau aku sudah banyak menyakitimu, tapi aku mohon. Jangan menyerah. Eunmi membutuhkanmu.”

Shinhye menundukkan kepalanya lagi. Air mata jatuh dari mata indahnya. Dia menangis lagi hari itu. Dan itu juga karena Yonghwa.

“Kumohon tetaplah di sisiku jika Yoomi menuntut haknya pada Eunmi. Aku tidak bisa kehilangan dia.” Suara Yonghwa menjadi lebih lembut. Dia memohon. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia memohon kepada seseorang, dan orang itu adalah Shinhye.

Shinhye menatap wajah Yonghwa. Dia terlihat menyedihkan.

Shinhye mendesah sebelum dia menganggukkan kepalanya.

.

—oOo—

.

Dia Berubah (Chapter 16)

.

“Aku sudah menikah.” Yonghwa berteriak pada Yoomi.

“Kamu, apa?”

“Kamu mendengarnya, kan. Aku sudah menikah, dan kamu mengenal dia.”

Yoomi menatap Yonghwa dengan ekspresi sedih.

“Dia, Shinhye.”

“Shinhye? Dari Panti Asuhan Lee?”

Yonghwa mengangguk. “Jadi, jangan pernah kamu datang lagi kepadaku dan berbicara soal aku mencintaimu dan semacamnya. Cintaku padamu sudah mati, Yoomi.”

“Tapi Eunmi adalah putri kita, Yong.”

Yonghwa menyeringai. “Kita? Dia adalah putriku. Kamu tidak lagi punya hubungan apa pun dengannya sejak kamu meninggalkannya.”

Yoomi memegang kursi untuk bertumpu dan menutup matanya.

“Bagaimana jika dia bukan anakmu?” Yoomi mengatakannya dengan suara tenang.

“Apa maksudmu bukan anakku? Aku sudah melakukan tes DNA.”

Yoomi melihat Yonghwa, dia terkejut. “Kamu melakukan apa? Kamu menduga kalau dia bukan anakmu?”

“Kenapa tidak? Aku bisa menghitung berapa kali kita tidur bersama selama pernikahan kita, Yoomi. Aku seharusnya sudah bisa menduga kalau itu karena kamu memiliki kekasih gelap. Hanya saja, kenapa dulu kamu setuju menikah denganku, Yoomi?” Yonghwa mengepalkan tangannya.

“Pergi saja. Jangan datang padaku lagi. Eunmi bahagia dengan Shinhye.”

“Itu karena dia belum tahu kalau Shinhye bukan ibunya, Yong.”

Yonghwa tertawa, hambar.

“Apa? Apa kamu pikir dia akan menyukaimu jika dia tahu kamu adalah ibunya? Dia tidak akan, Yoomi. Dia tidak mau dengan orang lain jika ada Shinhye.”

“Yong, kumohon. Kamu mencintaiku, dan aku tahu kamu masih mencintaiku.”

“Omong kosong apa ini. Kenapa aku harus masih mencintaimu?”

Yoomi menyeka air matanya. “Yong.”

“Pergilah yang jauh, Yoomi. Aku tidak ingin melihat air mata palsumu. Itu membuatku ingin muntah.” Kata Yonghwa untuk terakhir kali sebelum dia berjalan keluar dari ruang pertemuan.

Yoomi menyeka air matanya yang tersisa dengan kasar.

“Aku akan menemui Shinhye. Aku tahu dia akan melangkah keluar dan membiarkan aku masuk ke dalam hidupmu lagi, Yong.” Kata Yoomi sambil tersenyum.

***

Oppa.” Shinhye ragu-ragu memanggil Yonghwa. Wajah Yonghwa dipenuhi kemarahan. Dia bahkan tidak menyapa Eunmi dulu seperti biasa saat berjalan masuk ke dalam rumah.

Yonghwa hanya menatap langit-langit. Dia tidak mendengar Shinhye memanggilnya.

Shinhye memainkan jari-jarinya dan memanggil Yonghwa lagi dengan gugup. “Oppa.”

Yonghwa berpaling pada Shinhye dengan mata marahnya yang membuat Shinhye gentar.

“Maaf, aku hanya ingin bertanya apa Oppa ingin makan.” Kata Shinhye dengan kepala tertunduk, seperti biasa.

Yonghwa bangun dan mengusap wajahnya dengan telapak tangan sebelum melangkah keluar dari tempat tidur. Dia berjalan menghampiri Shinhye. “Maaf, aku sedang memikirkan sesuatu. Di mana Eunmi?”

“Dia bersama omma.”

Yonghwa mengangguk. “Apa kamu sudah makan?”

Shinye menggelengkan kepalanya.

“Ayo makan bersamaku.” Kata Yonghwa dan turun ke lantai bawah. Dia melirik ke taman dan melihat Nyonya Jung menggoda putrinya yang sedang duduk di kursi bayinya. Dia tersenyum dan terus berjalan ke meja makan.

***

Shinhye diam di meja makan. Dia bahkan merasa sulit untuk menelan sesuap nasi saat dia makan hanya bersama Yonghwa. Sepertinya ada sesuatu yang terjebak di tenggorokannya, yang membuatnya sulit untuk menelan makanannya.

Yonghwa melirik Shinhye yang bahkan tidak menyentuh sebagian besar makanannya.

“Kenapa kamu menghitung nasimu? Makanlah dengan benar.”

Shinhye mengangguk.

“Ayo kita kembali ke rumahku karena Eunmi sudah lebih baik.”

Deh.” Shinhye menjawab tanpa melihat Yonghwa.

“Shinhye.”

Deh.”

“Lihatlah aku saat aku sedang berbicara denganmu” Yonghwa mengatakannya dengan nada tegas tapi pelan.

Shinhye perlahan menatap wajah Yonghwa.

“Aku minta maaf atas semua hal yang telah aku lakukan selama 3 bulan terakhir pernikahan kita. Kamu pasti takut karena sikapku, kan? Maaf.”

Yonghwa mendesah dan menatap ke luar. Shinhye menundukkan kepalanya lagi.

“Pikiranku sedang tidak benar saat itu.”

Shinhye tidak membalas berbicara. Dia hanya menatap kosong pada makanannya lagi.

“Aku tahu kalau kamu lebih dewasa daripada aku meskipun aku jauh lebih tua darimu. Terima kasih Shinhye, aku tidak pernah punya kesempatan untuk berterima kasih sebelumnya. Kamu banyak berkorban untuk Eunmi, untuk aku.”

Yonghwa mendesah lagi dan meraih tangan Shinhye di atas meja. Dia menggenggamnya erat sampai membuat Shinhye menatapnya. Dia tersenyum.

“Meskipun aku tidak punya hak untuk meminta hal ini tapi kumohon, jangan tinggalkan aku.”

Shinhye hendak menjawab saat Nyonya Jung memanggilnya. Dia tiba-tiba menarik tangannya dari Yonghwa dan menoleh pada Nyonya Jung.

“Maaf, sayang. Aku tidak tahu kamu sedang makan.”

Kenchana. Saya sudah selesai.” Shinhye berdiri.

“Kenapa Omma?”

Ani. Aku hanya ingin mengajak Eunmi keluar untuk berjalan-jalan di taman. Kamu mau ikut?”

Shinhye tersenyum. “Tentu Omma. Saya akan membereskan meja dulu.”

“Tinggalkan saja. Yonghwa masih makan.”

Shinhye melihat Yonghwa yang menatap mereka. Dia lalu menoleh lagi pada Nyonya Jung dan memasang senyum.

“Saya akan cuci tangan dulu.”

“Aku akan menunggu di luar.” Nyonya Jung tersenyum dan melangkah keluar.

Shinhye mencuci tangannya dan berjalan melewati meja makan tanpa melirik Yonghwa. Dia tidak siap dengan perubahan Yonghwa. Dia benar-benar tidak siap.

“Tunggu.” Kata Yonghwa tiba-tiba.

Shinhye menghentikan langkahnya dan berhenti.

“Hati-hati.”

Shinhye menjawab dengan hum sebelum terburu-buru pergi.

***

“Maaf Yoomi ssi, kami tidak bisa memberi tahu Anda alamat hyung.” Kata Jonghyun untuk ke sekian kalinya. Yoomi terus mengganggunya dan Jungshin dari setengah jam yang lalu.

“Kumohon, Jonghyun ah. Aku harus tahu alamatnya.”

“Tanya saja hyung. Saya benar-benar tidak ingin dikaitkan dengan Anda. Saya bisa kehilangan hyung jika saya melakukannya.” Kata Jonghyun dengan tegas.

“Jungshin, kamu juga?”

“Anda tahu, hyung itu paling saya sayangi, kan? Saya tidak akan melakukan apa pun yang akan membuat hyung marah.”

Yoomi mendesah. “Aku benar-benar sangat membutuhkannya. Aku harus bertemu putriku. Minhyuk juga tidak mau memberikan alamatnya. Dia tidak tinggal di rumah kami lagi, kan?”

Jonghyun mengangkat bahu sementara Jungshin tidak peduli. Mereka terus makan sarapan mereka tanpa melirik wanita di depan mereka.

“Kenapa kalian? Kita ini dekat.”

“Ya, itu dulu Yoomi ssi.” Jonghyun menjawab dengan tenang, tanpa menunjukkan lesung pipitnya sama sekali.

Yoomi berdiri setelah beberapa saat dan berjalan pergi dalam kekalahan.

“Kenapa dia datang lagi, Hyung?” Jungshin bertanya pada saudaranya saat Yoomi sudah berjalan jauh dari mereka.

Molla. Aku dengar kalau pacarnya meninggalkan dia.”

Chinca? Biar tahu rasa dia.” Jungshin menyeringai sebelum melanjutkan. “Dia menyakiti hyung kita dengan sangat buruk. Aku tidak ingin mengingat peristiwa kelam itu lagi. Terlalu menakutkan.”

Jungshin memasukkan sepotong wafel ke dalam mulutnya sementara Jonghyun menyeruput kopinya.

“Makan yang cepat, Jungshin.” Kata Jonghyun sambil memberi tanda pada pelayan untuk membawa tagihan mereka.

.

.

— BERSAMBUNG —

Catatan Admin :

Reach For The Rainbow part 5 hadir. Part ini terdiri dari 3 chapter di AFF. Wah, Yoomi datang, apakah dia akan merebut Eunmi dan juga memisahkan Yonghwa dan Shinhye? Minggu ini double update ya hihihi. Mohon maaf bila banyak kekurangan atau tidak terasa feel-nya *bow*

Terima kasih untuk Cikbella yang sudah mengizinkan saya menerjemahkan FF ini, saya tetap berusaha di jalur cerita tanpa merubah isinya

Selamat membaca dan jangan lupa berikan komentar baik mengenai isi cerita, hasil terjemahan, kritik, saran, dll. Terima kasih 🙏🙏🙏

PS. Update postingan FF di web bisa dilihat di facebook HS Corner Shop atau di twitter Lovetheangels1

60 thoughts on “[FF Terjemahan] Reach For The Rainbow (Part 5)

  1. yeeey yong berubah,,,,tpi bnarkah dia tulus?apa cma g mau khilangan eunmi?
    lucu ngliat shin yg nunduk krena ktakutan.
    rasain yoomi yg d benci ma 3 blue.
    author fighting

    Like

  2. Wah mulai ads perkembangan ya…yonghwa ga mau di tinggal shinye…kerrn ff nya…thanks ya mbak udaj translate dengan baik

    Like

  3. Mulai ada perubahan ke arah yang baik…semoga shinhye tidak terluka terlalu dalam karena ada yoomi….

    Like

  4. Buah sabar emang manis,,,Yong udah mulai baik…Orang kayak Shin-hye mudah ko u dicintai hee…

    Like

  5. Ya Ampun sepertinya yoomi tdk pernah berubah dia tdk memiliki niat baik. Semoga yonghwa terus menjadi lebih baik lg dan tegas menolak yoomi. Kasihan shin hye

    Like

Leave a comment