Posted in fanfiksi indonesia, sequel, series, wangbie

[FF Indonesia] One Of A Kind (Part 16)


One Of A Kind

Part 16 – Be Ok

wp-1480830063746.jpg

 

By : Wangbie

Genre : Romance – Family

Cast :    

Jung Yonghwa

Park Shinhye

Lee Na bie

Kim Jae ha – and others

Lenght : Series

Rated : PG 21+

Editor : Riefa

 

 

**** Happy reading ****

 

 

Yonghwa menggaruk tengkuk dan berpura-pura membalas sibuk dengan ponsel super pintarnya. Bersikap polos dengan pembicaraan rekan kerjanya, yang tanpa berpikir pun sudah diketahui maksudnya. Memang, bukan untuk yang pertama kali ia berada dalam situasi seperti sekarang. Hanya saja, ini terlalu cepat untuknya. Itu saja.

Dalam lamunan bodohnya pun, belum pernah ia memikirkan hal ini. Selain karena belum ada seseorang yang bisa membuatnya benar-benar gugup hanya karena senyuman. Dalam lubuk hati terdalamnya, masih ada dia. Seseorang yang ia cintai sejak dulu, yang beberapa bulan lalu pergi terlebih dulu. Dan meninggalkannya dengan tumpukan rasa sakit tak terkira.

Kalau ditanya tentang trauma, Yonghwa berani menjawab tidak. Karena ia sendiri menyadari, bahwa takdir yang sudah Tuhan tuliskan untuknya adalah yang terbaik.

Dia, memang bukan jodohnya.

Terkadang, sering ia terbangun tengah malam dan mendapati pipinya basah. Pigura cantik yang mencetak jelas, empat orang berdiri berdampingan dengan busana sama di depan sebuah rumah itu masih setia menghiasi meja dekat tempat tidur. Menyapanya dengan kenangan tak terhingga, dan menjadikan sisa malamnya begitu menyedihkan.

Bagaimana mungkin ia bisa melupakan semuanya?

Kejadian itu terjadi tepat di hari baik, yang seharusnya—jika saja terjadi—menjadi hari paling membahagiakan. Dan ia yakin, siapa pun orangnya akan merasakan hal sama dengan apa yang ia rasakan.

Akan tetapi, saat itu juga ia teringat kata-kata ibunya, dulu. Saat ia berulang tahun yang ke dua puluh tiga, dan menjadi awal baru untuknya bekerja di perusahaan. ‘Teruslah tersenyum meskipun itu menyakitkan. Bahkan, jika penyebab sakitmu itu adalah orang terdekatmu. Karena, hanya dengan senyuman kau akan memenangkan kehidupan.’

Yonghwa, dia sangat memegang teguh kata-kata ibunya.

“Jadi, bagaimana Yong? Kau mau, kukenalkan dengan keponakanku yang baru saja pulang dari Jepang?”

Yonghwa menggeleng sopan, tersenyum. “Sebenarnya, saya sedang mencarinya Tuan Han. Saya masih memikirkannya.”

Pria berjanggut lancip itu terkekeh. “Apa itu nona cantik yang bersamamu saat di pesta? Dia putri Tuan Park, kan?”

“Maksud Anda, Shinhye?” Kali ini Yonghwa benar-benar tertawa. Ia tidak tahu, kenapa rekan kerjanya ini bisa menyimpulkan seperti itu. Padahal, ia menjawab seperti jawaban yang sudah ia berikan hanya untuk menolak secara halus. Karena, dalam persentase terkecil pun, ia belum memikirkan tentang pernikahan. Sama sekali belum.

“Gadis itu yang dulu dijodohkan denganmu, kan?” Pria yang lebih tua bermata sipit menyahut. “Ayahmu pernah mengatakan pada kami, kalau berbesanan dengan Tuan Park adalah impian. Seperti yang kau ketahui, mereka adalah sahabat sejak dulu.”

“Ya, Tuan Ji. Appa dan eomma memang bersahabat baik dengan orang tua Shinhye.” Jawab Yonghwa.

“Jadi, apa benar? Batalnya perjodohan itu karena putri Tuan Park yang menolaknya?” Tuan Han bertanya lagi. Membuat lima orang pria yang rambutnya sudah ada beberapa helai memutih, menatap Yonghwa penasaran.

Yonghwa dengan cepat meletakkan ponselnya di atas meja. Melipat tangan, manis, seperti yang dilakukan anak SD saat salah seorang guru datang. Ia mengangguk, “Shinhye sudah memiliki kekasih saat itu. Dan, saya pun masih belum bisa melupakan Ji eun. Jadi, dibatalkan saja.”

“Tapi, kau tidak boleh seperti ini terus, Yong.” Tuan Han berkata serius. “Perjalanan hidupmu masih sangat panjang. Kau harus menikah dan memiliki keturunan. Orang tua dan kekasihmu pasti juga menginginkan hal sama.”

Tuan Ji mengangguk setuju. “Itu benar. Kau tidak bisa terus menerus seperti ini. Kau juga membutuhkan seseorang yang akan menyiapkan sarapan dan menyambutmu sepulang kerja. Kau masih sangat muda untuk menyerah dalam hal cinta, Nak.”

Yonghwa mengangguk sungguh-sungguh. “Saya mengerti.” Ucapnya dengan ujung mata yang sedikit basah. “Saya sedang mencoba hal itu sekarang. Dan, saya pasti akan mengundang semuanya kalau hari itu tiba.”

Anggukan kepala tanda mengerti mengakhiri pembicaraan mereka. Bersamaan dengan seorang pelayan yang datang dan membawa pesanan.

Yonghwa tersenyum saat pelayan itu meletakkan mangkuk es krim di depannya. Ia mengatakan terima kasih dan segera menyuapkan lelehan coklat itu ke dalam mulut.

Yonghwa tidak tahu, kenapa siang yang mendung ini membuatnya ingin makan es krim. Tetapi, setelah rasa dingin bercampur manis yang dengan perlahan namun pasti. Menjalar masuk melewati tenggorokan. Ia bersyukur karena bukan sup panas atau bahkan seafood yang ia pesan.

Ia ingat.

Seseorang di sana sangat menyukai es krim.

 

 

*****

 

 

Na bie baru saja selesai membersihkan ruangan Yonghwa saat pria itu datang. Ia menoleh dan mengerutkan kening karena ini sudah hampir pukul 6 sore, dan jelas, bukan waktunya bekerja. Tadi siang pun, sebelum Yonghwa menghadiri pertemuan di kantor cabang, Yonghwa sudah memberi tahunya. Kalau seusai pertemuan, Yonghwa akan langsung makan bersama di salah satu kafe tak jauh dari kantor. Dan, sudah menjadi kebiasaan. Kalau Yonghwa akan langsung pulang setelahnya tanpa kembali ke kantor.

“Kau belum pulang? Tadi aku bertemu suamimu di toko roti. Dia membeli kue tar besar. Apa hari ini hari spesial?” Yonghwa bertanya setelah dirinya berbaring di atas sofa. Dengan lengan kanan yang menutupi wajah.

Na bie memilih diam dan melanjutkan pekerjaannya. Membiarkan detak jarum jam besar di sudut ruangan terus menjadi pengisi suara dengan iramanya yang teratur.

Hanya tinggal merapikan rak buku yang tadi pagi dibuat berantakan olehnya karena mencari dokumen lama. Na bie kembali berpikir sendiri. Menebak-nebak, dengan alasan apa lagi yang membuat Yonghwa memilih untuk kembali ke kantor. Daripada pulang ke rumah.

‘Bertengkar dengan Shinhye?’

Na bie menggeleng cepat. Sejak Yonghwa tinggal di rumah Shinhye. Yonghwa tidak pernah bercerita tentang hal-hal yang tidak menyenangkan. Bahkan sebaliknya. Karena kedua orang tua Shinhye benar-benar baik. Sejak orang tua Yonghwa sendiri masih hidup. Terutama Tuan Park, sangat menyayangi Yonghwa seperti Yonghwa adalah putranya sendiri.

Shinhye juga, beberapa kali sengaja mengantarkan makan siang untuk Yonghwa. Atau, sengaja menunggu Yonghwa pulang bekerja di lobi sebagai kejutan.

Bahkan, tadi pagi ia juga melihat Yonghwa bersama Shinhye makan bersama di rumah makan sederhana, yang letaknya tepat di depan gedung ini.

“Na bie-ah … apa aku harus menikah?”

Na bie menghentikan aktifitasnya saat itu juga. Ia berbalik dan tidak membuang-buang waktu, segera menghampiri Yonghwa. “Apa yang kau bicarakan? Menikah? Maksudnya?” Tanyanya setelah duduk di sofa lain, di samping Yonghwa.

Yonghwa beranjak. Duduk dengan rambut acak-acakan, karena ulahnya sendiri. “Apa aku harus menikah?” Ulangnya tanpa benar-benar melihat Na bie, yang sekarang justru mengerutkan kening. “Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya bertanya, apa seharusnya aku menikah?”

“Apa kau mengalami trauma atau semacamnya?” Na bie tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. “Atau, kau masih teringat dengan saat itu? Kau masih sangat memikirkan Ji eun eonni?”

Yonghwa menggeleng lemah, tapi kedua sudut bibirnya tersenyum tipis. Mengolok-olok perasaannya sendiri dalam hati.

“Begini.” Na bie berdehem. Jika harus berkata jujur, ia tidak tega membahas masalah ini. Ia tahu, Ji eun adalah satu-satunya wanita yang Yonghwa cintai. Ditambah lagi, dengan tradegi yang pasti berakhir menyedihkan itu tidak akan pernah bisa Yonghwa lupakan. Tetapi, Yonghwa juga harus tetap melanjutkan hidupnya kan?!

“Tadi, semuanya membicarakan hal ini. Dan, kupikir itu benar.” Yonghwa bersandar dan menatap langit-langit.

Na bie menghela napas panjang. “Kau memang harus melanjutkan semuanya, Yong. Kita sama-sama tahu, kita bukan tipe orang yang akan terjerumus selamanya dalam kesedihan. Ya, aku tahu pasti sulit. Tapi, kau tetap harus mencobanya.”

“Apa Shinhye gadis yang tepat?”

“Apa?! Shinhye? Kau tidak sedang belajar menjadi komedian, kan?!” Nada suara Na bie naik satu oktaf.

“Kau tidak ingin mencoba menerima Kim Hanna itu? Dia artis terkenal dan mengejarmu sejak lama.” Na bie bergidik dan menggeleng sendiri dengan kalimatnya. Tanpa harus melihat bagaimana ekspresi Yonghwa. Ia tahu, kalau Yonghwa juga akan berpendapat sama dengannya.

Meskipun Hanna adalah bintang yang sangat terkenal. Juga berasal dari keluarga yang tidak hanya kaya. Hanna bukanlah tipe wanita idaman Yonghwa. Karena Yonghwa sangat tidak menyukai seorang wanita manja, yang menghabiskan waktu berjam-jam di dalam salon.

“Atau, Hyunna? Jimin mungkin? Atau, Min Ah?” Na bie terus mengingat beberapa nama wanita yang dulu hingga sekarang, masih tetap mengejar-ngejar Yonghwa.

“Jangan mencoba menguji emosiku, Na bie.” Yonghwa melotot. “Kau sengaja menggodaku atau bagaimana, huh?!”

“Aku tidak ingin minta maaf.” Na bie terkekeh. Ia memang sengaja menyebutkan nama-nama yang sama sekali tidak pernah Yonghwa pikirkan. “Jadi, itu alasannya kenapa kau tidak pulang? Kau menghindari satu-satunya kandidat yang akan menjadi pendampingmu?”

“Apa?!” Yonghwa berdiri dan berkacak pinggang. “Siapa yang menghindari Shinhye? Aku meninggalkan dokumen penting yang harus kubawa besok ke Jepang. Kau ingat kan, besok pagi-pagi sekali harus ke Jepang?”

Na bie tertawa dan memukul lengan Yonghwa sengaja. “Kau pasti bangga sudah mendapatkan alasan yang masuk akal.”

Yonghwa tertawa.

Ia segera berjalan menuju mejanya dan mengeluarkan beberapa map merah yang sudah ia siapkan tadi pagi. “Oh ya … kau belum menjawab pertanyaanku.” Tanyanya setelah menutup laci dan memakai jas. “Hari ini hari spesial?”

“Kau pasti lupa. Hari ini ulang tahunku.” Jawab Na bie sembari bersedekap. “Kau mana pernah mengingatnya.” Lanjutnya pura-pura kesal.

Yonghwa melirik kalender mejanya. Mengabsen barisan angka yang beberapa sudah ia tandai dengan beberapa keterangan di bawahnya. Tapi, belum selesai ia menemukan catatan yang ia inginkan. Suara lengkingan Na bie membuatnya tersadar. Sekretarisnya sudah berdiri di ambang pintu bersama seorang pria. Suaminya.

“Oh! Hyung …” Yonghwa tersenyum lebar.

“Aku menjemput istriku. Hari ini ulang tahunnya.” Pria yang mengenakan kacamata itu juga tersenyum. “Apa dia sudah boleh pulang?”

Yonghwa mengangguk. Dengan cepat membawa tas kerja dan dokumen pentingnya, lalu menghampiri Na bie dan suaminya. Ia tersenyum malu saat Na bie mengolok-oloknya dengan menjulurkan lidah.

“Sebenarnya, aku lupa.” Yonghwa tulus meminta maaf. “Dan, sebagai gantinya, Hyung boleh menyekapnya di dalam rumah tiga hari. Tapi, dengan syarat. Buatkan adik baru untuk keponakanku yang sangat lucu itu.”

“Bukan ide buruk.” Suami Na bie mengeratkan rangkulan bahunya.

“Tapi, besok ada dokumen yang harus segera dikerjakan Tuan Jung Yonghwa yang terhormat!” Na bie mendesis marah. Ia sangat tahu diri dan tidak ingin dicap sebagai pekerja kesayangan bos. Persahabatannya dengan Yonghwa tidak akan ia salah gunakan. “Jangan bercanda. Dan cepatlah pulang.” Imbuhnya.

Hyung … bukankah ini waktu yang tepat?” Yonghwa bersikap masa bodoh dengan ekspresi mematikan Na bie. Ia lebih memilih tertawa dan menatap suami sahabat baiknya ini penuh arti.

Yonghwa merasa senang dengan keputusannya saat ini. Karena sudah cukup lama juga Na bie belum mendapat cuti karena tumpukan pekerjaan, dan hal-hal penting lainnya. Dan, bukankah lebih baik untuknya kalau selama beberapa hari bekerja sendirian? Ia bisa lebih fokus pada pekerjaan dan melupakan sejenak pikiran yang lain.

“Oke!” Yonghwa tersenyum lebar pada suami-istri di depannya sekarang. “Silakan menikmati liburan kalian, dan …” ia beralih memandang Na bie dengan rasa hormat. “Selamat ulang tahun.”

Yonghwa tahu.

Pekerjaannya selama ini tidak akan pernah menjadi sebaik sekarang, tanpa adanya sekretaris seperti Na bie. Seorang sekretaris yang sangat loyal, penuh tanggung jawab.

“Sampaikan salamku pada keponakanku. Lain kali, ayo kita makan siang bersama.” Yonghwa lalu bergegas keluar. Pulang.

 

 

*****

 

 

Berkali-kali Shinhye mengatur pernapasan dengan menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Cukup lama sebenarnya, jika penyebabnya hanya hal sepele.

Tapi, apa yang baru saja didengarnya itu hanya hal sepele?!

 “Jadi, itu alasannya kenapa kau tidak pulang? Kau menghindari satu-satunya kandidat yang akan menjadi pendampingmu?”

Shinhye berharap ia tidak memutuskan menghampiri Yonghwa di ruangan, jadi ia tidak akan mendengar kalimat seperti itu. ‘Satu-satunya kandidat yang akan menjadi pendamping Yonghwa?!’ Shinhye menggeleng cepat.

Atas dasar apa ia berpikiran seperti itu? Ia bukan orang spesial untuk Yonghwa. Ia juga bukan seorang malaikat yang turun dari langit, yang sengaja dikirim Tuhan untuk Yonghwa.

Memang, seiring berjalannya waktu, hubungannya dengan Yonghwa semakin baik. Ia dan Yonghwa sering tertawa bersama, makan bersama … bahkan beberapa kali Yonghwa mengajaknya begadang dan mereka akan membicarakan banyak hal.

Teman.

Iya. Hubungan itu hanya sebatas teman. Shinhye sadar dan tidak ingin melambung tinggi hanya dengan sikap baik Yonghwa. Pria itu memang baik dan selalu bersikap baik pada semua orang.

‘Jadi, untuk apa kau mempermasalahkan hal itu, Park Shinhye?’

Ia mengangguk, setuju dengan suara dalam hati.

Tetapi, baru saja ia berdamai dengan semua suara-suara di dalam kepala. Sosok tegap itu terlihat berjalan ke arahnya. Dengan mata menyipit dan sedikit kerutan di kening.

Shinhye, merasa dirinya kembali masuk dalam lingkaran penuh siksaan.

“Shinhye? Kau—menjemputku?” Yonghwa tetap bertanya dengan apa yang dipikirkannya saat melihat Shinhye berdiri di depan pintu ruangannya. Masih dengan celana panjang dan jaket, juga tas selempang kecil yang biasa gadis itu pakai saat bekerja. Yonghwa tidak bermaksud percaya diri, atau ke-GR-an. Tapi, alasan Shinhye datang ke kantornya di jam seperti ini sudah tentu bukan untuk urusan pekerjaan.

Pekerjaan?

Oh, ya. Beberapa hari lalu rumah makan tempat Shinhye bekerja sudah bekerja sama dengan perusahaannya. Mengenai katering untuk makan siang.

“Uhm—kupikir, ini tidak ada hubungannya dengan kerja sama dengan tempatmu bekerja, Shin?” Yonghwa bertanya lagi, memastikan.

Shinhye gugup.

Ia bersikap sangat aneh, dengan menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan. Seolah, apa yang ingin ia katakan adalah rahasia besar. Yang jika diketahui orang lain akan membuat kerugian besar untuk negara.

Dan, ya … Yonghwa pun melakukan hal sama. Terlihat sangat konyol!

“Aku—” Shinhye menggigit bibir. “Aku—uhm, itu ….”

“Apa kau sedang sakit perut? Kau mau menumpang ke kamar mandi?” Yonghwa menanyakan pertanyaan pertama yang berhasil dipikirkannya setelah melihat gelagat Shinhye. Ya … mungkin saja, kan? Sebelum Shinhye datang ke sini, Shinhye makan makanan yang sangat pedas. Dan, tiba-tiba perutnya mulas? Lalu, Shinhye mampir ke kantornya untuk menumpang ke kamar mandi?

Apa itu masuk akal?

Shinhye menunduk menahan tawa, sekaligus malu meskipun ia langsung mengangguk. Ia akan menyimpan kejadian kali ini dengan sangat baik, sebagai kenangan paling memalukan tapi juga mendebarkan.

“Iya. Aku—harus ke kamar mandi sekarang.”

“Oh! Ayo, sini.”

Dua orang yang sama-sama merasa canggung itu berjalan ke arah sudut lorong. Tanpa mengatakan apa pun.

Diam-diam Yonghwa tersenyum sendiri setelah Shinhye masuk ke dalam kamar mandi, dan ia masih berdiri di sana.

Bukankah ini lucu?

 

 

*****

 

 

“Apa, perutmu sudah tidak apa-apa?” Yonghwa berdeham.

Mereka sedang terjebak macet, dan sudah hampir lima belas menit mobilnya belum bergerak sama sekali. Sepertinya ada kecelakaan di persimpangan jalan. Karena suara sirine ambulans dan mobil polisi terus meraung-raung tanpa henti.

Sedikit perasaan takut terselip begitu saja di dalam hati Yonghwa. Ia teringat … dulu … mungkin juga seperti ini keadaannya di jalanan.

“Sudah. Sudah tidak apa-apa.” Jawab Shinhye. Ia tidak berani menoleh untuk melihat bagaimana ekspresi Yonghwa. Karena sudah bisa dipastikan, dia teringat tragedi menyedihkan itu. “Apa, kau sudah makan?”

Shinhye hanya merasa ia perlu membuat suasana menjadi sedikit lebih baik. Dan, mengajak Yonghwa bicara mengenai sesuatu, apa pun itu, asalkan topiknya menyenangkan. Akan menjadi ide yang bagus untuk sedikit mengalihkan perhatian Yonghwa, kan?

“Belum.” Yonghwa menggeleng. Ia mengeluarkan ponsel dan memutar lagu. Membiarkan suara merdu dari Cristiana Perry mengalun indah.

Shinhye tersenyum saat mendengar musik romantis, yang juga menjadi favorit-nya itu. Perlahan, bibirnya bergerak, mengikuti irama.

“Kau suka lagu ini?” Tanya Yonghwa tiba-tiba antusias.

Shinhye menjawab semangat dengan anggukan kepala disertai senyuman. Menunjukkan binar-binar kebahagiaan yang terlihat jelas dari dalam mata bulatnya. “Aku mengoleksi semua novelnya. Dan, sedikit kecewa karena Stephenie Meyer tidak juga mengeluarkan bukunya. Twilight versi Edward Cullen. Padahal, dari beberapa spoiler di beberapa situs, Twilight versi Edward Cullen lebih amazing daripada Twilight yang sudah beredar.”

“Sebenarnya, aku juga menonton filmnya.” Yonghwa mengakui malu-malu. Sambil menggaruk tengkuk dan tangan kiri yang mengetuk ketuk setir mobil. Ia menyeringai. “Na eun selalu mengolok-olokku kalau aku mengajaknya mengobrol dengan pembahasan tentang Twilight.”

Wae? Twilight, filmnya sangat romantis.”

Yonghwa tertawa kecil. “Na eun bilang, seharusnya aku menonton Harry Potter atau Killing Me Inside. Lebih cocok untuk pria daripada Twilight.

“Oh!” Shinhye tertawa juga. Memang benar, film romantis seperti Twilight lebih pantas digemari oleh kaum perempuan. Tapi, bukan berarti para pria juga tidak boleh menonton, kan?

“Apa kau juga berpikir hal yang sama?”

“Tidak.” Shinhye menggeleng. “Meskipun benar, tapi aku pikir … pria yang menonton film romantis seperti itu, berarti menunjukkan kalau pria itu juga seseorang yang romantis.” Jelasnya jujur. “Mungkin, pria seperti itu ingin melihat, apa saja yang bisa dia lakukan untuk membuat pujaan hatinya merasa senang. Jadi, wanita beruntung itu tidak perlu berkhayal. Karena di kehidupan nyata, dia juga mempunyai pria romantis seperti dalam film. Itu manis.”

“Benarkah?”

“Tentu saja.”

Beberapa mobil di barisan sebelah kiri sudah mulai bergerak maju. Diikuti dengan laju kanan, tapi di bagian tengah belum bergerak sama sekali.

Shinhye menoleh dan menghela napas. Tidak berat, tapi juga tidak lega. Karena mobil yang Yonghwa ada di jalur tengah. Tidak mungkin tiba-tiba berpindah jalur, karena barisan yang mengular di belakang sana terlihat jelas dari kaca spion.

Yonghwa melonggarkan ikatan dasinya. Sambil bergumam tak jelas, yang tidak bisa dimengerti. “Apa kau tidak merasa bosan?” Tanyanya.

Shinhye berusaha menutupi perasaannya yang sesungguhnya. Dan ia tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Ia tersenyum, sangat manis seraya menggeleng. “Tidak. Meskipun ini memang mengesalkan. Apa kau bosan?”

Yonghwa mengangguk. “Sebenarnya, besok pagi aku harus ke Jepang. Aku akan di sana tiga hari. Dan, aku berharap malam ini bisa sedikit tidur lebih awal.”

“Bagaimana kalau aku yang menyetir? Kau bisa tidur.”

“Kau tidak lelah?”

“Besok aku libur. Jadi, aku bisa bangun siang untuk membayar malam ini.”

Yonghwa berpikir sejenak.

Ia menatap Shinhye ragu, tapi juga mengangguk. Sejujurnya, ia sangat lelah.

“Aku akan membawakan oleh-oleh untukmu dari Jepang.” Yonghwa menawarkan. “Sebenarnya, aku sedikit tidak enak padamu.”

‘Eiy … tidak masalah.” Shinhye meyakinkan.

“Oke.”

Yonghwa dan Shinhye segera bertukar posisi. Mereka keluar dan masuk bersamaan lewat pintu masing-masing. Setelah memakai sabuk pengaman, Yonghwa merendahkan sandaran kursinya. Melemaskan otot-otot tubuhnya yang sangat kaku.

“Aku akan membangunkanmu kalau kita sudah sampai di rumah. Tidurlah ….”

 

 

***** TBC *****

 

WOW!

Apa ini?! Hubungan mereka lebih baik?!

Okay! Aku akan memberikan satu pertanyaan yang berhadiah! Hehe ~~~

Hadiahnya, aku akan membuat part selanjutnya dari ff ini sesuai yang kalian inginkan! Tapi, hanya satu part yah!

Pertanyaannya … apa Yonghwa dan Shinhye akan menikah?!

Jawab pertanyaan ini lewat whatsapp atau SMS di no 085733364751 dengan format : OOAKask//nama kamu//jawaban kamu//alasan dari jawaban yang kamu pilih.

Contoh : OOAKask//Hyejung//tidak//karena Shinhye yang membuat Yonghwa menderita.

Okay!

Jawaban paling menarik akan aku umumkan satu hari sebelum part selanjutnya di update lewat Instagram.

So, lets be creative!!!

 

Kiss&hug

Wangbie

  
Catatan Admin :
One of A Kind part 16 kembali hadir. Jujur bingung mau komentar apa (^_^)v, yang pasti bilang makasih Wangbie karena sudah melanjutkan FF ini 🙂

Apa teman-teman sudah tahu kalau IAL mengadakan event spesial dalam rangka memperingati ulang tahun Jung Yonghwa, bila belum sila klik di sini untuk informasinya. Event kali ini kami selenggarakan untuk penulis dan juga pembaca jadi teman-teman semua berkesempatan untuk memenangkan hadiah. Kami tunggu partisipasinya ya 🙂

Ada grup WhatsApp khusus pembaca web ini sebagai ajang untuk berbagi dan silaturahim, bila ingin bergabung sila hubungi Lisna di nomor 0821-8593-4742.

 
Selamat membaca dan jangan lupa komentar, saran dan kritiknya. Terima kasih.

Update postingan FF di web bisa dilihat di facebook HS Corner Shop atau di twitter Lovetheangels1

30 thoughts on “[FF Indonesia] One Of A Kind (Part 16)

  1. Aihhh jujur aja ya thor! Sebenarnya baca ff ini harus mikir dua kali plus harus ngumpulin mental dulu. Kenapa ? Soalnya ini pertama kalinya saya baca ff Yongshin yang konfliknya super duper WOW…
    Setiap ff ini update, pasti langsung berpikir “apa rahasia Shinhye akan segera terbongkar Yonghwa ?” nah pasti selalu pertanyaan itu mulu yang ada di otak nih huhuhu 😟
    Rasanya sudah gak sabar ingin masalah semuanya selesai. Gak sabar juga pengen Yongshin segera bersatu hehe 😊
    Yongshin pasti bersatu kan thor ? Kalo engga. Wah sad ending dong siap-siap elus dada sama 😭😭😭

    Like

  2. Udhlah halalin aja shinhye yong 😅 semoga berjodoh dh ya, thor jgn bikin sad ending kaga kuat bacanya 😑😁 gomawo thor, ditunggu lanjutannya ya 😊

    Like

  3. Setelah insiden itu shinhye agak gimana, kasian oenni, lanjut kak ceritanya. Kayaknya bakal panjang

    Like

  4. Yong ke jepang ya
    Trus mlm ini brllu bgtu sj kah
    Yong tdur d mobul
    Hye yg nyetir
    Lalu apakah mereka akan menikah?atau mereka msih brfkir akankah tepat pilihannya yong jika mnikh dgn hye?

    Ah molla
    Next part imo mama
    Thx un riefa
    Sarangeeek

    Like

  5. Senang liat yonghwa sama shinhye dekat begitu ydah nggak kayak dlu lagi tapi masih penasaran gimana kelanjutannya seandainya yonghwa tau klo shinhye ikut andil kematian orang tua sama ji eun. Ditunggu kelanjutannya eonni

    Like

  6. Woahhh…senangnya melihat Yonghwa dan Shinhye berteman dengan baik ^^
    Tapi aku masih penasaran bagaimana kalau rahasia Shinhye terbongkar. Akankah pertemanan mereka masih terjalin?? Masih menunggu itu terjadi kak, Makanya masih deg2an setiap baca ff ini hehe
    Hahaha…Yonghwa dilema untuk mencari calon isteri, apalagi banyak rekan kerjanya yg mendorongnya untuk menikah. 😂
    Berharap banget ff ini berakhir dengan permasalahan yg sudah terselesaikan. Meskipun kalau akhirnya YongShin tidak bersatu, tapi setidaknya mereka bisa saling memaafkan 😊
    Ditunggu kelanjutannya ya Kak Wangbie ^^ Semangat!!! Dan Terimakasih

    Like

  7. hubungan yongshin udah mulai membaik, kadang takut baca ff ini kalau author udah membongkar kelakuan shin hye. pasti yong hwa dan keluarga shin hye akan marah sama shin hye. dan gimana nasib shin hye selanjutnya kalau mereka semua marah sama shin hye.

    Like

  8. bagus yongshin jd brtemen baik…nkh …pgnny c nkh…tp mslh yg dbuat shinhye psti bikin yongwa traumA…mg azz hppy ending..

    Like

  9. Sebenernya msh penasaran sama shinhye… apa dy bakal jujur pa ngga ma yong. N pengen tau jg reaksi yong kalo shinhye sampe jujur. Rp berharap tetap happy ending buat yongshin. Gomawo n fighting ☺

    Like

  10. Mkin baik hub mreka.. Tp msih pnasaran reaksi yonghwa nnt klo tau shinhye yg bertanggung jawab atas kmtian 3org yg dy sygi

    Like

  11. nunggu reaksi yonghwa waktu tau shinhye ada andil sama kecelakaan itu, mana yang lebih besar?? cinta yonghwa atau kecewa?? apa shinhye akan tetap tutup mulut??? hubungan yang didasari suatu kebohongan gak akan berbuah baik, jadi shin harus cepet deh jujur sama yonghwa

    Like

  12. Y senenglah dg hubungan yongshin yg smakin baik n mkin dket,plgi yonghwa dah mlai mmikirkan ttg pernikahan lgi😊
    Meski agak khawatir krna ulah shinhye dlu dy akqn mndapat karma, tp aq mrasa hubungan yongshin akan berahir dg indah #soktau😁😁
    Ditunggu z deh klnjutannya……

    Like

  13. Nikah ngk yaaa? Tktnya ngk jdi nikah dan kebongkar tentang shinhye yg udah bkin ortu dan tunangannya meninggal. Semoga ff ini berakhir dengan happy ending. . . Terima Kasih author, dan ditunggu kelanjutannya. . .

    Like

  14. Hmm bingung nikah apa engga, tapi kan shinhye jahat sama yong hwa sampe bikin celaka dan meninggal orang tuanya, tapi na bie bilang shin hye satu” nya kandidat yong hwa hmm bingung hehe

    Like

  15. Waaaau luar biasa,,, memang siiih hati mengatakan yongshin akan menikah karena memang mereka ditakdirkan untuk bersama… Tapi logika mengatakan mungkin yongshin akan menikah setelah shinhye mendapat hukumannya.,, hahaha
    Aah yang pentiiing makin seruuu eonni…

    Like

  16. Ko ga ada cerita soal kiss d part sblumnya? Mksudnya, ga d ceritain prasaan mreka seudah kiss nya ituuu…
    Dilema… antara setuju menikah atau enggak!

    Like

  17. Jgn bilang yg kecelakaan suami dan sekretarisnya yonghwa… kalo iyaaa… aduhhh pengen dampingin and peluk yonghwa #eh.. hehehehehehe thanks updatenya ya wangbie..

    Like

  18. Duuuuhh… Udh sih nikahin aja 😂😂😂 abis yong balik dri jepang buatlah mreka ngrasain kangen gitu. Hahahaa.. next thor.. kerreeenn

    Like

  19. Pengen banget mereka bersatu…tapi dosa shinye yang udah buat orang tua yonghwa kecelakaan susah di abaikan..ga rela baca yong hwa cintanya cuma aja jieun aja….lanjut ya thor

    Like

  20. “Ji eun adalah satu-satunya wanita yg yonghwa cintai”ga suka bgt sama kalimat ini 😡😡😡
    Menikah,menikah,menikah pokoknya harus nikah.
    Next part eon 💪💪😘😘😘

    Like

  21. snang dg hbngn yongshin yg sdh mmbaik.tp msh was was dg ap yg trjd sbnrnya.
    di tunggu klnjutannya

    Like

  22. Seneng sih ngeliat yongshin sudah sangat dekat tapi agak deg deg an nih menanti kebenaran yg akan terungkap.
    Ayo Thor Monggo di lanjut biar tambah deg deg annya 😁😂.

    Like

Leave a comment