Posted in fanfiksi indonesia, sequel, series, wangbie

[FF Indonesia] One Of A Kind (Part 18)


One Of A Kind

Part 18

wp-1480830063746.jpg

 

By : Wangbie

Genre : Romance – Family

Cast :    

Jung Yonghwa

Park Shinhye

Lee Na bie

Kim Jae ha – and others

Lenght : Series

Rated : PG 21+

Editor : Riefa

 

**** Happy reading ****

 

Nyonya Park sedang sibuk menyiram bunga sambil bersenandung kecil saat merasakan dua tangan melingkari tubuhnya dari belakang. Dan Nyonya Park tidak butuh bantuan indera keenam atau bertanya siapa. Karena hanya dengan mendengar gumaman suara, ia sudah tahu siapa orangnya. Bukan suaminya. Tentu saja, karena Tuan Park sudah terbang ke Busan satu setengah jam lalu.

“Jadi, kau sengaja membolos hari ini?”

“Eih … tentu saja tidak, Eomma ….”

“Lalu, kenapa jam segini masih ada di rumah? Dan, mana jam tangan yang harus selalu ada saat kau bekerja, Yong?”

“Aku hari ini libur, Eomma …” bisiknya malas. Sambil terus memejamkan mata namun kedua sudut bibirnya menyunggingkan senyum lebar. Yonghwa menarik napas panjang dan dalam sebelum akhirnya membuka mata dan mencium pipi Nyonya Park, hangat. “Eomma sangat cantik hari ini ….”

Aigoo … aigoo ... lihatlah! Apa ini? Seorang Jung Yonghwa sedang merayu ibunya? Untuk apa? Mendapat izin supaya bisa berkencan dengan seorang gadis?” Nyonya Park terkekeh-kekeh. “Kau lupa umurmu sudah hampir 30 tahun, huh?”

“Tebakan Eomma sangat tepat ….”

Nyonya Park menggeleng-geleng lucu mengawasi tingkah Yonghwa yang persis seperti bocah kecil. Berjalan menuju kursi taman sambil menjejalkan kaki, dan bibirnya sedikit berkomat-kamit, seperti dukun yang membaca mantera.

Ia mematikan kran dan menyusul. Sembari mengeringkan kedua tangan dengan handuk kecil yang sebelumnya ia letakkan di atas bahu kirinya.

Nyonya Park tertawa melihat Yonghwa menuangkan teh panas di cangkir. Caranya yang tergesa-gesa, tapi juga takut kalau tiba-tiba air panas berisi campuran gula dan teh serbuk itu tumpah dan mengenai salah satu anggota tubuhnya.

“Katakan apa yang ingin kau katakan, Sayang …” ucapnya setelah Yonghwa menyesap pelan ujung cangkirnya. “Siapa wanita beruntung itu? Eomma ingin tahu sehebat apa dia, sampai membuat putra eomma yang keren ini mogok bekerja.”

Tiba-tiba saja wajah Yonghwa berubah menjadi lebih serius. Ia menyilangkan kaki sembari mendongak, mengawasi arak-arakan awan yang bergerak semu ke arah selatan. Matanya menyipit seolah di atas sana ada sepasang mata yang menatapnya dan mengisyaratkan sesuatu. Dadanya terlihat naik turun perlahan. Dan tarikan napasnya begitu berat sebelum akhirnya kepalanya tertunduk dan kedua matanya terpejam.

“Hei … kau bisa mengatakan semuanya sayang. Jangan khawatirkan apa pun, eomma selalu ada di sini untukmu …” Nyonya Park memeluk Yonghwa. Tanpa perlu bertanya lagi pada Yonghwa, Nyonya Park sudah paham bagaimana perasaan Yonghwa terhadap kekasihnya. Sebelum kecelakaan tragis itu terjadi, ibu Yonghwa sempat bercerita tentang kisah perjalanan asmara putra semata wayangnya dengan gadis cantik itu. Dan, ia tahu bagaimana sulitnya melupakan rasa yang sudah terlanjur dalam. Apalagi sampai mencoba membuka hati untuk cinta baru demi sebuah masa depan.

Nyonya Park memahami betapa kerasnya Yonghwa mencoba untuk membuka hati kembali. Dan beberapa menit lalu Yonghwa mengakui dirinya sedang jatuh cinta hingga ingin mengencani seseorang. Ya … terdengar sangat wajar. Tapi sebagai seorang wanita, ibu, dan juga teman, Nyonya Park juga tahu kalau dalam hatinya, Yonghwa masih belum bisa mengisi hatinya dengan cinta yang baru.

“Jangan tergesa-gesa jika memang hatimu belum bisa menerima sepenuhnya, Yong … itu sama saja dengan menyakiti hatimu sendiri, juga wanita itu.”

“Yonghwa juga tidak percaya dan tidak tahu, Eomma.” Yonghwa menunjukkan senyum tipisnya. “Tapi Yonghwa rasa … Yonghwa sudah merasakan ini padanya sebelum dia kembali membuat Yonghwa bahagia, lalu pergi secepat dia datang.” Ia tertawa pelan. Kedua tangannya menyatu,meremas.

“Yong …” Nyonya Park kebingungan menjawab. Ia menghela napas berat lalu bersandar. Ikut menikmati jejeran bunga warna-warni di taman rumahnya yang beberapa saat lalu baru saja ia siram.

Jika saja keadaannya berbeda, saat ini akan menjadi saat yang sangat membahagiakan. Karena seorang pria baik hati dan penuh tanggung jawab, yang ia idam-idamkan untuk menjadi seorang menantu, mengakui sendiri bahwa dia tertarik dengan putrinya. Tentu saja ia sebagai orang tua sangat bahagia. Jika … sekali lagi! Jika … keadaannya tidak seperti sekarang.

Nyonya Park sudah sangat mengerti dengan maksud dari kalimat-kalimat Yonghwa. Meskipun Yonghwa tidak mengatakan nama dari dua gadis yang tadi diceritakan.

Bukankah sudah sangat jelas? Makna kalimat, merasakan padanya sebelum dia kembali …  adalah Shinhye dan calon istri Yonghwa yang meninggal bersama kedua orang tua Yonghwa tepat di hari pernikahan mereka.

Ya ….

Dan lagi, Shinhye, putri kandungnya, sudah menyakiti hati Yonghwa dan keluarganya dengan kelakuan Shinhye yang sangat keterlaluan. Bagaimanapun, sebagai orang tua, ia merasa sangat malu terhadap Yonghwa dan keluarganya. Lalu sekarang ia dihadapkan dengan hal semacam ini?

“Sebentar lagi ulang tahunku, Eomma …” Yonghwa menarik napasnya panjang lalu tersenyum. Menatap seorang ibu yang sangat menyayanginya dengan tatapan teduh. Seakan tidak ada hal apa pun yang sudah terjadi, yang membuatnya gundah setiap malam.

Ia sedang mencoba mengubur lukanya sendiri ….

“Yong …” Nyonya Park masih belum bisa mengalihkan pikirannya. “Kau tahu, eomma sangat menyayangimu seperti putra kandung eomma sendiri. Tidak peduli dengan siapa kau akan menikah pada nantinya, eomma akan selalu berada di pihakmu.” Ia berkata sungguh-sungguh. Menurutnya, jawaban ini adalah yang terbaik, yang bisa ia berikan.

“Eomma tahu, eomma sangat mirip dengan seseorang yang ada di surga sana … selalu tidak mau membahas topik lain kalau topik yang sedang dibicarakan belum menemui titik akhir,” senyum Yonghwa melebar. “Terima kasih ….”

 

 

****

 

 

Dengan langkah gemetar Shinhye berjalan menuju meja di sudut ruangan, tempat bosnya sedang menunggunya. Ia menautkan kedua tangan dan menunduk sembari berdoa, semoga hari ini bukanlah hari terakhirnya bekerja.

Beberapa hari lalu ia mendengar beberapa teman bekerjanya di sini membicarakan tentangnya. Seseorang berkata, bahwa ia akan segera dipecat karena sudah bertindak tidak sopan pada salah seorang tamu, beberapa hari lalu.

Saat itu, pikirannya sedang dalam keadaan yang tidak baik. Karena seseorang yang ia sewa dulu, untuk mencelakakan calon istri Yonghwa terus-menerus menerornya. Meminta sejumlah uang, yang bila tidak ia berikan akan berakibat pemanggilan dari kepolisian untuk memenjarakannya.

Ia sampai harus menjual beberapa tas mahalnya lewat online, dan juga menghabiskan seluruh tabungannya untuk menutup mulut orang itu. Ia sampai menyewa seseorang untuk menjadi saksi saat ia memberikan uang yang diminta, dengan persyaratannya yaitu menandatangi surat tertulis menggunakan materai, yang keseluruhan isinya tentang pelunasan hutang dan tidak boleh saling mengganggu setelah hari itu.

Akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendapatkan pekerjaan baru, kalau hari ini ia benar-benar dipecat. Dan masalah lain yang harus ia tanggung adalah, bagaimana ia akan memberikan alasan pada ibu dan ayahnya, juga Yonghwa, kalau ia sudah diberhentikan dari pekerjaan. Ia sangat tidak mau lagi untuk berbohong.

“Silahkan duduk, Shinhye-ssi.”

Shinhye menelan ludah. “Ne.” Jawabnya takut. Pandangan matanya tetap ke bawah, ditambah dengan lirikan cemas ke kiri kanan, was-was kalau saja ada sesuatu yang tidak ia duga.

Tapi sampai beberapa menit berlalu tidak ada percakapan apa pun di antara bos dan pegawai itu. Shinhye tetap dengan kewaspadaan sekaligus ketakutannya, sementara pria yang biasa dipanggil “Mr. Jk” oleh para pegawainya itu sibuk mengawasi gerak gerik Shinhye.

Sebuah dehaman disertai tawa renyah yang akhirnya mengakhiri keadaan tegang disana.

Shinhye mendongak dengan kening terlipat, lalu mata bulatnya melebar bersamaan dengan mulutnya yang terbuka. Ia terkejut. Karena tawa yang ia dengar adalah dari bosnya sendiri.

“Haha … Shinhye … Shinhye … aigoo ….”

“Ne, Mr. Jk?” Shinhye menjawab ragu.

Mr. Jk masih melanjutkan tawanya. Sambil terus menatap Shinhye lalu menggeleng-geleng, tertawa lagi ….

Alarm akan adanya sesuatu yang salah mulai Shinhye rasakan. Ia mulai memeriksa keadaannya sendiri, mulai dari kaki, baju, sampai ia harus mengecek tatanan rambutnya lewat kaca almari yang ada di samping rak buku, di belakang Mr. Jk. Dan melihat kalau pimpinannya itu semakin tertawa, ia pun memberanikan diri untuk bertanya, “maaf Mr. Jk, ada yang salah dengan penampilan saya? Atau … mungkin saja saya lupa tidak memasang bulu mata saya yang sebelah?” Kepalanya tertunduk lagi. Ia tahu, pertanyaannya sangat konyol. Tapi hanya itu yang bisa ia pikirkan kecuali rasa takut di dalam hatinya, yang tak kunjung hilang.

Mr. Jk tertawa semakin keras. Jari telunjuknya terangkat lalu bergerak ke kiri kanan disertai gelengan kepala ringan. Dan setelah berdeham, meminum sedikit kopinya yang sudah tidak panas, ia mulai berbicara. “Dengarkan ini dengan baik, Shinhye.”

Shinhye mengangguk.

“Kemarin, baru saja diadakan rapat bulanan dengan para pimpinan cabang, dan beberapa orang terpercaya yang sudah kami tugaskan untuk mengawasi setiap restoran secara diam-diam. Tempat ini mengalami kemajuan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Lalu kami melakukan riset untuk mengetahu siapa saja yang sudah berjasa di dalamnya.”

Anggukan kepala lagi yang Shinhye berikan sebagai jawaban. Ia belum mengerti dengan arah pembicaraannya, lagi pula … ia hanya pegawai biasa yang tidak tahu-menahu tentang kemajuan tempatnya bekerja. Ia pun bekerja di sini baru beberapa bulan ….

“Saya tahu kamu bingung, Shinhye-ssi.Mr. Jk berkata lebih serius. “Tapi saya hanya akan mengatakan ini sekali saja.”

“Ne ... ”

“Tamu yang kau marahi beberapa saat lalu itu adalah orang yang sudah kami siapkan. Kami yang menyuruhnya untuk bersikap kasar lalu menimbulkan kerusuhan. Kami ingin melihat, siapa di antara kalian yang berani menangani masalah seperti itu. Dan kami puas dengan apa yang sudah kamu lakukan.”

Shinhye tercengang.

“Kami tahu, kau masih sangat baru di sini. Tapi kami juga tahu, kamu sangat mampu kalau kami beri tugas untuk memimpin cabang baru yang akan dibuka besok. Pilihlah salah seorang dari sini yang akan menemanimu bekerja di sana. Selamat!”

Dan, yang bisa Shinhye lakukan hanyalah menutup mulut, tidak percaya.

 

 

****

 

 

Hari Kamis minggu terakhir bulan Oktober ini menjadi hari paling lama yang pernah Yonghwa jalani. Tanpa mengerjakan satu pekerjaan pun kecuali menonton TV dan melamun di depan jendela, yang dia lakukan hanyalah berbaring. Menutup mata, berpura-pura tidur meskipun berkali-kali matanya terbuka untuk memastikan jam di dinding kamar sudah berubah tempat. Tidak lama, karena setiap lima menit sekali ia menatap benda berbentuk lingkaran di tengah dinding itu.

Seharian ia berpikir, langkah apa yang akan ia ambil untuk hidupnya. Tapi tidak sedikitpun dari semua kemungkinan yang bisa ia pikirkan bisa membuat hatinya sedikit lebih tenang. Malah sebaliknya, pikirannya semakin kacau dan rasa gundah itu makin memuncak.

Yonghwa juga sempat membuka beberapa artikel online tentang bagaimana cara memutuskan sebuah pilihan tanpa merasa lelah berpikir, dan hasilnya tetap sama. Nihil.

Dalam kegalauan hatinya, ia teringat nasehat ibunya dulu. Bahwa memutuskan sesuatu tidak membutuhkan pertimbangan apa pun, hanya mengikuti kata hati lalu semua akan berjalan sebagaimana mestinya.

Ingin sekali ia memakai nasehat itu. Tapi, ia juga tidak mau terus menerus menjadi beban pikiran orang lain yang menyayanginya. Ia tidak mau menjadi orang egois.

Jadi?

“Apa aku mengganggu?”

“Apa?” Yonghwa melonjak kaget. Berdiri sempoyongan karena tidak siap dengan sapaan yang menyapanya. Ia menengok ke arah asal suara, di sana, dan Shinhye sedang berdiri sambil membawa nampan, tersenyum kaku. “Masuklah.” Lanjutnya sambil merapikan baju.

“Aku membawa nasi goreng dari tempat bekerja. Apa kau mau makan?” Ucap Shinhye sambil berjalan masuk. “Ada pesta kecil-kecilan. Ya … sebenarnya ini untuk perpisahan.”

“Perpisahan?” Yonghwa duduk di sudut sofa. Memperhatikan ekspresi Shinhye yang berbeda dari sebelumnya. Ia tidak mengerti dengan makna perpisahan yang baru saja diucapkan Shinhye, karena raut wajah Shinhye begitu ceria. Sangat bersemangat.

Shinhye duduk tepat di sebelah Yonghwa setelah meletakkan nampannya di atas meja. Menebarkan senyum lebar lebih lama lalu berkata, “bos memilihku sebagai karyawan terbaik. Dan, aku diberi amanat untuk menjadi pimpinan di cabang baru yang akan dibuka besok!” Hampir saja ia berteriak histeris. Kedua tangannya sudah terangkat, hampir saja memeluk Yonghwa. Tapi segera diurungkan ketidaksengajaannya dan menunduk malu. “Mianhae.” Ucapnya.

Yonghwa mengerjap lucu dan mengangguk. Lalu tertawa pelan setelah tersadar dari keterkejutan spesial yang beberapa detik lalu menyita perhatiannya.

Ia mengambil nasi goreng yang ditata sedemikian cantik dengan selada dan telur juga irisan tomat segar. Mencoba satu sendok penuh, lalu melebarkan mata tidak percaya setelah menatap Shinhye. “Ini sangat enak!” Ucapnya sungguh-sungguh.

Shinhye tersenyum lagi lebih lebar. “Koki di sana memang sangat hebat dalam hal itu.” Jelasnya senang. “Saat pertama kalinya aku mencoba, aku juga tidak percaya kalau ada nasi goreng dengan rasa selezat itu.”

“Kau mau?” Yonghwa menyodorkan satu sendok ke depan mulut Shinhye. Sembari mengunyah ia memberi isyarat agar Shinhye membuka mulut. Tapi Shinhye menolak, dan mengharuskannya mengeluarkan puppy eyes-nya yang menggemaskan. Lalu tersenyum dengan mulut yang masih penuh hingga matanya menyipit.

Shinhye mengunyah perlahan dan merasakan rasa pedas juga manis yang dipadukan dengan lumernya keju parut di dalam mulutnya. Bersumpah, bahwa kali ini menjadi sangat lezat berkali-kali lipat. Tapi saat Yonghwa ingin menyuapinya lagi, ia menggeleng cepat. “Aku kenyang. Sungguh.”

Ia lega saat akhirnya Yonghwa mengangkat bahu dan melanjutkan makannya. Dalam diam dan kebahagiaan yang berlipat ganda, ia mengawasi bagaimana lahapnya Yonghwa saat makan. Seolah pria itu belum makan berhari-hari, padahal kata ibunya sebelum ia ke kamar Yonghwa, Yonghwa sudah makan malam bersama ibunya setengah jam lalu.

“Nasi gorengnya memang lezat, Shinhye … ucapnya mengingatkan.

Tapi, apa pun itu alasannya. Shinhye merasa sangat senang malam ini. Bukan hanya karena hal baik di pekerjaan, dan ibunya menyambut hangat sepulang ia bekerja tadi. Faktor terbesarnya adalah karena ia bisa melihat bagaimana bahagianya Yonghwa saat makan.

Wajah bahagia yang Yonghwa tunjukkan setelah memakan nasi goreng bawaannya adalah hal terbaik di antara yang terbaik.

“Aku akan mengajak pegawaiku untuk datang ke restoranmu dan menikmati nasi goreng ini bersama-sama.” Kata Yonghwa setelah suapan terakhir di dalam mulutnya habis. “Sangat lezat, Shinhye.” Imbuhnya lagi.

“Ya. Tentu saja kau harus mentraktir mereka semua.”

“Apa restoranmu bisa menerima pesanan untuk beberapa kotak?”

“Kau serius?” Shinhye bertanya.

Yonghwa mengangguk serius sambil membersihkan mulut dengan tisu. “Minggu depan ada rapat bersama beberapa partner. Lima di antaranya dari Jepang. Atau … mungkinkah bisa jika aku memesan makanan, uhm— catering?”

Shinhye mendadak kaku.

Minggu depan berarti ia sudah tidak bekerja di restoran itu lagi karena besok pagi ia sudah akan memulai jabatan barunya di restoran baru. Dan itu berarti ia tidak bisa ikut serta dalam tim catering itu. Ia tidak bisa ke kantor Yonghwa, melihat bagaimana kerennya pria itu saat duduk di belakang meja besar, memimpin rapat besar. Bukankah itu sama saja dengan melewatkan kesempatan emas?

Detik ini juga Shinhye merasa tidak suka dengan perpindahan tempat kerja itu.

“Shinhye?” Yonghwa melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Shinhye. Keningnya berkerut. “Kau baik-baik saja?”

“Ya.” Jawab Shinhye datar meski senyumnya yang dipaksakan hampir tidak terlihat. “Uhm—aku bisa membantu bicara pada manajer kalau kau mau.” Lanjutnya.

“Oke!!” Yonghwa bersorak.

Untuk beberapa alasan Shinhye merasa senang, salah satunya karena ia bisa melihat wajah tampan Yonghwa disertai senyuman lebar. Sesak di dadanya sedikit berkurang meskipun tidak mungkin bisa hilang. Tapi, melihat Yonghwa tersenyum … bahagia … sudah cukup untuk menutup samar rasa bersalah dalam dirinya.

“Jadi selamat untuk pekerjaan barumu, Shinhye.” Yonghwa berkata. “Orang tuamu pasti bangga mendengar berita ini.”

“Aku tidak menyangka sama sekali, Yong …” Shinhye tersenyum. “Para seniorku lebih baik dan giat dalam bekerja. Seharusnya mereka juga mendapatkan hak istimewa seperti yang baru saja aku dapatkan.”

“Apa itu artinya kau tidak senang dengan kerja kerasmu sendiri?”

“Bukan …  bukan seperti itu maksudku.” Shinhye menggeleng serius. “Aku senang, tentu. Dan akan sangat menyenangkan memang, kalau eomma dan appa merasa bangga terhadapku. Aku hanya merasa sedikit tidak enak dengan para senior. Bukankah ini tidak adil untuk mereka?”

Yonghwa mengangguk-angguk mengerti. Ia sendiri pernah merasakan hal sama. Saat dengan mudahnya ia mencapai posisi tinggi di perusahaan, hanya karena sebutan penerus satu-satunya.

Saat itu, tentu banyak sekali orang yang tidak suka dengannya. Tidak sedikit yang memandangnya sebelah mata, hingga ia harus bekerja lebih keras lagi untuk membuktikan kemampuan. Bukan hal yang mudah … tentu … tapi, bukankah semua orang memang seperti itu? Hanya melihat dari luar akan apa yang orang lain miliki, tanpa mau tahu bagaimana susahnya pengorbanan dibaliknya.

“Para seniorku mengatakan kalau aku pantas mendapatkan ini.” Shinhye menatap lurus ke depan. Menerawang jauh, seolah di depannya sudah tergambar sebuah panorama alam abstrak yang harus ia tebak.

“Ada kalanya, kemajuan seseorang akan lebih cepat dibanding lainnya.” Yonghwa meremas tangan Shinhye lembut, menguatkan. Kedua sudut bibirnya menyunggingkan senyum lebar, saat Shinhye menoleh, menatapnya. “Yang harus kau lakukan sekarang hanyalah melakukan yang terbaik. Buktikan pada semua orang, kalau kau memang pantas mendapatkan ini semua. Bukankah begitu?”

Shinhye mengangguk.

Sesekali pandangannya terjatuh untuk melihat bagaimana rapatnya kehangatan yang Yonghwa sampaikan lewat genggaman. Hatinya berbunga-bunga tak karuan.

Ia membenarkan niatnya yang tadi ragu-ragu. Dan, benar saja … dengan berbicara pada Yonghwa, kini hatinya merasa lebih tenang.

“Jadi, untuk merayakan keberhasilanmu ini …” Yonghwa berdiri dan menatap Shinhye intens. “Bagaimana kalau Sabtu besok, kita pergi berlibur?”

 

 

 

**** to be continue ****

 

Hai hai …

Waw … lama banget yaa ga updatenya ff ini. Untuk itu, mianhaeyo …. 😭😭👌👌👌

Yang lupa bagaimana ceritanya, silahkan baca lagi part-part sebelumnya. Karena, InsyaAllah akan aku usahakan update secepatnya. Ya … mood nulisnya sudah mulai kembali. Jadi, terima kasih untuk semuanya 😘😘😘

Dan, ayo nikmati masa-masa PDKT Yong-Shin di next chapter-nya!!!😂😂

See youu 😍😍😍

 

Kiss&hug

Wangbie

 

 

  
Catatan Admin :
Akhirnya One of A Kind kembali dengan part 18. Entah kenapa baca part ini masih terasa nyeseknya, semoga ke depan bisa lebih ceria lagi yah. Terima kasih Wangbie sudah melanjutkan FF ini, semoga mood nulisnya ga ilang lagi 🙂

Ada grup WhatsApp khusus pembaca web ini sebagai ajang untuk berbagi dan silaturahim, bila ingin bergabung sila hubungi Lisna di nomor 0821-8593-4742.
Selamat membaca dan jangan lupa komentar, saran dan kritiknya. Terima kasih.

Update postingan FF di web bisa dilihat di facebook HS Corner Shop atau di twitter Lovetheangels1

18 thoughts on “[FF Indonesia] One Of A Kind (Part 18)

  1. Aq rasa dngan pndahna shinhye, yonghwa mkin yakin akn perasaanna…
    Tp aq masih was2 bgaimna klo kel shinhye n yonghwa tau bahwa shinhye otak d blik kecelakaan org tua n calon yonghwa

    Like

  2. Aku ingat thorrr hehe
    Yong udah move on tapi belum bisa ngerti hatinya sendiri, shin hye juga masih merasa bersalah , tapi disaat mereka udah akrab masih shinhye mau pindah kantor hmm.
    Semangat thor lanjutin ffnya 😘

    Like

  3. Yeay… akhirnya kembali lagi.. hehe

    Shin hye pastinya merasa bersalah dan sekarang sangat tertekan..

    Like

  4. bknny shinhye bsok udh pndh krj…tp kok yonghwa ngjk liburan yaa…kykny g jd liburn deh…oh y shinhye pndh k cbang mn yaa…apa mgkn nanti ad cast baru yaa di restoran…pnsaran bnget ma lnjutn ny…dtggu yaa thor

    Like

  5. Harus seneng atau sedih ya dengan perkembangan yongshin, koq aku jdi was2 sendiri tkt shinhye cpt2 ketahuan tentang rencana patal itu. Trus apa yg akan terjadi? 😅😅😅
    Terima ksh author, kelanjutan nya selalu ditunggu.

    Like

  6. Makin seru ceritanya, makin bikin penasaran.
    Apa yg akan terjadi kalo smpe yong hwa tau kebenarannya??
    Duuuh tiap baca degdegan rahasia besar shin hye terbingkar. Next part ditunggu

    Like

  7. Finally ff ni dilanjut jga, untungnya msih inget alurnya n feelnya jga msih dpet, thanks buat author wangbie🙏
    Tp msih ngarasa was2 nh seandainya pa yg dilkukan shinhye bkalan ktahuan😖

    Next ditunggu

    Like

  8. Senang nya yongshin akan pergi berlibur dan semoga mereka akan lebih dekat lagi……masih penasaran apa benar shinhye yg mencelakai keluarga yonghwa atau bukan yah masih belum tahu cerita nya makin penasaran aja semoga bukan shinhye gak kebayang kalau yonghwa tahu masalah itu….ditunggu kelanjutannya thor dan tetap semangat yah.

    Like

  9. Welcome back wangbie…. masih tetap sedih amaaa kisahnya shinhye disini… dia pasti akan diganggu rasa bersalahnya terusss apalagi pakai ada yg ngancam2 segala… mendingan jujur ajaaaa kali ama yonghwa.. dan terimaaa resikonya…

    Like

  10. Tapi kayaknya berat thor. Kesalahan shinhye udah fatal. Masalah nyawa. Biar gimanapun jg hukum hrs ttp jalan.

    Like

  11. Gak akan bisa lupa sama ceritanya ff mu eonni sayang…
    Jadi walau tanpa harus baca part sebelumnya Feelnya tetap dapat lok… Sungguh memuaskan… Makasih eonni sudah hadir kembali… Hihi semangat…

    Like

  12. Meskipun lama updatenya tp aku ngga lupa alur ceritanya dan semakin dilanjutkan semakin takut kl suatu saat akan terjadi yg aku takuti.
    Semoga mood nulisnya ngga hilang lagi penasaran sm pdkt yg akan author kasih di next chapter.

    Like

  13. Akhirnya setelah dilanjut juga… Was was dg hubungan yongshin bakal ketahuan enggak yaa kalau shin yg menyebabkan semuanya

    Like

  14. walaupun baru update tapi cerita nya gak akan bisa dilupakan, karna udah ditunggu2 sejak lama. next author,jangan lama2 ya….

    Like

  15. Akhirnya di update jga 👏👏👏👏
    Part ini masih belum ada romantis” nya 😂😂😂
    Semoga liburannya yongshin membuahkan hasil 🙊🙊✌✌✌
    Next partnya ditunggu thor 💪💪😘😘😘

    Like

Leave a comment